Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Kisah Bambu: Kearifan Alam pada Gedung Pencakar Langit di Hong Kong
4 Maret 2019 1:32 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:02 WIB
Tulisan dari Pangky Saputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sahabat, dalam goresan kisah kali ini, penulis ingin bercerita tentang potret kekuatan kearifan alam yakni bamboo (bambusoideae) atau bambu, yang merupakan varietas tanaman yang termasuk dalam klasifikasi taksonomi rumput-rumputan (Poaceae).
Bambu, dengan segala nilai filosofi alamnya, telah menjadi soko guru bagi pembangunan gedung pencakar langit di abad modern saat ini, khususnya di Hong Kong.
Hong Kong SAR (Special Administrative Region) merupakan kota daerah administratif khusus Tiongkok yang terletak di bagian tenggara Tiongkok di Pearl River Estuari dan Laut China Selatan (www.gov.hk).
Hong Kong merupakan kota yang terkenal dengan perkembangan yang ekspansif, hub jalur perdagangan laut di Asia timur dengan pelabuhan laut dalam alami serta kepadatan penduduk yang sangat tinggi.
ADVERTISEMENT
Menurut data pemerintah Hong Kong, populasi penduduk Hong Kong di tahun 2016 berjumlah 7,2 juta jiwa pada lahan seluas 1,104 km2. Hal inilah yang membuat kebijakan pemerintah Hong Kong terkait pembangunan sarana dan prasarana untuk tempat tinggal adalah penataan vertikal.
Keperluan penyediaan tempat tinggal yang berbanding lurus dengan laju pertumbuhan populasi di Hong Kong, membuat banyaknya bangunan-bangunan apartemen dan perkantoran yang berlanskap vertikal menjadi sangat masif.
"Gedung-gedung tinggi di Hong Kong dibangun dengan kombinasi kayu dan material lainnya termasuk bambu-bambu jenis khusus. Teknik ini sudah sangat umum digunakan di Hong Kong. Cara ini membuat kota ini banyak mendapat pujian dari banyak negara," tulis Anna Kwong, seorang arsitek ternama Hong Kong seperti dalam laman Hong Kong Tourism Board, 2015. (www.tourism.gov.hk)
ADVERTISEMENT
Seni Konstruksi Bambu di Hong Kong
Sahabat, berdirinya bangunan-bangunan vertikal pencakar langit di Hong Kong, tidak lepas dari peranan tanaman bambu sebagai salah satu material utama konstruksi bangunan.
Bambu telah dipercaya sebagai material utama karena faktor kekuatan, keringanan serta daya tahan konstruksi bambu yang teruji dalam menghadapi anasir-anasir perubahan alam serta beban material bangunan.
Para arsitek dan pekerja-pekerja konstruksi Hong Kong telah menggunakan teknik konstruksi dengan bambu sebagai material utama selama puluhan tahun.
Lebih lanjut, jenis bambu yang digunakan di Hong Kong untuk konstruksi bangunan pencakar langit ada 2 jenis, yaitu bambu jenis mao jue dan kao jue yang kalau di Indonesia merupakan jenis bambu hijau dan bambu kuning.
ADVERTISEMENT
Bambu yang akan dipakai untuk konstruksi harus dipastikan kekeringannya, hal ini tentu untuk mencegah bambu konstruksi pecah atau busuk yang tentunya akan berdampak kontra produktif terhadap keselamatan pekerja dan konstruksi bangunan itu sendiri.
Selain faktor keringnya bambu, kriteria standar bambu yang wajib diperhatikan oleh para pekerja konstruksi dan arsitek di Hong Kong adalah faktor diameter atau penampang bambu. Untuk jenis mao jue, harus mencapai 70 mm dan untuk bambu kuning sekitar 45mm.
Sumber: https://www.theloophk.com/hong-kong-history-culture-guide-whats-the-deal-with-bamboo-scaffolding
Seni Konstruksi Bambu: Detak Sejarah dan Filosofinya
ADVERTISEMENT
Penggunaan bambu dalam seni konstruksi di Hong Kong dan Tiongkok pada umumnya telah mendarah daging selama kurun waktu yang panjang. Tercatat dalam sejarah, salah satu dinasti tertua Tiongkok, yakni Dinasti Han (221-206 SM).
Para arsitek di zaman tersebut sukses membangun istana kerajaan bagi Kaisar Hanwudi dengan menggunakan seni konstruksi bambu. Contoh rekam jejak penggunaan bambu dalam seni konstruksi Hong Kong adalah pada Haw Par Mansion, yang terletak di distrik Wanchai dan dibangun sejak tahun 1930-an, dan teruji masih berdiri kokoh hingga kini, meskipun tak terhitung deraan typhoon yang melanda Hong Kong sejak dahulu.
Beberapa suku asli Tiongkok, khususnya suku minoritas yang hidup di daerah barat daya Beijing, tepatnya di kota Yunnan, masih menggunakan rumah tingkat bambu sebagai tempat tinggal mereka. Memang di daerah ini, ekosistem hutan bambu masih sangat terjaga keasliannya.
ADVERTISEMENT
Dari aspek filosofis, bambu merupakan simbol nyata kearifan alam semesta yang apabila bersatu harmonis dengan kehidupan manusia. Sastrawan Bai Juyi yang hidup di era dinasti Tang (618-907) menggambarkan filosofi bambu sebagai penggambaran akan bagaimana idealnya seorang insan menjalani kehidupan di dunia.
Sebelum tumbuh hingga menjulang tinggi dengan cepat, tumbuhan bambu mempersiapkan diri dengan akarnya yang tumbuh kokoh di dalam tanah selama kurun waktu 4-5 tahun, karena ia tahu bahwa semakin ia tumbuh tinggi maka akan semakin banyak angin yang akan menerpanya.
Di saat tumbuhan lain banyak yang tumbang tapi jarang sekali mendengar ada tumbuhan bambu roboh akibat diterjang angin. Begitu pula sebaiknya dengan kehidupan seorang insan, sebelum menapaki amanah yang lebih tinggi dan lebih besar, maka kita harus mempersiapkan mental yang kuat agar dapat menghadapi berbagai cobaan hidup yang semakin berat.
ADVERTISEMENT
Cara bambu mengekspresikan hidupnya menggambarkan bahwa latar belakang seseorang tidak menjadi hambatan dan tolak ukur untuk bisa mengekspresikan potensi yang ada dalam kehidupan seorang insan manusia.
Tanaman bambu yang lekat dengan citra fleksibilitas dan ketangguhan seakan mengajarkan bahwa kehidupan hendaknya diwarnai dengan kemampuan beradaptasi dan ketangguhan pribadi masing-masing insan.
Tentunya hal ini akan semakin teroptimalisasi melalui manifestasi rasa syukur dan nilai-nilai keluhuran kepada sang pencipta dalam kehidupan kita.
Sahabat, demikianlah sekelumit goresan kisah kali ini, semoga memberikan inspirasi kebaikan kepada kehidupan kita sekalian.