Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kisah Nenek Siluman Buaya yang Tawarkan Pesugihan pada Warga
26 Juni 2020 18:20 WIB
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bertemu makhluk halus menyeramkan tentu tak diinginkan kebanyakan orang. Lantas bagaimana jika, misal, makhluk itu mengikuti kita ke rumah, bahkan mengajak kita bersahabat?
ADVERTISEMENT
Peristiwa yang membikin bulu kuduk merinding itu terjadi di perumahan tempatku tinggal. Lokasi itu memang tergolong baru, sehingga identik dengan hal-hal mistis: setan menyukai tempat-tempat baru. Selain itu, sebelum menjadi perumahan, lokasi itu dulunya ialah semak belukar, hutan rimba, atau lahan kosong yang jamak dianggap masyarakat sebagai tempat para mahluk gaib.
Kejadian mengerikan ini bermula ketika, sebut saja Anang, bersama istri dan dua anaknya, bertandang ke rumah orang tuanya di tak jauh dari perumahan itu. Seusai salat Isya, Anang dan anak juga istrinya pamit untuk pulang ke perumahan.
Anang pulang dengan mengendarai sepeda motor, memboncengkan istri dan kedua anaknya. Saat itu, kondisi jalan begitu lengang dan sepi: mereka menuju rumah hampir tengah malam.
ADVERTISEMENT
Memasuki kawasan hutan beberapa kilometer tak jauh dari perumahan itu, suasana makin sunyi. Jarang ada rumah di sana dan kendaraan pun tak ada yang lewat.
Anang melintas pelan di jembatan menuju komplek rumahnya. Di jembatan yang sekitar 300 meter dari perumahan itu, suasana amat sunyi dan udara tiba-tiba menjadi begitu dingin. Di kanan dan kiri jalan, tak terlihat apa-apa selain pohon-pohon lebat dan sungai kecil yang airnya tak terlalu deras.
Tepat saat Anang melintas di jembatan itu, ia melihat seorang nenek tua berjalan bongkok dengan sorot mata amat tajam pada ia dan keluarga. Dalam pikiran Anang ketika itu, si nenek hanyalah warga sekitar yang sedang melintas.
Karena tak ada firasat sedikit pun, Anang tetap membiarkan perempuan tua yang mengenakan kebaya warna cokelat tempo dulu dengan motif bunga tersebut berjalan. Namun, anehnya, dengan jelas Anang melihat kulit nenek itu bersisik, mirip dengan yang ada di tubuh buaya .
ADVERTISEMENT
*
Keanehan terjadi saat Anang bersama istri tiba dan masuk rumahnya. Kala itu, lampu rumah dinyalakan dan anak bungsunya yang berumur 3 tahun langsung menangis.
Anang dan istrinya lantas bergegas membawa anak itu ke kamar, namun tangis itu tak kian mereda. Sesekali, anaknya menunjuk ke ujung kamar.
Saat menengok ke arah tunjukan anaknya itu, Anang dan istrinya syok setengah mati, dengan mulut seakan kaku dan bulu kuduk merinding. Betapa tidak, si nenek yang ditemui di atas jembatan tadi rupanya ada di dalam kamar.
Karena lampu kamar menyala, wajah si nenek misterius tersebut terlihat amat jelas. Ia tampak begitu menyeramkan, dan di bagian dahi, pipi, hingga dagunya, terdapat totol hitam seperti sisik buaya. Ia tampak sebagaimana seekor siluman .
ADVERTISEMENT
Keheningan pun pecah, saat si nenek berbicara untuk minta dibuatkan segelas kopi.
“Tidak ada kopi. Silakan tinggalkan rumah kami,”kata Istri Anang, menolak dengan nada tinggi.
“Apakah kita boleh bersahabat?” Nenek itu malah menyahut. “Aku akan membuat kalian kaya raya,” lanjutnya.
Mendengar jawaban itu, Anang dan istrinya paham bahwa nenek itu ialah seorang siluman atau iblis atau setan atau apa pun, yang sedang berniat untuk menawari mereka pesugihan . Dan karena tak tahu konsekuensi macam apa yang akan menimpa jika menerima tawaran itu, Anang pun bergeming.
Sesaat setelah mendengar tawaran si nenek untuk bersahabat, Anang lantas dengan sigap mengambil Al-Quran. Ia lalu membaca Yasin.
Ketika selesai membaca surat itu, betapa kagetnya ia melihat si nenek tadi telah hilang. Di tempat bekas nenek tadi berdiri, terdapat kumpulan abu, tampak seperti barang yang selesai dibakar.
ADVERTISEMENT
Maka, akibat keteguhan hati juga kesalehannya, Anang dan istri bisa menyelamatkan hidup mereka dengan menolak tawaran dari si nenek. Mereka pun kemudian melanjutkan hidup dengan tenang, meskipun dalam keadaan ekonomi yang seadanya.
“Kekayaan bisa dicari, walaupun itu juga hal yang tak mesti membuat hati kita tenang.” Kata Anang. “Kalau kebahagiaan dan nyawa, kita mau cari ke mana?” Lanjutnya.
Ia mengatakan itu saat mendatangi ronda rutin perumahan kami. Aku ada di sana. Mendengar ceritanya, aku dan teman-teman hanya bergeleng-geleng: terpana dan merinding di saat bersamaan.
Tulisan ini merupakan rekayasa. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.