Konten Media Partner

Seperti Elvis Presley, Band Rockabilly Ini Meriahkan Pasar Malam 'Sekaten' Yogya

30 September 2022 16:32 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
John and The Jail Story berfoto bersama penonton seusai manggung
zoom-in-whitePerbesar
John and The Jail Story berfoto bersama penonton seusai manggung
ADVERTISEMENT
John and The Jail Story menutup penampilan mereka di panggung pasar malam Pasar Rakyat Jogja Gumregah 2022 dengan La Bamba, salah satu lagu terbaik Los Lobos, band rock n roll asal Amerika Serikat. Lagu tersebut memang tidak populer untuk para pengunjung pasar malam, tapi semua penonton ikut berjoget mengikuti John Lano, sang vokalis, yang berjoget gaya rockabilly di atas panggung.
ADVERTISEMENT
“Sekarang saya bisa merasakan apa yang dirasakan Elvis Presley,” kata John Lano seusai tampil di panggung Pasar Rakyat Jogja Gumregah 2022 -gelaran yang panitian menyebutnya sebagai nostalgia Pasar Malam Sekaten Yogyakarta- pada Senin (26/9).
Ya, Elvis adalah legenda dalam skena rockabilly dunia. Mungkin tak banyak yang tahu skena musik ini, tapi yakinlah, semua orang pasti pernah mendengar ‘Can’t Help Falling In Love’ milik Elvis.
John Lano bercerita, dulu, Elvis juga sering tampil di pasar-pasar malam atau di Amerika sana disebut sebagai funfair; di tengah tenda-tenda kerucut khas pasar malam dan berlatar bianglala yang berputar dengan gemerlap lampu warna-warni.
Panggung pasar malam dan musisi rockabilly menurutnya memang tidak bisa dipisahkan. Tak hanya Elvis; Carl Perkins sang ‘father of rockabilly,’ juga biasa tampil di panggung-panggung pasar malam.
ADVERTISEMENT
Hal ini ditunjukkan di salah satu adegan dalam film ‘Elvis’, yang juga mengambil latar di sebuah pasar malam. Bahkan, pasar malam menjadi salah satu latar utama ketika Elvis baru saja memulai kariernya hingga akhirnya dia menjadi legenda rockabilly dunia.
“Suasana pasar malam di film itu mirip sekali dengan suasana di Pasar Rakyat Jogja Gumregah malam ini,” kata dia.
Hal itu menunjukkan bahwa musik rockabilly sebenarnya adalah musik yang dekat dengan rakyat kecil, bukan musik-musik eksklusif yang hanya bisa dikonsumsi oleh orang-orang kaya. Karena itu, genre musik ini menurut dia sangat cocok untuk dibawakan di pasar malam sebagai tempat bertemunya masyarakat, terutama kelas menengah ke bawah.
John Lano, vokalis John and Jail Stroy, saat tampil di Pasar Malam Jogja Gumregah 2022. Foto: Arif UT
Per definisi genre musik Rockabilly adalah salah satu gaya paling awal dan paling berpengaruh dalam musik rock n' roll yang muncul pada tahun 1950-an. Dan Elvis Presley adalah bintang rockabilly yang paling terkenal
ADVERTISEMENT
“Maka kami ingin musik rockabilly ini bisa lebih dekat lagi dengan rakyat seperti pada era awal perkembangannya, tidak menjadi musik yang sangat eksklusif dan segmented seperti hari ini,” ujarnya.
Band rockabilly asal Bali ini sebelumnya tak menyangka bahwa antusiasme pengunjung Pasar Rakyat Jogja Gumregah akan seheboh malam itu. Sebab, selama ini hiburan pasar malam biasanya hanya musik-musik dangdut.
Salah satu kunci suksesnya menurut dia karena John and The Jail Story juga membawakan tembang-tembang, termasuk musik dangdut yang diaransemen ulang dengan gaya rockabilly, seperti ‘Karmila’ dan ‘Yang Penting Hepi milik Jamal Mirdad.’
“Enggak nyangka kalau penonton bakal seheboh ini, ikut joget bareng, Jogja keren. Itu membuktikan kalau rockabilly memang cocok untuk hiburan di pasar malam, semoga ke depan semakin banyak pasar malam yang menampilkan musik rockabilly,” kata John Lano.
ADVERTISEMENT
Penampilan Spesial Bareng Cucu Legenda Kusbini
Komposer muda Adira Hesti Ksvara
Hal lain yang menjadikan penampilan John and The Jail Story di panggung Pasar Rakyat Jogja Gumregah sangat spesial karena mereka duet dengan komposer muda Adira Hesti Ksvara. Adira adalah cucu salah satu komposer terbaik yang dimiliki oleh Indonesia, yakni Kusbini, penulis lagu Bagimu Negeri.
Adira duet membawakan dua lagu John and The Jail Story berjudul ‘Hilang Sudah’ dan ‘Jogja,’ salah satu lagu di album terbaru mereka: The Journey of High Rockabilly.
“Ini kali pertama saya membawakan lagu rockabilly, apalagi di panggung pasar malam. Ternyata asik banget, istimewa,” kata Adira Hesti Ksvara.
John and The Jail Story menurut dia juga cerdas dalam menyajikan tembang-tembang dangdut lawas dengan gaya mereka untuk mengenalkan musik rockabilly ke masyarakat awam.
ADVERTISEMENT
“Itu keren banget sih,” lanjutnya.
