Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Akibat Pasang Susuk: Selamat Jalan, Yudha! (Part 7)
19 Oktober 2020 10:23 WIB
Tulisan dari Didit Galaraka tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Akibat Pasang Susuk: Selamat Jalan, Yudha!
"Tut......,tut........,tut..........,tut............,tut"
Suara monitor menunjukkan detak jantung Yudha yang semakin melemah. Yudha koma. Kabel sudah dipasangi di berbagai bagian tubuhnya. 70% tubuhnya mengalami luka bakar.
ADVERTISEMENT
Di ruangan lain Sekar masih dalam keadaan tak sadarkan diri. Dia hanya menerima sedikit luka bakar di tangannya. Dia hanya pingsan biasa dan ritme napasnya normal. Keadaan itu membawa Sekar seperti ke alam mimpi. Dia berada di area yang luas dan di depannya terdapat danau yang indah. Sekar memicingkan matanya melihat ke arah danau itu. Disana terdapat perahu dan seperti ada sosok yang ia kenali. Yudha. Ya betul itu adalah Yudha.
Dia sedang duduk di pinggiran danau tak jauh dari perahu itu sambil melingkarkan tangannya di kedua lututnya. Sekar menghampiri Yudha dengan sedikit berlari.
"Yudha kamu baik-baik aja? Alhamdulillah". Ucap Sekar mengekspresikan rasa syukurnya. Lantas dia memeluk Yudha dengan erat.
ADVERTISEMENT
Yudha tak berkata apa-apa. ia hanya tersenyum menandakan kebahagiaan bisa melihat ibunya.
"Maafin Yudha ya mah, Yudha suka bikin mamah kesel". Ucap Yudha dalam senyumnya.
mendengar perkataan itu air mata haru Sekar tak bisa terbendung.
"Iya. udah mamah maafin. dan selalu mamah maafin". Ucap Sekar dalam tangisnya.
"Mamah jangan nangis! nanti kalo nangis cantiknya ilang dong". Yudha berkata begitu sambil melepaskan pelukan Sekar.
Rayuan Yudha membuat Sekar seketika tersenyum dalam tangisannya.
"Yudha mau naik perahu dulu ya mah. Yudha mau nyusul ayah. Ayah udah nungguin Yudha di seberang danau ini". Lanjut Yudha.
"Mamah ga boleh ikut?". Tanya Sekar.
"Mamah disini dulu aja. Biar Yudha aja dulu yang kesana nemuin ayah". Yudha pun melangkah menuju perahu itu.
ADVERTISEMENT
Langkah Yudha terhenti dan ia menoleh ke arah Sekar seakan ada yang terlupa, "Oh iya mah lupa. Tadi ayah titip salam buat mamah. Katanya ayah sayang banget sama mamah. Yudha juga sayang sama mamah". Yudha melanjutkan langkahnya untuk sampai ke perahu itu dan menaikinya.
"Yudha...Yudha jangan pergi Yudha". Teriak Sekar yang ingin mengadang Yudha.
Yudha kembali menoleh kepada Sekar hanya dengan senyuman manis dan lambaian tangannya menandakan perpisahan. Sekar berlari ke arah danau untuk meraih perahu itu. Tapi perahu itu semakin menjauh dan Sekar pun tidak dapat menjangkaunya lagi karena air yang semakin dalam.
Sekar menangis sejadi-jadinya. Ia meneriaki nama Yudha sehingga membangunkannya dari keadaan tak sadar di ruangan rumah sakit.
ADVERTISEMENT
Napasnya terengah-engah. Keringat dingin muncul dari dahinya. Sekar lantas teringat dengan Yudha.
Kebetulan Wandi, Kakaknya. Ada di sampingnya dan tanpa menunggu lama, Sekar langsung menanyakan keadaan Yudha.
Belum selesai Sekar mengucapkan kata tanya, pintu ruangan rawat dibuka oleh tim dokter yang menangani Yudha.
"Pak Wandi!". Ucap salah satu dokter yang memberi isyarat kepada Wandi untuk menghampirinya.
Wandi menoleh kepada Sekar, "Bentar ya!".
Wandi menghampiri tim dokter yang berkunjung ke kamar tempat Sekar dirawat.
"Maaf Pak, pasien atas nama Yudha tidak bisa diselamatkan. Dia sudah meninggal dunia. Jenazah akan kami bawa ke kamar jenazah untuk ditindak lanjuti". Terang salah satu dokter yang membuat Wandi terkejut.
Keterkejutan dan rasa sedih yang ia dapatkan, sedikit ia tahan karena melihat Sekar yang baru saja siuman.
ADVERTISEMENT
"I...i...,Iya dok makasih ya dok. Nanti semua administrasi sampai kepulangan jenazah ke rumah, saya yang urus". Bisik Wandi.
