Konten Media Partner

Review Film Army of Thieves: Lebih Bagus Dibanding Army of The Dead

9 November 2021 7:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Army of Thieves (Foto: Netflix)
zoom-in-whitePerbesar
Army of Thieves (Foto: Netflix)
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta – Zacky Snyder belum selesai dengan dunia Army of The Dead. Akhir Oktober lalu, dia merilis spin-off (sekaligus prekuel) dari Army of The Dead berjudul Army of Thieves di Netflix. Berbeda dengan film pendahulunya yang sarat akan zombie, Army of Thieves fokus pada petualangan Sebastian Schlencht-Wohnert aka Ludwig Dieter (Matthias Schweighofer) dan geng pencurinya. Zombie di Army of Thieves tak lebih dari sekedar background yang ditampilkan lewat pemberitaan TV di saat Ludwig cs sibuk melakukan pencurian terpenting dalam sejarah.
ADVERTISEMENT
Kisah Army of Thieves bermula dari direkrutnya Ludwig oleh pencuri kelas kakap bernama Gwendoline Starr (Nathalie Emmanuel). Gwen ingin Ludwig membantunya membobol tiga dari empat brankas legendaris buatan blacksmith Hans Wagner bernama Rheingold, Valkyrie, Siegfried, dan Gotterdamerung. Keempatnya dibangun Hans berdasarkan kisah drama musical epic buatan Richard Wagner, Der Ring des Nibelungen (Cincin Nibelung).
Menyaksikan langsung Ludwig memenangkan kompetisi pembobolan brankas, bahkan dengan handicap waktu, Gwen menyakini Ludwig akan menjadi asset berharga untuk timnya. Apalagi, Ludwig sudah tahu soal keempat brankas Wagner. Sayang, Ludwig mendapat sambutan hostile dari anggota kru Gwen mulai dari Korina (Ruby O. Fee), Brad Cage (Stuart Martin), dan Rolph (Guz Khan). Tidak ada pilihan bagi Ludwig selain membuktikan bahwa dialah satu-satunya harapan mereka membobol ketiga brankas Wagner.
ADVERTISEMENT
Bisa dilihat dari sinopsisnya, premis Army of Thieves sebagai heist movie memang relatif simple, tentang pembobolan brankas yang dirasa impossible. Namun, hal tersebut di satu sisi adalah blessing in disguise untuk film yang disutradarai pemeran Ludwig sendiri. Kesderhanaan itu membuat Army of Thieves terasa fun, enjoyable dan straightforward (tidak bertele-tele). Film Army of The Dead yang disutradarai oleh Zack Snyder adalah kebalikan dari Army of Thieves.
Salah satu hal yang tidak kami suka dari Army of The Dead adalah betapa pretensius-nya film tersebut. Zack Snyder mencoba world building kerajaan zombie lewat Army of The Dead, lengkap dengan strata, legal, dan hirarki yang jelas. Sayangnya, eksekusinya serba tanggung, membuat film Snyder tersebut terasa menjemukan. Hal itu diperburuk dengan development serta chemistry antar karakter yang serba datar, bahkan ketika Snyder mencoba memasukkan plot romance di tengah-tengahnya. Snyder seperti lupa apa yang fun dari film zombie.
Army of Thieves (Foto: Netflix)
Army of Thieves adalah kebalikannya. Film berdurasi kurang lebih dua jam tersebut tahu betul apa yang fun dari genre Heist mulai dari dinamika antara anggota kru hingga ‘kemustahilan’ dari pencurian yang dilakukan. Sutradara Matthias Schweighofer setia betul terhadap formula tersebut sehingga tiap pencurian yang dilakukan oleh Ludwig cs terasa fun, seru, terkadang juga jenaka.
ADVERTISEMENT
Nilai minus dari setia pada formula tentu membuat Army of Thieves terasa tidak spesial-spesial amat apabila dibandingkan film-film lainnya. Pencurian serta intrik yang dihadirkan, walaupun enjoyable, mayoritas sudah pernah muncul dalam wujud serupa tak sama di film Heist lain. Kompleksitas dari pencurian yang dilakukan pun masih dalam proses yang tidak mustahil-mustahil amat, apalagi jika dibandingan dengan serial Heist sekelas Money Heist.
Mengacu pada hal-jal tersebut, mengkombinasikan pendekatan Zack Snyder di Army of The Dead dan Matthias Schweighofer di Army of Thieves mungkin solusi yang bisa diambil ke depannya. Jujur saja, ketika mendengar konsep Army of Thieves pertama kali beberapa bulan lalu, kami membayangkan aksi pencurian di dunia penuh zombie dengan pendekatan komedi ala Zombieland. Realitanya berkata berbeda, unsur zombie hanya background kecil dan Army of Thieves berakhir formulaic terlepas betapa enjoyable-nya film itu.
Army of Thieves (Foto: Netflix)
Salah satu hal yang kami suka dari Army of Thieves adalah visual dan sound effect saat Ludwig membobol tiap brankas Cincin Nibelung. Visualisasi mekanisme brankas yang sedang dibuka, dengan suara kunci kombinasi yang empuk di telinga, membuat tiap proses pencurian terasa seperti ASMR yang satisfying untuk didengar. Untuk hal itu, kami harus mengucapkan terima kasih padaHans Zimmer bersama Steve Mazzaro.
ADVERTISEMENT
Hal lain yang menonjol dari film ini adalah karakter Ludwig. Matthias Schweighofer dengan apik menghadirkan sosok Ludwig yang lebih relatable, humane, dan jenaka dibandingkan versi yang ada di Army of The Dead. Di Army of Thieves, Ludwig baru saja memulai karir pencuriannya sehingga banyak momen jenaka di mana ia ketakutan membobol brankas-brankas Wagner. Sementara itu, di Army of The Dead, karakter Ludwig nyaris tidak memiliki role atau development yang berarti selain direkrut untuk membuka brankas dan tewas.
Akhir kata, Army of Thieves adalah film yang arguably lebih menghibur dan enak ditonton dibandingkan Army of The Dead. Sutradara Matthias Schweighofer mengkapitalisasi trope-trope film Heist dengan baik dan menjaga filmnya tetap fun, didukung dengan jajaran cast yang tampil apik sebagai tim yang disfungsional. Sayangnya, film yang sudah tayang di Netflix ini tidak menawarkan hal yang baru-baru banget di saat ada kesempatan untuk memanfaatkan pandemic zombie sebagai latar yang lebih integral dibandings sekedar menjadi cuplikan berita di layar kaca.
ADVERTISEMENT
IRFAN, ISTMAN