Di luar negeri, misalnya di Amerika, rockabilly dan genre-genre keluarganya memang bukan musik yang dikonsumsi oleh masyarakat kalangan atas. Sebaliknya, penikmat rockabilly justru berasal dari orang-orang pinggiran.
“Jadi rockabilly bahkan country sekalipun itu memang lagu rakyat, jadi sangat cocok untuk ada di pasar rakyat seperti ini,” kata dia.
Keseruan salah satu wahana Pasar Malam Jogja Gumregah 2022. Foto: Arif UT
Bergesernya penikmat rockabilly dari kalangan menengah ke bawah menjadi kalangan atas menurut Adira terjadi karena para penikmat rockabilly yang awalnya masih remaja telah tumbuh menjadi orang-orang dewasa dengan kesuksesannya masing-masing. Meski anak-anak remaja itu sudah dewasa dan kaya, kesukaan terhadap musik rockabilly masih nempel di benak mereka.
“Akhirnya musik ini kemudian berubah menjadi eksklusif,” kata Adira.
Dia juga mengungkapkan kegembiraannya dengan keberadaan panggung seni di Pasar Rakyat Jogja Gumregah yang menampilkan berbagai macam pertunjukan seni. Warna musik yang ditampilkan juga sangat beragam, tidak hanya dangdut atau campursari seperti biasanya. Dengan begitu, berbagai jenis genre bisa diakomodir di panggung rakyat tersebut, dan musik-musik yang awalnya asing bagi masyarakat umum seperti rockabilly bisa lebih dikenalkan secara luas.
ADVERTISEMENT
“Jadi wawasan musik masyarakat bisa lebih luas. Apalagi kita tahu, kalau legenda rockabilly, Elvis Presley pun dulu sering tampil di pasar malam atau karnaval,” jelasnya.
Panggung Pasar Malam: Dari Dangdut Erotis ke Musik Rockabilly
Widihasto Wasana Putra (baju putih) di sekretariat pasar malam Jogja Gumregah 2022 bersama GKR Bendara, KPH Yudanegara, dan Inung Nurzani. Foto: Istimewa
Tak banyak pasar malam yang menyediakan panggung seni. Jika pun ada, biasanya yang hiburan yang ditampilkan adalah musik-musik dangdut. Bahkan di Pasar Malam Sekaten Alun-alun utara yang saat ini sudah ditiadakan, sempat ada periode dimana hiburan yang ditampilkan adalah dangdut-dangdut erotis yang dianggap kurang sopan.
“Ada periode dimana pasar malam itu hiburannya dangdut erotis, sekitar tahun 80-90-an,” kata Koordinator Umum Pasar Rakyat Jogja Gumregah, Widihasto Wasana Putra.
Gelaran pasar rakyat ini menurut dia tidak akan menampilkan hiburan-hiburan yang tidak sopan seperti itu. Karena bagaimanapun Pasar Rakyat Jogja Gumregah menurut dia juga mengusung semangat Sekaten sebagai sebuah peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
ADVERTISEMENT
Memang masih ada hiburan dangdut, tapi akan dibawakan dengan penampilan-penampilan yang lebih sopan. Dia ingin wajah panggung pasar pasar malam yang sebelumnya dikenal hanya dari dangdut-dangdut erotis untuk mendatangkan penonton, menjadi panggung yang lebih berkelas dan beragam.
“Seperti malam ini ada musik rockabilly, ada juga tembang-tembang lawas, campursari, ketoprak, keroncong, gejog lesung, kasidah, dan masih banyak lagi. Intinya kita berusaha merangkul semua genre, inilah keberagaman masyarakat kita,” ujarnya.
Koordinator Panggung Rakyat Pasar Rakyat Jogja Gumregah, Nano Asmorodono. Foto: Widi Erha Pradana
Koordinator Panggung Rakyat Pasar Rakyat Jogja Gumregah, Nano Asmorodono, mengatakan bahwa panggung seni menjadi salah satu daya tarik utama bagi sebuah pasar malam. Pasalnya, setiap penampil akan membawa massanya masing-masing.
“Kalau ada seniman yang tampil dan mereka kenal, mereka pasti datang,” kata Nano Asmorodono.
ADVERTISEMENT
Jika hiburan yang ditampilkan hanya satu jenis saja, maka yang akan datang itu-itu saja. Namun, dengan beragamnya pertunjukan seni yang ada, maka pengunjung akan semakin heterogen, bukan hanya yang suka dangdutan saja.
“Yang suka tembang lawas, keroncong, bahkan rockabilly pun akhirnya mau datang ke pasar malam. Tanpa panggung rakyat, pasar malam itu seperti sayur tanpa garam, hambar,” pungkasnya.
Terakhir, Widihasto Wasana Putra menyatakan bahwa Pasar Rakyat Jogja Gumregah yang berusaha menghadirkan nostalgia pasar Sekaten dan mangayubagyo Maulid Nabi Muhammad SAW, pada tahun-tahun mendatang akan makin menghadirkan pengalaman-pengalaman pasar malam yang makin beragam.
“Pasar malam itu industri hiburan rakyat, pelakunya rakyat, konsumennya rakyat. Semangat dari sekaten adalah bagaimana bergembira sekaligus mencapai keagungan penciptaan termasuk penciptaan seni dan kreatifitas. Sulap misalnya, sekarang kan belum ada. Sirkus, genre-genre musik lainnya, dan banyak lagi kita ingin hadirkan pengalaman pasar malam terbaik di negeri ini di Yogyakarta,” pungkas Widihasto.
ADVERTISEMENT