Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Cerita Karto Mengejar Tuyul dan Tersesat di Tempat Misterius Berhari-hari
19 November 2020 19:54 WIB
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Wajahnya seram, dengan mata melotot, ia pamerkan giginya yang tajam seakan marah. Sebentar ia melihatku, lalu berlari begitu kencangnya. Aku mengejarnya sembari berteriak "maling". Sesekali aku kehilangan dia, tetapi ia muncul lagi dengan ekspresi wajah yang sama.
ADVERTISEMENT
Tubuhnya amat kecil. Barangkali seukuran bocah berusia 3-4 tahun. Malam itu, kami sedang tertidur. Di tengah gelapnya ruangan kamar, istriku terbangun dan berteriak kencang. Katanya, ada yang menggerayangi tubuhnya, tetapi sesosok anak kecil.
"Kang! Ada orang!"
Seketika aku terbangun kaget dan buru-buru menyalakan lampu kamar. Aku melihat tak ada satupun barang yang hilang. Hingga aku menyadari bahwa perhiasan istriku yang tertempel di tubuhnya menghilang.
"Bahaya. Ini bukan manusia. Kau bilang itu bocah, bukan?"
"Iya, Kang. Aku tak melihat begitu jelas. Namun, aku yakin itu anak kecil. Tubuhnya pendek."
Seketika aku berlari mencari bocah yang dimaksud. Ku susuri seluruh rumah dan pekarangan. Namun, tak ku temukan siapapun. Hingga tiba-tiba dari balik pot bunga yang tingginya barang selutut, tampak seorang bocah, berkepala plontos, memelototiku.
ADVERTISEMENT
Buru-buru aku mengejarnya lalu berteriak sekencang-kencangnya: "Maling! Maling!"
Tak ada warga yang mendengarkan. Tak ada yang turut berlari. Bocah aneh itu melompati pagar rumahku dan berlari. Aku mengejarnya, mengikutinya. Sayup-sayup ku lihat ia masuk ke sebuah hutan.
Aku mengikutinya ke manapun. Aku sempat kehilangan jejaknya. Namun, ia muncul kembali seakan mengerjaiku. Sengaja membuatku mengejarnya.
Sialan, dia memancingku. Tak akan ku biarkan ia lolos. Aku harus menangkapnya. Kendati tak ada seorangpun yang membantu, aku tetap memberanikan diri mengejarnya.
Aku sudah tak khawatir lagi terhadap keadaan istriku. Aku menyuruhnya berlari ke rumah Pak Duloh, tetangga sebelah rumah. Namun, anehnya Pak Duloh tak turut membantuku mengejarnya. Ah, mungkin ia kehilangan jejakku.
Aku tak begitu mengkhawatirkan itu. Meskipun, imajinasiku sudah liar ke mana-mana. Aku sudah tahu bahwa itu bukan bocah biasa. Mungkin itu tuyul atau sejenisnya.
ADVERTISEMENT
***
Sudah berjam-jam aku berlari, tetapi tak ku temukan bocah itu. Sosok itu pun tak lagi memancingku. Akhirnya, aku memutuskan kembali pulang dan menengok keadaan istriku.
Jika itu makhluk halus, aku khawatir terjadi apa-apa terhadap istriku. Aku berlari sekencang-kencangnya di tengah hutan dekat rumahku. Memang, lingkungan kampungku masih lebat dengan kebun rambutan dan kebun jati.
Dari tadi, aku tak menyadari kalau aku sudah masuk terlalu jauh. Aku merasa jalan pulang lebih panjang daripada saat aku mengejar tuyul itu. Yang aku ingat, ada pohon mahoni besar yang menjadi tanda kalau itu sudah dekat dengan perkampungan.
Aku tahu pohon itu satu-satunya di sana karena tak jauh dari sana, ada sebuah gubuk pemilik kebun tersebut. Bila pagi, aku selalu duduk-duduk di gubuk tersebut untuk merokok dan minum kopi.
ADVERTISEMENT
Jadi, aku tahu kalau itu sudah dekat. Dari kejauhan, ku lihat pohon mahoni dan gubuk tersebut. Tak kurang dari dua menit, aku sudah sampai di bawah pohon itu.
Aku berhenti sejenak mengambil nafas, lalu aku berlari lagi menuju rumah. Namun, sekitar beberapa menit aku berjalan, entah mengapa aku kembali di pohon mahoni tadi.
Ah, barangkali aku tak sadar tersesat. Akhirnya aku berlari kembali, memastikan jalanku sudah benar. Namun, lagi-lagi aku kembali ke bawah pohon mahoni itu.
Sejak itu aku mulai merasa ada yang aneh. Apakah sosok bocah tadi sengaja membuatku tersesat? Buru-buru aku lari sekencang-kencangnya. Namun, aku terus menerus kembali ke pohon itu.
Mungkin, sekitar sepuluh kali aku terus menerus kembali sampai di pohon mahoni itu. Aku takut bukan main. Selain itu, aku juga lelah. Aku berteriak meminta tolong, tetapi tak satupun orang yang datang.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, tak sadar aku terjatuh dan pingsan. Sejak itu aku tak ingat apapun yang terjadi hingga akhirnya aku dibangunkan oleh istriku. Katanya, aku telah hilang selama lima hari sejak aku bertemu dengan sosok bocah itu. Orang-orang menyebutnya itu tuyul.
Cerita ini hanya fiktif belaka. Kesamaan nama tokoh dan latar hanyalah kebetulan.