Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Tak Cukup Buat Hidup Sebulan, Sultan Minta Pengusaha Naikkan Gaji Pembatik Yogya
9 November 2023 18:56 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, meminta para pengusaha fesyen di DIY menaikkan gaji para pembatik yang bekerja di perusahaannya.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, gaji para pembatik di Yogya saat ini tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dalam sebulan.
Situasi ini membuat semakin sedikit anak-anak muda yang mau terjun untuk menjadi pembatik, sehingga rata-rata pembatik yang dimiliki Yogya sudah berumur di atas 50 tahun.
“Karena tidak pernah akan dimungkinkan dengan honornya kecil itu anak muda akan masuk di lapangan itu, itu tidak mungkin. Karena tidak bisa hidup untuk satu bulan,” kata Sri Sultan HB X saat membuka Jogja Fashion Week 2023 di Jogja Expo Center, Kamis (9/11).
Situasi ini berbeda dengan sektor kebudayaan, dimana honor untuk para pelaku kesenian atau kebudayaan di Yogya kini sudah lebih tinggi dari sebelumnya. Misalnya honor untuk penabuh gamelan, jika sebelumnya sekali pentas hanya dapat honor Rp 500 ribu, sekarang honor mereka paling sedikit Rp 750 ribu.
ADVERTISEMENT
Hal itu membuat anak-anak muda kini semakin banyak yang memiliki kegiatan di sanggar-sanggar seni karena melihat kesenian sebagai profesi yang menjanjikan.
“Tapi itu yang bayar Pemda. Makanya mungkin kalau mau menyelenggarakan pertunjukan harganya juga sudah lain, karena memang kami ingin mereka yang bekerja di bidang seni itu mendapatkan penghasilan yang cukup,” lanjutnya.
Peningkatan honor untuk para pembatik ini menurut dia bukan jadi tanggung jawab pemerintah, melainkan tanggung jawab perusahaan yang mempekerjakan mereka.
“Tolong, masa ndak bisa penghasilannya itu diperbesar sehingga anak-anak muda itu tetap punya kemauan menjadi pilihan-pilihan jadi pembatik,” ujarnya.
Sultan khawatir nasib batik di Yogya akan sama dengan nasib perak di Kotagede. Kini, sudah sangat sulit menemukan perajin perak di Kotagede dengan usia yang masih muda. Produk-produk yang dihasilkan juga mengalami tren penurunan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
ADVERTISEMENT
Hal ini terjadi karena upah para perajin perak yang sangat rendah sehingga tak ada lagi regenerasi perajin perak setelah ditinggal para pendahulunya.
“Karena tidak bisa hidup sebulan dari penghasilannya. Saya mohon, batik untuk tidak terlambat,” kata Sultan HB X.
Regenerasi dan peningkatan kesejahteraan pembatik ini menurutnya juga merupakan langkah penting untuk mengawali visi Yogya menjadi pusat fesyen dunia. Sebab, Sultan berharap batik menjadi domain utama dalam perkembangan fesyen di Yogya.
“Jadi kita bicara fesyen harapan saya pembatiknya juga sudah anak-anak muda,” ujarnya.