Tim dokter meninggalkan Wandi dan Sekar di ruang rawat.
Wandi tertunduk lesu duduk di kursi yang ada di ruangan itu. Perasaan campur aduk itu berusaha ia tahan namun tak bisa. Seketika Wandi terngiang kata-kata Yudha ketika melihat keranda. Benar itu adalah firasat dari Yudha kalau dia akan meninggalkannya untuk selama-lamanya. Tangisannya tak terbendung. Sekar yang masih ada di atas ranjang seakan mengetahui maksud dari tangisan Wandi. Sekar mengetahui itu dari firasat yang ia dapat dari mimpinya ketika berada dalam keadaan tak sadarkan diri.
“Yudha meninggal kang?”. Tanya Sekar dengan namanya yang semakin memburu.
ADVERTISEMENT
Sekar teriak histeris hingga tak bisa mengontrol dirinya sendiri. Ia menarik selang infusan sampai tercabut lalu berlari ke arah luar ruangan. Wandi yang berada di dekat pintu keluar, menahan Sekar untuk menyabarkannya. Sekar meronta tak karuan. Ia sangat terpukul ditinggal anak semata wayangnya. Dalam pelukan Wandi, Sekar pingsan. Ia lalu dibawa ke atas ranjang untuk diistirahatkan.
***
Singkat cerita, Sekar pun akhirnya tersadar dan memanggil-manggil nama Yudha dengan tatapan kosong dan air matanya yang terus berlinang. Karena tidak ada luka serius, Sekar diperbolehkan pulang oleh dokter yang menanganinya. Semua administrasi rumah sakit sudah ditanggung oleh Wandi. Ia lalu membawa Sekar ke dalam mobil ambulans, tempat dimana tergeletak jasad anak semata wayangnya.
ADVERTISEMENT
Ketika pintu belakang ambulans dibuka, Sekar melihat keranda berisikan satu jasad yang ukurannya tak asing baginya. Penutup keranda itu dibuka oleh Sekar diiringi isak tangisnya. Ia melihat wajah Yudha yang sudah menghitam. Spontan Sekar berteriak sejadi-jadinya. Wandi kembali merangkul Sekar dan lagi-lagi Sekar pun pingsan karena tak mampu menahan kesedihannya yang mendalam.
***
Jenazah sudah berada di rumah untuk segera dilanjutkan prosesi pemulasaran jenazah. Wandi membopong Sekar ke kamar untuk ditidurkan di atas ranjang. Tetangga yang ada di sekitar rumah ramai berdatangan untuk melayat dan membantu prosesi pemulasaran jenazah Yudha.
Dari dalam kamar terdengar Sekar berteriak sehingga mengagetkan warga yang berdatangan. Teriakannya memekik seluruh ruangan. Sebagai kakak, Wandi terus menenangkan adiknya itu supaya tidak terus berlarut dalam kesedihan. Syukur Alhamdulillah, akhirnya Sekar bisa ditenangkan dan sudah bisa sedikit menerima meskipun tangis masih menghiasi wajahnya.
ADVERTISEMENT
Mengetahui jenazah anaknya akan segera dimakamkan, Sekar beranjak menghampiri lemari untuk mengambil kain tudung hitam miliknya lalu keluar dari kamarnya. Wandi tak bisa menahan. Mungkin itu cara Sekar untuk terakhir kali mengucapkan kata perpisahan pada anaknya.
Tenggorokannya terasa sakit. Suara yang dikeluarkannya pun menjadi penuh serak efek dari teriakan-teriakan histerisnya meratapi Yudha.
“A…,Aku ikut ke makam Kang”. Ucap Sekar kepada Wandi.
Wandi hanya terdiam seakan memberi tanda “Iya” kepada Sekar untuk ikut ke pemakaman.
**
Sekar, Wandi bersama warga lainnya berarak pergi ke pemakaman mengantar jenazah Yudha. Ketika melihat prosesi pemakaman Yudha, Sekar terduduk lemas tak kuat melihat tubuh anaknya dimasukkan liang lahat.
“Tenang disana ya A yaa. Salam ke ayah disana. Mamah selalu sayang kalian”. Suara parau itu bergetar keluar dari mulut Sekar. Air matanya mengucur deras. Tangisannya tak terbendung lagi.
ADVERTISEMENT
BERSAMBUNG...
Subscribe untuk mendapatkan notifikasi cerita selanjutnya !!!
Bagi yang ingin membawakan cerita ini di Channel Youtube, dengan senang hati kami persilahkan dengan catatan mencantumkan sumber cerita ke channel youtube "Podcast Horor Demit"
Lebih akrab bersama author cerita: IG @aditiqbal_fer a.k.a uping djalu
Lebih akrab bersama channel youtube Podcast Horor Demit di LINK INI