Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Inside Out 2: Relevansi Emosi di Era Digital
24 Juli 2024 14:50 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Pandu Watu Alam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setelah sembilan tahun berlalu dari perilisan film pertama, "Inside Out," Pixar kembali menghadirkan sekuel yang dinanti-nantikan, "Inside Out 2." Film ini tidak hanya melanjutkan cerita dari film sebelumnya, tetapi juga memperkenalkan karakter-karakter baru yang sangat relevan dengan kehidupan manusia modern, khususnya para remaja di era digital seperti sekarang ini.
ADVERTISEMENT
Karakter-karakter baru seperti Anxiety (Kecemasan), Envy (Iri), Embarrassment (Malu), dan Ennui (Kebosanan) membawa dimensi emosional yang lebih kompleks ke dalam narasi, mencerminkan tantangan emosional yang dihadapi oleh remaja masa kini.
Dalam "Inside Out 2," kita melihat Riley memasuki masa remaja, masa di mana perubahan emosi dan tantangan baru menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Kehadiran karakter Anxiety sangat relevan, mengingat banyak remaja yang kini sering mengalami kecemasan sebagai bagian dari perjalanan mereka menuju kedewasaan.
Kecemasan sering kali menjadi tameng yang digunakan untuk membenarkan kondisi yang tidak menentu dalam kehidupan pribadi, pekerjaan, atau pendidikan. Namun, penting bagi kita untuk memahami bahwa kecemasan perlu ditangani dan didiagnosis secara medis untuk memastikan apakah seseorang benar-benar mengalaminya atau hanya bersembunyi di balik istilah kesehatan mental yang sedang populer.
Seiring dengan relevansi emosional yang dihadirkan, ada aspek lain yang perlu diperhatikan, yaitu kategorisasi umur dalam penayangan film ini. Lembaga Sensor Film bekerja keras untuk memastikan film yang tayang di bioskop sesuai dengan rentang usia penonton yang tepat. "Inside Out 2" dikategorikan sebagai SU (Semua Umur), yang berarti film ini secara visual cocok untuk ditonton oleh anak-anak hingga dewasa.
ADVERTISEMENT
Namun, cerita yang diangkat, terutama dengan karakter-karakter emosional yang lebih kompleks, mungkin kurang dipahami oleh anak-anak di bawah usia 13 tahun. Orang tua yang menemani anak-anak mereka menonton film ini perlu memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai tema-tema yang diangkat dalam cerita.
Jika dilihat dari segi bisnis, pemberian label SU pada film animasi seperti "Inside Out 2" dapat menarik penonton dari berbagai usia, termasuk anak-anak yang ditemani oleh orang tua mereka. Ini adalah strategi yang masuk akal untuk meraup jumlah penonton yang lebih banyak. Namun, dari sudut pandang edukatif, mungkin akan lebih bijaksana untuk memberikan label 13+ mengingat tema-tema yang lebih relevan bagi remaja dan orang dewasa muda.
Selain itu, "Inside Out 2" juga mencerminkan perubahan besar yang sedang terjadi di dunia kita. Setelah pandemi COVID-19, kehidupan manusia tidak kembali ke normal seperti sebelumnya, tetapi menciptakan norma-norma baru yang menuntut adaptasi cepat. Kecemasan sering kali muncul karena kesulitan beradaptasi dengan perubahan ini atau karena terlalu banyak informasi yang diperoleh dalam waktu singkat.
ADVERTISEMENT
Film ini mengingatkan kita bahwa kita tidak lagi hanya berhadapan dengan emosi dasar seperti Bahagia, Sedih, Marah, Jijik, dan Takut. Dalam dunia yang serba cepat dan canggih ini, kita juga harus menghadapi emosi yang lebih kompleks seperti kecemasan, iri, malu, dan kebosanan.
"Inside Out 2" tidak hanya menawarkan hiburan, tetapi juga refleksi yang mendalam tentang kondisi emosional manusia modern. Film ini mengajarkan kita bahwa penting untuk mengenali dan memahami berbagai emosi yang kita alami, serta bagaimana kita dapat mengelola mereka dengan lebih baik. Dalam menghadapi perubahan yang terus-menerus, kita perlu berkembang tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara mental dan emosional.
Film ini adalah pengingat bahwa kita semua sedang dalam perjalanan untuk memahami dan mengelola dunia emosional kita yang semakin kompleks.
ADVERTISEMENT