Konten dari Pengguna

Menghidupkan Seni van Gogh Lewat Film Animasi Loving Vincent (2017)

Christjoy Jeremi Sitepu
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atmajaya Yogyakarta
27 Oktober 2024 2:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Christjoy Jeremi Sitepu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Film animasi Loving Vincent (2017) benar-benar sebuah karya seni yang tidak biasa dan memukau. Untuk para pengikut Vincent van Gogh dan karya-karyanya jangan lewatkan film yang satu ini, jangan sampai mengalami penyesalan terbesar. Loving Vincent (2017), ini adalah film animasi pertama di dunia yang dibuat sepenuhnya dari lukisan minyak, memberikan pengalaman visual yang menakjubkan. Dalam konteks animasi, format produksi ini melibatkan penciptaan serangkaian gambar—baik dalam bentuk analog maupun digital—yang kemudian disusun secara berurutan untuk menghasilkan ilusi gerakan. Baik itu dua dimensi atau tiga dimensi, animasi seperti ini menggabungkan seni dan teknik secara bersamaan, dan Loving Vincent mempersembahkan salah satu pendekatan paling artistik dalam dunia animasi.
Cuplikan-cuplikan dari Film Animasi Loving Vincent (2017) (Sumber : Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Cuplikan-cuplikan dari Film Animasi Loving Vincent (2017) (Sumber : Pribadi)
Film ini tidak hanya membangkitkan kehidupan Vincent van Gogh melalui ceritanya, tetapi juga secara visual menerjemahkan gaya seni post-impresionisnya. Setiap adegan adalah seperti karya seni yang digerakkan, menghadirkan palet warna yang kaya dan gaya kuas yang tajam, membuat penonton merasa seperti benar-benar berada di dalam lukisan van Gogh. Ini adalah penghormatan artistik yang indah, tidak hanya bagi sang seniman tetapi juga bagi penonton yang menghargai seni dalam bentuk film.
ADVERTISEMENT
Sebagai bagian dari aliran film seni (art film), Loving Vincent berada dalam wilayah yang sangat eksperimental dan kreatif. Tidak banyak film yang berani mengambil risiko sebesar ini—dengan fokus yang sangat besar pada visual artistik dan animasi lukisan tangan. Ini bukan film mainstream dengan cerita aksi cepat atau alur yang mudah dipahami. Sebaliknya, film ini adalah karya yang menuntut kesabaran dan pemahaman mendalam terhadap seni dan sejarah. Film ini mengajak kita untuk lebih merenungkan kehidupan dan karya Vincent van Gogh, menjadikan pengalaman menontonnya bukan sekadar hiburan, tetapi juga pelajaran seni.
Salah satu hal paling mengesankan dari Loving Vincent adalah cara film ini mendefinisikan ulang konsep animasi itu sendiri. Dengan menggunakan lebih dari 65.000 lukisan tangan—sebuah pencapaian luar biasa—film ini tidak hanya menawarkan pengalaman visual yang unik, tetapi juga menciptakan standar baru dalam produksi film animasi. Menurut CSE Digital (2019), ini bukan sekadar animasi biasa; ini adalah seni yang hidup di setiap gerakan, dengan detail yang tidak akan bisa dicapai oleh animasi digital. Bagi penggemar film animasi dan seni, Loving Vincent adalah suguhan yang tidak boleh dilewatkan. Ini adalah bukti nyata bahwa sinema adalah medium yang terus berevolusi, siap menjembatani antara teknologi dan seni dengan cara yang paling unik.
ADVERTISEMENT
Penulis:
Christ Joy Jeremi Sitepu_Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Referensi:
Nour, N. (2019). Loving Vincent: Challenging Genre Conventions in the Digital Age. Cairo Studies in English, 2019(2), 109-121.
R.A. Vita. N.P.Astuti. Ph. D. (2022). Buku Ajar Filmologi Kajian Film. UNY Press.