Konten dari Pengguna

Perbedaan Sanmol dan Paracetamol untuk Redakan Nyeri

Perbedaan Kata
Membahas perbedaan kata secara mendalam.
5 September 2023 10:52 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Perbedaan Kata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sanmol. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sanmol. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Sanmol dan paracetamol termasuk jenis obat yang sering dikonsumsi masyarakat Indonesia. Kedua jenis obat ini banyak digunakan untuk meredakan demam dan sakit kepala.
ADVERTISEMENT
Sanmol merupakan obat analgesik dan antipiretik yang aman dikonsumsi anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Sanmol tidak termasuk obat yang dilarang, sehingga mudah dijumpai di apotek maupun minimarket sekitar.
Sama seperti Sanmol, paracetamol juga tergolong sebagai obat analgetik dan antipiretik yang dijual bebas di pasaran. Lantas, apakah ada perbedaan Sanmol dan paracetamol? Simak penjelasannya dalam artikel ini.

Perbedaan Sanmol dan Paracetamol

Ilustrasi obat. Foto: Pixabay
Pada dasarnya, Sanmol dan paracetamol merupakan jenis obat yang sama. Sanmol mengandung bahan aktif paracetamol yang memiliki efek meredakan nyeri (analgesik) dan meredakan demam (antipiretik).
Mengutip laman WebMD, obat paracetamol seperti Sanmol dapat digunakan untuk membantu mengurangi demam dan nyeri, termasuk sakit kepala, sakit gigi, nyeri haid, sakit punggung, dan nyeri akibat operasi. Jenis obat ini juga ampuh menghilangkan sakit kepala karena flu dan pilek.
ADVERTISEMENT
Sanmol sendiri diproduksi oleh PT Sanbe Farma dan telah terdaftar di BPOM, sehingga aman dikonsumsi. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 500 mg, sirup 12 mg/5 ml, drops (tetes) 60 mg/0,6 ml, serta infus 10 mg dan 1.000 mg/100 ml.
Ilustrasi obat. Foto: Pixabay
Pasien dapat mengonsumsinya sesuai dosis yang tertera pada kemasan atau berdasarkan rekomendasi dokter. Jika dikonsumsi di luar batas dosis tersebut, paracetamol dalam Sanmol dapat memberikan efek samping seperti:
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan mencolok antara Sanmol dan paracetamol. Paracetamol merupakan kandungannya, sedangkan Sanmol adalah mereknya.
Selain Sanmol, ada berbagai merek obat dengan kandungan paracetamol yang bisa dikonsumsi, seperti Panadol, Bodrex, Paramex, Oskadon, dan Rodemol. Terlepas dari merek obatnya, pastikan untuk mengonsumsi paracetamol yang sudah terdaftar di BPOM sesuai dosisnya.
ADVERTISEMENT

Apa Pengganti Obat Paracetamol?

Ilustrasi obat. Foto: Unsplash
Jika paracetamol tidak mempan mengatasi gejala yang dirasakan, ada beberapa jenis obat lain yang dapat dikonsumsi sebagai alternatif. Berikut di antaranya:

1. Ibuprofen

Sama seperti paracetamol, ibuprofen juga bisa dikonsumsi sebagai pereda nyeri dan menurunkan demam. Namun, ibuprofen dinilai memiliki efek lebih kuat dari paracetamol. Itulah mengapa obat ini kurang direkomendasikan untuk pemakaian bebas tanpa resep dokter.
Meski begitu, ada beberapa jenis ibuprofen yang dapat dikonsumsi tanpa resep dokter. Jenis obat ini biasanya dikonsumsi untuk meredakan nyeri ringan dan nyeri akibat sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, flu, dan sakit gigi.
Ibuprofen termasuk dalam kelas obat Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAID). Obat ini bekerja dengan cara menghentikan produksi zat yang menyebabkan rasa sakit, demam, dan peradangan dalam tubuh.
ADVERTISEMENT
Selain untuk meredakan nyeri, ibuprofen juga digunakan untuk mengurangi pembengkakan serta mengurangi kekakuan yang disebabkan oleh osteoarthritis (radang sendi yang diakibatkan oleh rusaknya lapisan persendian) dan artritis rematoid (radang sendi yang diakibatkan pembengkakan lapisan persendian).

2. Naproxen

Naproxen termasuk jenis obat NSAID yang bermanfaat untuk mengurangi pembengkakan (peradangan) dan nyeri pada sendi dan otot. Jenis obat ini banyak digunakan untuk membantu mengobati artritis reumatoid, osteoartritis, asam urat, serta gangguan otot dan tulang,
Tersedia dalam bentuk tablet, sirup, dan kapsul, Naproxen bukan obat bebas yang bisa dibeli tanpa resep dokter. Pasien harus mengonsumsinya sesuai dosis yang dianjurkan agar tidak mengalami efek samping berlebihan seperti nyeri dada, sesak napas, dan sulit bicara.
ADVERTISEMENT

3. Aspirin

Ilustrasi obat. Foto: Unsplash
Aspirin juga menjadi salah satu obat pereda nyeri yang bagus, khususnya bagi penderita artritis reumatoid, osteoartritis, lupus, dan kondisi reumatologi lainnya. Untuk jenis penyakit tersebut, aspirin hanya boleh dikonsumsi dengan resep dokter.
Sementara aspirin tanpa resep digunakan untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri ringan hingga sedang akibat sakit kepala, radang sendi, sakit gigi, nyeri otot, hingga membantu mencegah stroke ringan.
Aspirin termasuk dalam kelompok obat salisilat. Obat ini bekerja dengan cara menghentikan produksi zat alami tertentu yang menyebabkan demam, nyeri, pembengkakan, dan pembekuan darah.
Aspirin dengan resep umumnya tersedia dalam bentuk tablet lepas lambat. Biasanya, aspirin jenis ini diminum dua kali atau lebih dalam sehari.
Aspirin tanpa resep tersedia dalam bentuk tablet biasa, tablet lepas lambat, tablet kunyah, bubuk, dan permen karet. Untuk mengobati demam atau nyeri, dosisnya dapat disesuaikan dengan informasi yang tertera di kemasan.
ADVERTISEMENT
Dianjurkan untuk minum sesuai dosis tersebut agar tidak ada efek samping berarti, seperti sakit perut, kram, tinja berwarna hitam dan keras, urine berdarah, nyeri dada, sembelit, dan kejang-kejang.
(ADS)