Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Review Film 'Mariposa': Drama Korea dengan Sentuhan Indonesia
13 Maret 2020 5:06 WIB
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Korea Selatan sudah cukup lama dikenal sebagai salah satu kiblat industri hiburan di wilayah Asia, khususnya untuk musik, film, dan serial.
ADVERTISEMENT
Maka tak heran jika banyak negara lain yang meniru hal-hal yang sering disajikan dalam sebuah film atau serial drama Korea, termasuk Indonesia.
Sudah cukup banyak film atau sinetron di Indonesia yang mirip atau bahkan diadaptasi dari film atau serial dari Korea Selatan. Di tahun 2020 ini, ada lagi satu film layar lebar yang sangat kental unsur Korea-nya, yaitu Mariposa .
Mariposa sendiri dibintangi oleh Adhisty Zara sebagai Acha dan Angga Yunanda sebagai Iqbal. Zara dan Angga sendiri adalah duet yang meraih kesuksesan bersama film Dua Garis Biru pada tahun 2019 lalu.
Namun, Mariposa mengangkat cerita yang sangat jauh berbeda dengan Dua Garis Biru. Seperti sudah disampaikan di atas bahwa Mariposa memiliki unsur Korea yang sangat kental.
ADVERTISEMENT
Mulai dari premis cerita tentang seorang remaja wanita yang menyukai lawan jenis untuk pertama kalinya, namun tak mendapatkan balasan sesuai yang ia inginkan.
Kemudian proses untuk membuat sang lelaki jatuh cinta menjadi benang merah utama dari film yang disutradarai oleh Fajar Bustomi ini.
Meski disutradarai oleh Fajar Bustomi, namun Mariposa disajikan dengan sangat berbeda dari film Dilan. Tak ada gombalan-gombalan yang menjadi salah satu kekuatan di film Dilan.
Kembali lagi soal unsur Korea dalam film ini yang tak hanya disajikan lewat dialog, namun ada beberapa adegan yang memang terlihat sangat familiar dengan drama Korea yang ada sebelumnya.
Bahkan di dalam cerita, ayah dari Acha (Zara), diceritakan sedang bertugas di Korea Selatan, lalu ibu dari Acha digambarkan sangat menyukai boyband Korea Selatan, BTS, dan juga menyukai budaya Korea, termasuk makanan dan minumannya.
Unsur Korea yang kental lainnya juga terlihat dari pemilihan warna yang digunakan untuk berbagai elemen dalam film ini. Warna pink dan biru baby sangat dominan dan membuat film ini punya nuansa yang teduh dan membuat mata tak cepat lelah saat menyaksikannya.
ADVERTISEMENT
Pemilihan warna-warna pastel yang lembut sangat cocok dengan setiap adegan yang disajikan dan tentunya memanjakan mata penonton yang menyaksikan film berdurasi 1 jam 58 menit ini.
Namun, meski memiliki unsur Korea yang kental, sentuhan-sentuhan Indonesia tetap ada dan diselipkan dengan baik dalam film ini, salah satunya adalah makanan khas Bandung, Cireng.
Akan tetapi, meski kental dengan nuansa Korea, ada satu hal yang tak bisa disajikan oleh Mariposa, yaitu konflik yang kuat. Konflik dalam film ini terbilang cukup landai, dibangun dengan tempo yang lambat, namun diselesaikan dengan cara yang cukup mudah dan singkat.
Tak ada konnflik berlapis dari berbagai arah seperti yang umum ada di film atau serial Korea. Konflik yang landai tersebut juga pada akhirnya kurang membuat karakter-karakter pendukung yang ada mendapat porsi yang signifikan kepada jalan cerita utamanya.
ADVERTISEMENT