Konten dari Pengguna

Pentingnya Protein untuk Generasi yang Lebih Baik

Pertiwi Yuliana
a lifestyle blogger
27 Desember 2019 13:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pertiwi Yuliana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu terakhir, saya seringkali melihat curahan hati seorang teman melalui Instagram story yang menyatakan kekesalannya terhadap banyaknya komentar dari mulut orang-orang yang tidak diinginkan mengenai tumbuh kembang anaknya. Padahal, mereka tidak ikut andil apa pun dalam merawat dan membesarkan.
ADVERTISEMENT
“Anaknya kok kurus banget, sih? Kasih makannya yang banyak, dong!”
Begitulah kira-kira komentar yang seringkali didapatkan oleh teman saya tersebut. Padahal, saya cukup tahu bagaimana jungkir-baliknya dia dalam memenuhi kebutuhan sang buah hati. Terutama asupan makanan untuk tubuh gadis kecil terkasih.
Berbeda dengan kebanyakan ibu yang kutemui di dunia nyata, temanku yang satu ini cukup detail dalam perhitungan gizi yang akan diberikan kepada sang buah hati. Jadi, bukan sekadar banyak aja, ya. Karena, memang, bukan begitu seharusnya.
Hal ini semakin detail aku pelajari saat mengikuti acara Moms Mingle hasil kolaborasi dari #kumparanMOMxFrisianFlag yang mengusung tema #BelajarSeruTentangGizi pada 21 Desember 2019 lalu. Di sana, kami berkesempatan untuk bincang-bincang bersama beberapa narasumber, yaitu: Dr. Ir. Subandi Sardjoko, Msc selaku Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan; Andrew F. Saputro selaku Corporate Affairs Director Frisian Flag; dan dr. Diana Suganda selaku ahli gizi.
ADVERTISEMENT
Saya cukup excited mengikuti acara tersebut, karena sejak beberapa tahun terakhir ingin sekali memahami lebih jauh perihal gizi. Untuk saya pribadi, maupun untuk calon anak nanti. Dan saya rasa, ini adalah momen yang tepat untuk mempersiapkan dengan lebih matang.
Nah, disampaikan oleh Dr. Ir. Subandi Sardjoko bahwa berdasarkan data yang dimiliki pemerintah, masalah gizi yang banyak dihadapi di Indonesia adalah stunting. Stunting itu sendiri merupakan kondisi anak gagal tumbuh dan berkembang dengan maksimal karena kebutuhan gizinya tidak terpenuhi dengan baik. Maka, jadilah 1000 hari pertama anak menjadi periode emas yang sangat menentukan tumbuh kembangnya.
Kemudian, dikatakan oleh dr. Diana Suganda bahwa kebanyakan orangtua seringkali salah kaprah. Bukan semakin gemuk maka anak semakin sehat, ya. Itu adalah silogisme yang tidak bisa dibenarkan. Sebab, proses perkembangan anak terdapat kurvanya sendiri, yang di dalamnya termasuk berat badan. Apabila kurang atau lebih, wajib hukumnya untuk dikonsultasikan.
ADVERTISEMENT
Kebanyakan komposisi makan yang disuguhkan oleh orangtua kepada anak didominasi oleh karbohidrat, apakah hal tersebut benar?
Ternyata, komposisi karbohidrat dalam satu piring makanan itu hanya dibutuhkan seperempatnya saja, lho. Seperempatnya lagi lemak, dan sisanya adalah protein yang mencakup nabati dan hewani. Sekarang, fokus ke protein hewani dulu, ya.
Kenapa, sih, anak butuh protein hewani?
Pertama, karena tubuh itu sendiri terdiri dari 20% protein. Fungsi protein di dalam tubuh adalah untuk pembentukan tulang, otot, darah, hormon, dan vitamin. Khusus untuk anak yang masih ada di masa tumbuh kembang, protein merupakan makronutrien komponen utama yang sangat dibutuhkan karena mengandung lebih tinggi:
• Vitamin B12 yang ada di dalam ikan, daging, unggas, dan produk susu (bisa memanfaatkan #kebaikansusuFrisianFlag, lho).
