Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Minggu Pagi: Menikmati Soto dan Nuansa Gamping
12 Juni 2022 16:42 WIB
ยท
waktu baca 3 menitTulisan dari Yudha Adi Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Semalam hujan deras, aku memilih untuk tidur cepat. Bukan tanpa alasan. Ada keinginan untuk besok pagi bisa bertemu Helvin. Seorang teman dari Jawa Timur yang akan praktik khotbah di GKJ Rewulu Pepanthan Gamping. Sudah lama ini direncanakan, mencoba praktik di wilayah pelayanan GKJ Rewulu. Senang rasanya, bisa terwujud dari ini, Minggu 12 Juni 2022. Ada catatan tersendiri.
ADVERTISEMENT
Bayanganku tertuju pada pembekalan guru sekolah minggu yang dilakukan beberapa tahun silam. Keceriaannya nampak jelas. Seperti pada hari sebelumnya, saat ini ada perjumpaan yang dirindukan. Semoga aku tidak kelewatan. Benar saja, aku memilih bangun pagi dan menyelesaikan tanggung jawabku di pagi hari. Meluncur menuju Godean untuk persiapan dan berada di Gamping, tepat ketika ibadah telah selesai. Sebenarnya malu, ini hari temanku tapi aku kesiangan.
Motor aku parkirkan dekat gereja. Semoga ada yang mengenali kedatanganku. Setidaknya membantu ketika nanti berbicara dan membicarakan apa. Gamping menjadi tempat yang jarang aku kunjungi. Tapi ini juga bagian dari perjalanan belajarku. Sesekali aku ke Gamping untuk mendapatkan semangat. Melangkah ketika terpuruk dan yang pasti untuk menyadari kembali. Siapa aku dan dalam perjalanan ini aku menjadi diri seperti apa. Kadang itu menjadi pertanyaan tersendiri.
ADVERTISEMENT
"Mas, ayo. Wes ketmau po sampeyan ?" Ada sapaaan menyambutku. Suaranya tidak asing. Tapi wajahnya aku kenal. Namanya lupa. Menjadi kebiasaan saat ini, mengenal berdasarkan cirinya saja. Untuk nama tetap saja lupa. Sapaan ramahnya membuatku mengulurkan tangan. Kami bersalaman. Sembari aku mengucapkan selamat pagi dan wah bangun pagi ini. Bangun pagi itu prestasi bagi mahasiswa seperti kami. Percakapannya pada sebuah waktu dimana hidup di asrama. Mungkin tahun depan dia masuk asrama.
Dia siapa, aku lupa memperkenalkan. Ada seorang pemuda, dia juga tinggal bersama Helvin. Aku tidak begitu mengenal, tapi kami akrab. Menunggu di dalam gereja dan beberapa sapaan warga jemaat. Aku menikmati kembali nuasa gereja yang ramah. Gereja yang setelah selesai ibadah, jemaatnya tidak langsung pulang ke rumah. Mungkin Helvin baru sibuk dengan majelis dan percakapan setelah ibadah. Pemuda tadi dengan ramah membawa ajakan.
ADVERTISEMENT
"Mas, nek karo nunggu Mas Helvin awakke dewe rokokan sikek kepie ?" Ajakan yang sulit untuk ditolak. Benar saja, langkahku menuju sebelah timur gereja. Membicarakan tempat dan suasana. Meski pengetahuanku tidak seberapa, kadang malas juga. Tapi aku senang dengan keramahannya. Tempat ini membawa peringatan akan siapa diriku. Kenapa aku merokok lagi di depan gereja. Tidak apa, mungkin menjadi kesempatan untuk jujur dengan diri sendiri. Bahwa kerapuhan juga perayaan untuk berjumpa. Menenangkan sekali, meski tempat ini agak asing.
Helvin tiba-tiba muncul. Senyumnya yang khas tidak bisa tersembunyikan. Ada ketakutan, setelah khotbah energi menjadi terkuras. Memang, ada banyak perjuangan sebelumnya. Malam yang dilalui dengan pergumulan, bacaan, bahkan temuan akan diri yang akan disampaikan. Percakapan ini menjadi urusan dapur. Tidak semua terbuka untuk mendengarkan bahkan memberikan diri untuk menanggapi. Tidak masalah, aku senang untuk setiap kejujuran yang dikatakan.
ADVERTISEMENT
Setelah ada banyak percakapan dan temu. Mungkin juga bagian untuk pamit karena perpisahan. Apa sebenarnya berpisah, tatapan Mas Uka menyapa di tengah suasana selesai berfoto.
"Biyen kae aku ketemu kowe. Kebetulan pas neng GKJ Ngento-ento" Aku tertegun, dalam diam ternyata orang juga mengenang akan perjalanan. Itu menjadi temuan, apa saja yang terjadi tetaplah indah. Semakin siang, kempulan rokok padam dan kami berangkat untuk mencari makan. Soto dekat pertigaan Gamping menjadi perjumpaan untuk makan. Di tempat ini, narasi kembali hidup. Soal apa saja, terutama panggilan. Bahwa jalan ke depan mungkin saja banyak mungkin. Aku senang, ada pelajaran berharga pagi ini. Soal pertemanan dalam perjalanan.
Perlukuan, 12 Juni 2022 dalam sebuah siang