Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Cerita Staycation di Artotel Gelora Senayan di Tahun 2024
25 Agustus 2024 15:10 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Pandu Aryantoro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saya akan menyampaikan cerita tentang perjalanan menginap atau staycation di Artotel.
ADVERTISEMENT
Persiapan Staycation di Artotel Gelora Senayan
“Assalamu’alaikum."
Suara isteri saya samar terdengar. Saya menjawab salamnya, lalu menatap ke arah pintu. Tidak lama dia muncul, mendekati saya.
“Ayo bersiap. Kita jadi staycation, kan?”
Ya ampun, saya hampir lupa bahwa di tanggal ini, kami akan menginap di hotel sebagai kado sederhana ulang tahun pernikahan ke-5 kami. Segera, saya menuju kamar mandi, bersiap. Selagi isteri saya menyiapkan pakaian yang akan dibawa untuk menginap, anak saya sibuk bermain dengan mainannya. Tidak butuh waktu lama, semua pakaian sudah dikemas di tas. Kami sudah siap.
Saya mengecek kembali kelistrikan rumah, memastikan hanya perangkat kulkas dan modem saja yang tersambung ke panel listrik. Anda pasti mengerti bahwa tinggal di area padat penduduk di Jakarta menuntut kehati-hatian dan kewaspadaan terhadap potensi kecelakaan tersebab kelalaian. Setelah saya yakin aman, saya keluar rumah, lalu mengunci pintu rumah.
ADVERTISEMENT
Sampai di teras, saya mengambil motor, lantas kami bertiga meluncur ke hotel.
Perjalanan ke Artotel Gelora Senayan
Di jalan, sinar matahari terasa masih terik, padahal saat saya melirik jam di motor, tertera pukul 15.00 WIB. Walaupun demikian, tentu saja itu tidak menyurutkan semangat kami.
Saya mengambil jalan melewati warung makan favorit kami, Nasi Uduk 79, di daerah Kemanggisan. Motor tetap melaju menuju Palmerah, hingga kami tiba di area Gelora Bung Karno (GBK). Saya melihat banyak spanduk berderet di sepanjang jalan di GBK, berlomba menarik perhatian pengguna jalan.
Pukul 15:40, kami sampai di Artotel Gelora Senayan, memarkirkan motor, lalu berjalan menuju konter resepsionis via lobi belakang. Sebelumnya, kami memang pernah menginap di hotel ini, sehingga tahu apa yang harus dilakukan dan di mana menemukan lokasi yang dituju.
ADVERTISEMENT
Menuju Meja Resepsionis
Sesampai di meja resepsionis, isteri saya segera lapor masuk (check-in). Resepsionis mengatakan bahwa kamar kami sedang disiapkan, sehingga kami diminta untuk menunggu sebentar. Kami menuju area lobi utama di depan konter resepsionis dan duduk di atas sofa.
Melihat Pameran Seni
Saat kami duduk menunggu, tiba-tiba anak saya menarik lengan saya dan mengajak saya ke area pameran seni.
Bagi saya, area pameran seni ini memang paling menarik mata. Saya bukan ahli di bidang karya seni, namun bisa merasai keindahan karya seni rupa ini. Anak saya tampak tertarik dengan figur perempuan dengan badan tambun dan rambut kribo yang diberi nama “The Mondrian Lady”, sebuah karya dari Adi Gunawan. Barangkali, bagi anak saya, secara visual patung ini kaya akan warna dan bentuk yang unik, sehingga menarik perhatiannya.
ADVERTISEMENT
Menuju Kamar Hotel
Setelah selesai menikmati karya seni, saya mengajak anak saya kembali ke area lobi. Saat berjalan menuju sofa tadi, saya melihat isteri saya berdiri di depan konter, lalu dalam sekejap berbalik badan, berjalan menghampiri saya. Dia sudah menyelesaikan pelaporan masuk. Segera, kami beranjak menuju lift. Isteri saya menunjukan kunci kartu kamar kami (cardlock).
“Akhirnya! Nomor 924? Berarti kita ke lantai 9 ya,” kata saya sambil memencet tombol bergambar segitiga yang mengarah ke atas.
Selang beberapa menit, terdengar bunyi ting seiring dengan lampu hijau yang menyala di lampu lift. Pintu lift terbuka. Kami masuk ke lift bersama tiga orang tamu hotel. Isteri menempelkan kunci kartu kamar ke sensor lift, lalu saya segera menekan angka 9. Kerja sama suami-isteri yang epik. Tiga orang ini bergantian menekan tombol nomor lantai di lift. Saya melirik ke tombol lift. Tombol angka 9, 12 dan 14 terlihat menyala.