ADVERTISEMENT
• Vitamin D yang ada di dalam ikan berlemak, telur, dan produk susu. Sebagai catatan, protein nabati juga mengandung vitamin D, tapi pemanfaatannya lebih baik dari sumber hewani.
• DHA sebagai asam lemak esensial omega 3 yang terdapat di dalam ikan yang penting bagi kesehatan otak dan sulit didapatkan dari sumber nabati.
• Zat besi – heme yang bisa didapat di dalam daging merah. Zat besi – heme ini lebih mudah diserap oleh tubuh jika dibandingkan dengan zat besi – nonheme dari tumbuhan.
• Zinc yang terdapat di daging sapi, babi, ataupun kambing lebih mudah diserap disbanding dari sumber nabati.
Lalu, bagaimana jika anak kekurangan protein hewani untuknya di masa yang akan datang? Ada beberapa masalah kesehatan tentunya untuk anak yang tidak terpenuhi asupan protein hariannya, seperti: rasa lelah, lemah, letih; kurangnya konsentrasi; pertumbuhan fisik yang terganggu; nyeri tulang; penyembuhan luka akan memakan waktu yang lebih lama; dan penurunan respon imun.
ADVERTISEMENT
Wah, sebagai orangtua dan para calon orangtua, pastinya tidak ingin dong kalau buah hatinya memiliki masalah kesehatan seperti yang sudah disebutkan di masa yang akan datang? Sebelum terlambat, hal tersebut tentunya sangat mungkin untuk dicegah segera.
Orangtua bisa memulai untuk biasakan jadwal makan yang teratur. Komposisi makanannya juga harus diperhatikan, ya. Lengkapi dengan jumlah protein yang sesuai dengan kelompok usia. Disarankan untuk memenuhi 3 kali makan utama ditambah dengan 2 kali selingan sehat per harinya untuk anak. Selingan sehat di sini adalah ekstra protein ya, btw. Jangan lupa juga untuk memperkenalkan berbagai jenis dan macam protein sejak dini.
Susah, gak, sih membuat anak untuk dapat terpenuhi asupan proteinnya? Ya, pastinya setiap orantua dan anak punya tantangannya sendiri, sih, ya. Namun, ada beberapa tips dan trik yang mungkin bisa dicoba, seperti:
ADVERTISEMENT
• Orangtua harus menjadi role model. Enggak bisa dipungkiri ya bahwa anak seringkali meniru apa yang ada di sekelilingnya. Maka, jadilah contoh yang baik untuk anak. Ajaklah makan bersama dengan menu-menu yang sesuai dengan kelengkapan gizi per harinya.
• Membuat variasi masakan setiap hari. Makan sehat bukan berarti harus enggak enak, kan? Nah, variasi ini juga dibutuhkan agar anak tidak bosan disuguhkan menu yang itu-itu saja.
• Variasi bentuk. Seringkali saya temukan anak-anak yang akan tertarik untuk makan karena bentuk makanan tersebut yang menggemaskan. Saya juga demikian ketika masih seusia mereka. Nah, trik satu ini juga bisa dicoba agar anak bisa makan dengan lahap. Ya, butuh kreativitas ekstra sih memang. Namun, demi anak biasanya tetap rela melakukan, kan?
ADVERTISEMENT
• Sabar dan tidak memaksa. Poin yang ini adalah hal yang wajib dimiliki oleh orangtua. Kalau enggak sabaran, bukan mustahil kalau anak malah akan lebih jauh menghindar.
• Sajikan dengan penuh cinta. Tentu, ini adalah poin yang enggak kalah pentingnya. Harus selalu ada, ya.
Banyak sekali ilmu yang bisa didapat dari acara ini. Semoga, semangat ibu pasti bisa yang dikobarkan oleh Kumparan MOM bisa terus membara agar bisa memberikan pelajaran yang lebih banyak kepada sesama orangtua demi generasi yang lebih baik di depan.