Konten dari Pengguna

Rafah, Peluk Jauh untuk Mereka

Waode Nurmuhaemin
Doktor Manajemen Pendidikan , Penulis Artikel dan Buku Pendidikan
9 Mei 2024 14:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Waode Nurmuhaemin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : unsplash Foto
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : unsplash Foto
ADVERTISEMENT
Serangan yang dilakukan Israel ke Rafah betul-betul sudah sangat diluar batas nalar dan sangat menghancurkan hati. Serangan itu dilakukan di tengah-tengah pembicaraan gencatan senjata Hamas dan Israel. Banyak air mata yang tumpah untuk mereka dari berbagai belahan dunia. Sudah 7 bulan serangan brutal dilakukan dan tidak terhitung lagi banyaknya korban Jiwa berjatuhan di negara para Nabi itu. Rafah adalah wilayah Gaza Selatan , satu-satunya tempat yang aman setelah Gaza dibumihanguskan.
ADVERTISEMENT
Rafah yang hanya berbatasan pagar dengan Mesir menjadi saksi kebekuan hati presiden negara itu yang tidak bergeming sedikitpun untuk membuka gerbang dan tembok tinggi sekadar menyelamatkan nyawa orang-orang Palestina di tengah teriakan-teriakan kesakitan saudara-saudara muslimnya. Kecaman dunia bahkan resolusi PBB nyatanya hanya dianggap angin lalu oleh Israel. Negara teroris tersebut dengan bangganya memamerkan aksi Genosida di mata dunia internasional. Tak pelak serangan itu membuat 35 korban jiwa yang terbanyak adalah wanita dan anak-anak.
Bagaimana rasanya menyaksikan rumah kita menjadi puing-puing? Mengubur sanak saudara dengan hati hancur lebur di tengah desingan peluru dan terjangan bom? Bagaimana rasanya harus berebut makanan dengan baju yang masih berlumuran darah orang-orang tercinta? Hanya penduduk Palestina yang tau jawabannya. Sedari kecil mereka sudah akrab dengan yang namanya penindasan, perampasan hak hidup serta dihancurkan dengan perang.
ADVERTISEMENT
Sehingga wajar jika semua produk yang terafiliasi dengan Israel di boykot di mana-mana. Apa yang bisa kita lakukan untuk sekadar mengobati rasa kemanusiaan dan hati kita yang tercabik-cabik? Boycot adalah cara membuat kita menunjukkan keberpihakan terhadap derita mereka. Produk-produk itu terang-terangan menyumbang dana untuk Israel.
Sebagai warga dunia, menyaksikan serangan brutal terus-terusan dari masa ke masa oleh Israel begitu melelahkan padahal kita hanya menonton dan tidak mengalami. Korban-korban jiwa , terutama anak-anak yang tidak bersalah dengan tangan-tangan kecil mereka terkulai pasrah di timbunan reruntuhan bertuliskan nama mereka agar gampang dan mudah ditemukan ketika menjadi korban oleh keluarga masing-masing tak pelak membuat air mata kita jatuh. Sebegitu murahnya nyawa mereka seolah mereka tidak pantas dan tidak layak hidup di muka bumi.
ADVERTISEMENT
Kecaman dunia internasional termasuk dari kampus-kampus terkemuka dunia menunjukkan bahwa semua orang dari semua golongan sudah muak dengan kekejaman yang dipamerkan tentara-tentara Israel. Meskipun alasan utama penyerangan adalah mencari tentara Hamas, namun nyatanya yang jadi korban paling banyak adalah warga sipil.
Serangan yang dilakukan tanpa pandang bulu, menegaskan bahwa Israel bukan memburu Hamas tapi tengah membantai seluruh masyarakat Palestina. Aksi tak elok ini tentu saja akan dicatat dalam tinta hitam sejarah dunia yang juga telah ditorehkan oleh Israel kurang lebih 75 tahun lalu atas perampasan tanah-tanah Palestina oleh pengungsi Eropa yang dikejar-kejar Hitler yang tidak tahu terima kasih tersebut serta berbalik menikam negara yang telah memberi tumpangan dna bantuan.
ADVERTISEMENT
Berjuta-juta orang mengirimkan doa untuk keselamatan rakyat Palestina. Banyak mata tertuju d Rafah, di sana seolah-olah menjadi penjara terbesar bagi 1,7 juta rakyat Palestina. Juga ladang pembantaian manusia di abad 21. Mereka terkepung dan hanya bisa berteriak. Mereka tidak memiliki akses untuk keluar bahkan jika Israel kemudian menyuruh Mesir menutup akses bantuan makanan melalui Rafah, seperti biasa Mesir akan patuh. Sungguh hantaman kelaparan akan kembali melanda.
Apa lagi yang bisa ditulis tentang ketabahan orang Palestina? Siksa seperti apa yang belum mereka lalui?cobaan model mana yang belum meraka rasakan?
Pertanyaan terbesar kemudian menyusul,” Ke mana pemimpin negara-negara muslim? Masih ada?"
Peluk dari jauh untuk semua orang Palestina di Palestina. Bagaimanapun Allah, tuhan kita tidak tidur. Kalian adalah manusia-manusia langit yang hidup di Bumi. Doa kami segenap saudara-saudara kalian tertumpah di langit sembari berharap besok keadaan akan lebih membaik.
ADVERTISEMENT