Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Untungnya Jadi Anak BEM: Relatif Lebih Gampang Kalau Mau Berkarier di Politik
16 November 2023 10:25 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Jabatan sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dinilai sebagai posisi yang cukup bergengsi. Hal itu disampaikan oleh Koordinator BEM Nusantara DIY, yang juga Ketua BEM Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Arya Dewi Prayetno.
ADVERTISEMENT
Banyak manfaat yang bisa didapatkan oleh mahasiswa jika mereka bergabung menjadi pengurus BEM, terutama karena mereka bisa melatih berbagai softskill yang tidak didapatkan di dalam kelas. Selain itu, BEM juga jadi salah satu pintu masuk bagi mahasiswa yang ingin berkarier di dunia politik setelah lulus nantinya.
Hal itulah yang menurut Arya membuat masih banyak mahasiswa yang ingin jadi anggota BEM. Bahkan, belum lama ini salah satu mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), RAN, nekat menyebar berita hoaks karena sakit hati tak diterima saat mendaftar BEM.
RAN menyebarkan fitnah bahwa salah satu pengurus BEM FMIPA UNY telah melakukan kekerasan seksual, yang membuatnya kemudian ditangkap polisi dan terancam di-DO oleh kampus.
Arya mengatakan, mahasiswa yang jadi pengurus BEM memang relatif lebih mudah jika ia ingin berkarier di dunia politik. Sebab, selain banyak membahas tentang politik, anggota BEM juga memiliki akses yang lebih terbuka untuk menjalin komunikasi dengan para politikus, terutama senior-senior BEM yang sudah lebih dulu jadi tokoh politik.
ADVERTISEMENT
“Ketika dia sudah berpolitik kampus, sudah berdemokrasi di dalam kampus, dia bisa mengambil jalur politik,” kata Arya Dewi Prayetno saat dihubungi pada Rabu (15/11).
Sampai saat ini menurutnya juga masih banyak mahasiswa yang sudah mulai berkarier di dunia politik sejak di bangku perkuliahan. Mereka terutama berasal dari fakultas-fakultas sosial dan humaniora seperti Fisipol, Hukum, dan sebagainya.
“Tidak menutup kemungkinan juga yang di luar jurusan hukum atau fisipol masih tertarik dengan rana politik untuk membangun karier,” lanjutnya.
Meski begitu, politik bukanlah satu-satunya karier bagi alumni BEM. Banyak juga anggota BEM yang setelah lulus memilih karier sesuai dengan jurusan perkuliahannya. Sebab, BEM memang tidak spesifik untuk mendidik mahasiswa menjadi politikus.
Banyak keterampilan yang menurutnya diasah di dalam BEM, seperti jiwa kepemimpinan, public speaking, bekerja di dalam tim, sampai bekerja di bawah tekanan.
ADVERTISEMENT
“Hal-hal ini sudah biasa kami alami di dalam BEM, dan keterampilan itu dibutuhkan di dunia kerja secara umum, bukan hanya di karier politik,” kata Arya.
Senada dengan Ketua BEM KM UNY, Afgan Mabdanur Ramadhani. Ia juga tak menampik jika banyak anggota BEM yang kemudian berkarier di dunia politik. Pasalnya, BEM menurutnya tak bisa dipisahkan dari politik, baik politik kampus maupun politik nasional.
Hal itu karena BEM juga memiliki tugas dan fungsi sebagai pengawal pemerintahan, sehingga sulit memisahkan BEM dengan politik.
“Tentu saja BEM bukan satu-satunya jalan untuk berkarier di politik, tapi BEM jadi salah satu pilihan jika mahasiswa ingin berkarier di politik,” kata Afgan.