Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Walau Laju Penyebaran COVID-19 Menurun, Kita Harus Waspada
CISDI adalah sebuah think tank independen yang berfokus pada perbaikan sistem pelayanan kesehatan untuk pencapaian SDGs Goal 3. Salah satu programnya, Pencerah Nusantara adalah gerakan pemuda yang bertujuan untuk memperkuat layanan kesehatan primer di daerah terpencil di Indonesia. Dikelola oleh CISD
12 Mei 2020 14:04 WIB
Tulisan dari CISDI Center for Indonesia Strategic Development Initiatives tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo menyatakan laju penyebaran COVID-19 telah menunjukkan tren mendatar. “Laju kasus baru mengalami penurunan mencapai 11 persen,” ujarnya dalam rapat terbatas, Senin (4/5).
ADVERTISEMENT
Meski begitu, ia tetap memohon seluruh elemen untuk tidak mengendurkan pengawasan. Menurutnya, ancaman gelombang kedua selalu datang di setiap negara yang berhasil mendatarkan kurva penyebaran.
Situasi itu relevan dengan kondisi Indonesia, mengingat dalam waktu dekat pekerja migran Indonesia (PMI) dalam jumlah banyak akan kembali ke tanah air. Di saat bersamaan penerapan PSBB di sejumlah wilayah juga belum berjalan sesuai harapan.
Imbauan Doni untuk tidak mengendurkan kewaspadaan layak diapresiasi karena pandemi adalah situasi krisis yang selalu menampilkan ketidakpastian. Bertolak belakang dengan pernyataan Doni, Menkopolhukam Mahfud MD justru melempar wacana pelonggaran PSBB .
Penyataan Mahfud sontak langsung memicu perdebatan di tengah masyarakat, terutama dari kalangan pekerja kesehatan masyarakat.
Kapasitas Tes
ADVERTISEMENT
Namun di tengah perdebatan itu, kewaspadaan negara maupun masyarakat tetap diperlukan. Untuk menurunkan laju penyebaran COVID-19, secara teori kebijakan pembatasan jarak semata seperti PSBB bukanlah pilihan terbaik . Komponen lain yang sangat wajib diperhatikan adalah kapasitas tes.
Penurunan jumlah kasus memang terjadi, tetapi jumlah pasien dalam pemantauan (PDP) juga meningkat. Dalam kondisi ini, ada kemungkinan penurunan jumlah pasien disebabkan minimnya kapasitas tes yang dimiliki pemerintah.
Ketika kelompok yang dites semakin sedikit, kasus yang terkonfirmasi ikut menurun. Pemerintah Indonesia telah menjanjikan 10.000 tes spesimen dengan metode real-time polymerase chain reaction (RT-PCR) , namun target itu tidak tercapai hingga sekarang. Data riil yang dimiliki oleh Gugus Tugas baru berkisar pada 6.000 dan 7.000 spesimen per hari.
ADVERTISEMENT
Tes PCR merupakan metode yang paling direkomendasikan oleh WHO untuk mendeteksi COVID-19. Sebuah data dari lembaga survei independen Worldometers per 6 Mei 2020 menyatakan Indonesia baru miliki rasio pengujian tes 444 per 1 juta penduduk. Di sisi lain, Korea Selatan dan Singapura, negara-negara yang sukses menekan penyebaran COVID-19, memiliki rasio pengujian tes mencapai 12.666 dan 30.016 per 1 juta penduduk.
WHO merumuskan pendekatan test (tes), trace (lacak), treat (rawat), dan isolate (isolasi) sebagai rantai strategi memutus penyebaran wabah.
Lantas apa fungsi tes dalam rantai strategi tersebut? Simak informasi lengkapnya di sini.