Konten Media Partner

Pemerintah Didorong Perkuat Industri Tekstil Nasional dan Lawan Gempuran Impor

1 November 2024 15:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karyawan Sritex melaksanakan upacara peringatan HUT ke-74 RI. Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Karyawan Sritex melaksanakan upacara peringatan HUT ke-74 RI. Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Pengamat hukum dan pegiat antikorupsi, Hardjuno Wiwoho, menyerukan pentingnya mempertahankan industri tekstil dalam negeri di tengah krisis yang dihadapi PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex). Menurut Hardjuno, kasus kepailitan Sritex adalah cerminan dari tantangan berat yang dihadapi industri tekstil tanah air, terutama akibat serbuan produk impor dengan harga murah.
ADVERTISEMENT
“Industri tekstil nasional harus dipertahankan karena memiliki peran vital bagi perekonomian, menyediakan lapangan kerja bagi ribuan buruh, dan berkontribusi besar terhadap kesejahteraan masyarakat,” ujar Hardjuno dalam rilis pers yang diterima redaksi, Jumat (1/11). “Kita tidak bisa membiarkan industri kita kalah bersaing dengan produk impor, terutama dari China, yang secara harga memang lebih murah tapi mengancam kelangsungan produksi dalam negeri.”
Hardjuno menekankan pentingnya dukungan pemerintah melalui kebijakan perdagangan yang ketat agar produk tekstil lokal bisa bersaing dengan impor. “Kita butuh kebijakan yang lebih protektif untuk menahan gempuran produk tekstil impor. Insentif bagi produk lokal harus diberikan untuk mendukung daya saing industri tekstil nasional,” tegasnya.
“Langkah ini penting agar kita bisa mempertahankan jumlah pemain di sektor ini yang memberikan kontribusi besar bagi ekonomi nasional,” lanjutnya. “Kita tidak boleh hanya mengandalkan produk luar, apalagi jika itu melemahkan industri kita sendiri.”
Hardjuno Wiwoho. Foto: Dok. Pribadi
Dalam kasus Sritex, Hardjuno melihat bahwa restrukturisasi merupakan langkah penting agar industri tekstil dalam negeri tidak goyah di tengah tekanan utang dan persaingan ketat. “Keputusan Pengadilan Niaga terhadap Sritex masih bisa dikaji ulang melalui kasasi atau peninjauan kembali, sehingga membuka peluang restrukturisasi yang bisa mempertahankan operasional perusahaan,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
“Jika Sritex tetap beroperasi, dampaknya tidak hanya pada satu perusahaan tetapi pada seluruh ekosistem tekstil nasional yang saling terkait,” tambah Hardjuno. “Industri tekstil kita tidak bisa terus-menerus menerima gempuran produk impor tanpa dukungan kebijakan yang jelas.”
Hardjuno menegaskan pentingnya alternatif pendanaan yang tidak melibatkan bailout langsung dari negara. “Bailout tidak semestinya menjadi pilihan karena menyangkut dana publik. Sritex bisa mencari sumber pendanaan baru melalui penerbitan obligasi atau saham yang tidak memberatkan negara,” katanya. “Dengan solusi ini, kita menjaga keberlanjutan industri nasional tanpa mengorbankan anggaran publik.”