Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Konsumsi Ikan di DIY Terendah se-Indonesia, Ini Salah Satu Solusi Dislautkan DIY
4 Desember 2024 20:52 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Angka konsumsi ikan per kapita per tahun di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terendah dibandingkan wilayah lain di Indonesia. Berdasarkan data Bappeda DIY, angka konsumsi ikan di DIY pada tahun 2024 tercatat hanya sebesar 35,83 kilogram per kapita per tahun. Padahal, data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebutkan bahwa angka rata-rata konsumsi ikan nasional mencapai 56,48 kilogram per kapita per tahun, Maluku menjadi tertinggi dengan angka 79,49 kilogram per kapita per tahun.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislautkan) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar Jumat Semarak Perikanan (JSP) setiap Jumat minggu pertama tiap bulannya mulai pukul 07.30. JSP diselenggarakan di Kompleks Kepatihan Yogyakarta dengan melibatkan sekitar 15 stan yang merupakan UKM lokal pengolah produk perikanan dari berbagai kabupaten dan kota di DIY.
Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Dislautkan DIY, Juwarti, menjelaskan bahwa JSP hadir untuk meningkatkan konsumsi ikan di kalangan masyarakat DIY.
“Angka konsumsi ikan di DIY itu paling rendah di Indonesia tahun ini dengan angka konsumsi 35,83 kg per kapita per tahun sehingga untuk meningkatkan angka konsumsi ikan kita perlu melakukan semacam sosialisasi tentang gemar makan ikan,” ungkap Juwarti.
ADVERTISEMENT
Stan-stan yang ada di JSP menawarkan berbagai produk olahan ikan. Salah satunya ada stan yang menjual menu Jumat Berkah yang menawarkan paket lele atau patin lengkap dengan sambal, masing-masing dihargai Rp20 ribu dan Rp25 ribu. Ada juga olahan ikan lain dari berbagai daerah di DIY, misalnya produk belut krispi dan wader krispi dari Sleman, tahu tuna dari Gunung Kidul, geprek tuna dan geprek tenggiri dari Kulon Progo, burger ikan dari Yogyakarta, serta pempek dari Bantul.
Menurut Juwarti, keberagaman produk ini tidak hanya bertujuan untuk memperkenalkan produk perikanan kepada masyarakat, tetapi juga untuk meningkatkan minat konsumsi ikan, khususnya di kalangan anak-anak yang seringkali enggan mengonsumsi ikan karena durinya atau aroma amisnya.
ADVERTISEMENT
“Ikan ini tidak hanya dinikmati atau diolah dengan digoreng atau dibakar atau dipepes, tapi bisa dengan berbagai (variasi) olahan kayak tadi nuget ikan, bakso ikan, lumpia ikan, ada juga burger ikan. Harapan utamanya anak-anak nanti semakin gemar makan ikan,” jelasnya.
Juwarti juga menekankan pentingnya nutrisi yang terkandung dalam ikan, yang kayak akan protein berkualitas tinggi.
“Karena kita ketahui bersama bahwa ikan ini mempunyai kandungan protein yang sangat bagus yang dia mengandung kandungan Omega 3, Omega 6, dan Omega 9, yang sangat berperan,” tambahnya.
Selain menggelar JSP, Dinas Kelautan dan Perikanan DIY juga memberikan pelatihan pengolahan hasil perikanan. Untuk mendukung kegiatan ini, mereka menggunakan dua armada khusus yang dilengkapi dengan seperangkat alat masak. Armada tersebut hadir di lokasi pelatihan untuk mengajarkan masyarakat cara mengolah ikan menjadi produk praktis.
ADVERTISEMENT
“Kita datang ke lokasi di wilayah itu sudah ada peserta, kita datang dengan instruktur instruktur untuk mengajari olahan kami. Kalau misalnya ada masyarakat yang minta ajari gitu bisa,” jelas Juwarti.
Sejak pertama kali digelar pada November 2023, Juwarti menyebutkan bahwa antusiasme masyarakat terhadap JSP terus meningkat. Ia juga mengatakan bahwa Dislautkan DIY berkomitmen untuk terus menyelenggarakan acara ini setiap bulan dengan harapan tidak hanya meningkatkan konsumsi ikan di DIY, tetapi juga memperkenalkan pentingnya ikan sebagai sumber protein yang berkualitas tinggi.