Konten Media Partner

Siap-siap, Seluruh Ibu Hamil Akan Diperiksa dan Diawasi untuk Cegah Hepatitis B

28 Juli 2022 19:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan hamil. Foto: iStock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan hamil. Foto: iStock
ADVERTISEMENT
Pemerintah menargetkan nol kasus hepatitis B pada tahun 2030. Di sisi lain, prevalensi Hepatitis B di Indonesia adalah yang tertinggi di Asia dengan 7,1 persen.
ADVERTISEMENT
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, mengatakan bahwa untuk mencapai ambisi itu, maka perlu dilakukan perubahan strategi dalam menekan kasus hepatitis. Jika sebelumnya masih fokus di kuratif atau pengobatan, maka ke depan strategi penanganannya mesti fokus pada upaya preventif atau pencegahan.
Salah satu upaya preventif yang akan dilakukan adalah melakukan surveillance atau pengawasan terhadap seluruh ibu hamil yang ada di Indonesia.
“Semua ibu hamil harus kita surveillance untuk hepatitis B, kalau sudah ketahuan, kita harus kasih antivirus,” kata Budi Gunadi Sadikin dalam Webinar Hari Hepatitis Sedunia 2022 yang diadakan Kemenkes RI, Kamis (28/7).
Upaya ini menurut Budi juga akan jauh lebih menghemat penggunaan anggaran. Pasalnya, jika fokus pada ibu hamil, maka fokus yang harus diawasi hanya sekitar 4,8 juta orang saja. Namun jika terlambat sedikit saja sampai bayi mereka lahir, maka jumlah yang harus ditangani menjadi 24 sampai 25 juta orang.
ADVERTISEMENT
“Apalagi kalau ini udah lewat, sampai dia sudah sakit, remaja kita sampai dewasa itu sudah ratusan juta orang, gimana ngobatinya? Enggak mungkin cukup rumah sakit kita,” ujarnya.
Menkes Budi Gunadi Sadikin. Foto: Tangkap Layar YouTube Kemenkes RI
Secara teknis, dia juga yakin tidak akan terjadi masalah berarti. Sebab, semua petugas medis seperti bidan menurutnya sudah memiliki kemampuan untuk menggunakan alat skrining hepatitis B.
“Memberi antivirus kepada ibu hamil sekitar 5 persen dari 4,8 juta ibu hamil yang ada di Indonesia tentu akan lebih murah,” ujarnya.
Apabila langkah pertama, yakni surveillance terhadap ibu hamil terlambat, maka yang harus dikejar berikutnya adalah secepatnya memberikan imunisasi atau vaksinasi kepada bayi-bayi tersebut. Budi juga menyoroti pendataan kasus hepatitis maupun data vaksinasi yang ada di Indonesia saat ini. Menurutnya, data tersebut mestinya juga bisa dilihat secara real time, seperti halnya data COVID-10.
ADVERTISEMENT
“Enggak ada vaksinasi pakai survei-survei, pakai Riskesdas, vaksinasi ya kayak COVID aja gitu divaksin ya kita harus tahu, enggak ada lagi TBC, Hepatitis ngukurnya pakai survei,” ujarnya.
Dengan teknologi yang ada sekarang, menurut dia proses itu mestinya bukan sesuatu yang sulit untuk dilakukan.
“Sekarang kan teknologi udah maju, itu teknologi zaman batu yang kita pakai survei-surveian, seharusnya sudah enggak pakai survei lagi,” tegas Budi Gunadi Sadikin.