ADVERTISEMENT
Lift meluncur ke atas perlahan tanpa suara bising. Saya mengamati lift dan mengambil kesimpulan. Meskipun kecil — mungkin bisa memuat paling enam orang saja — lift ini memiliki interior yang artistik.
“Ting.” Lift berbunyi lagi. Pintu lift terbuka. Kami bergegas keluar lift menuju koridor, meninggalkan tiga orang tamu hotel yang masih berdiri di dalam lift dan hendak melanjutkan ke lantai selanjutnya.
Setelah berada di koridor, kami mencari kamar nomor 924. Dalam sekejap, kami menemukan kamar kami yang ternyata tidak jauh dari area pendaratan lift (lift landing).
Saat tiba di depan pintu kamar, saya melihat sekeliling dan menemukan banyak lukisan yang berwarna-warni menempel di dinding koridor yang berwarna putih. Lukisan-lukisan ini seakan menjadi pembatas antar kamar. Selain lukisan, lantai koridor tampak dilapisi dengan karpet bercorak garis-garis (karpet roll wilton) yang menambah kesan elegan dan artistik.
ADVERTISEMENT
Masuk ke Kamar Tipe Deluxe
“Sudah lihat-lihatnya?” Tegur isteri saya.
Saya mengangguk tersenyum.
Isteri saya menyentuhkan kunci kartu ke sensor gagang pintu berteknologi modern dengan pintu kamar yang masih bergaya kuno.
“Klik.” Pintu berbunyi.
Dengan cekatan, isteri saya memegang gagang pintu, lalu mendorongnya. Selamat datang di kamar kami yang bertipe deluxe!
Kami disambut dengan suasana kamar yang lega, mewah dan harum. Saya melihat sekeliling kamar ini. Tampak sudah tersedia kasur yang berukuran besar king size, meja kerja, meja televisi dengan kondimen dan mesin pembuat kopi yang diletakan berdekatan di samping televisi, dan meja santai beserta kursinya. Semua tertata rapi di atas lantai kayu yang nyaman.
Setelah menaruh tas dan jaket, kami menaruh tas dan jaket, mengganti alas kaki dengan sendal hotel. Segera, saya dan isteri langsung merebah di atas kasur, disusul anak saya yang ikut naik ke atas kasur dan melompat-lompat kegirangan. Saya merasakan hawa dingin yang sejuk dari penyejuk udara (air conditioner).
ADVERTISEMENT
Melihat Area Kamar Mandi
Saat masuk ke kamar mandi, walaupun tidak besar, saya menemukan bak mandi yang merupakan fasilitas favorit saya di hotel. Toilet duduk, tisu, anduk dan wastafel beserta amenitas, tersedia dengan baik. Saya bisa katakan bahwa Artotel Gelora Senayan menyediakan, dengan tipe kamar ini, fasilitas yang lengkap.
Bercengkerama dengan Keluarga
Saya menyalakan teve, memutar saluran berita untuk membarui informasi. Belum ada satu menit, anak saya sudah meminta untuk mengganti saluran teve. Saya, dengan sedikit terpaksa, mengambil telekendali (tv remote control) dan mencari saluran teve yang menayangkan kartun, sedangkan isteri saya tampak capai, memutuskan untuk tidur singkat sejenak. Sebagai ganti teve, saya mengambil telepon seluler, membuka peramban, lalu membuka laman Kumparan untuk membarui informasi.
ADVERTISEMENT
Sembari membaca artikel, saya sesekali mencandai anak saya yang sedang asyik menonton kartun di teve. Saat asyik membaca, isteri saya bangun dari tidurnya. Saya berhenti membaca, meletakan telepon seluler di atas kasur, lalu mengajak dia mengobrol. Membaca tidak boleh menjadi alasan untuk melupakan aktifitas yang lain, apalagi mengobrol dengan pasangan.
Kami mengobrol tentang apapun, saling bercanda dan terkadang sesekali berdebat tentang beberapa topik. Keindahan dalam hubungan tidak semata-mata soal cinta, namun ada perbedaan pandangan yang akan membuat hubungan lebih indah.
Di dalam tulisan ini, saya ingin mengucapkan kepada isteri saya tercinta:
"Selamat Ulang Tahun Pernikahan ke-5, isteriku sayang"