Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Review Film Morbius: Drakula KW dan Upaya Paksa Masuk ke Semesta MCU
31 Maret 2022 13:33 WIB
ยท
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Film Morbius adalah upaya paksa Sony untuk menggabungkan visinya soal Spiderverse dengan semesta yang telah dibangun oleh Marvel Studios. Hasilnya adalah film dengan berbagai laga apik, namun meninggalkan rasa pahit di mulut perihal betapa besarnya (potentially) kekacauan yang akan diperbuatnya di kemudian hari.
Kisah film Morbius disampaikan dari sudut pandang Dr. Michael Morbius (Jared Leto). Sejak kecil, Morbius mengidap penyakit langka yang menyerang sel darahnya. Efeknya, dia harus menjalani berbagai perawatan khusus untuk bisa bertahan hidup.
ADVERTISEMENT
Perawataan-perawatan yang ia jalani tidak hanya membuat Morbius bertahan hidup, namun memunculkan minat untuk menjadi dokter. Untuk mencapainya, Morbius menjauhkan dirinya dari anak-anak seusianya dan fokus belajar, belajar, dan bejalar. Hasilnya, pada usia 19 tahun, Morbius sudah mendapat gelar Doktor atas hasil risetnya soal darah artificial yang bisa menyelamatkan banyak orang.
Meski sudah mendapat gelar, Morbius tak puas dengan hasil karyanya. Ia memutuskan untuk menggelar eksperimen-eksperimen lanjutan bersama kekasihnya, Bancroft. Kali ini, kelelawar vampir dan dirinya yang menjadi kelinci percobaan. Milo (Matt Smith), sahabat baik sekaligus penyandang dana eksperimen Morbius, ikut mendukung uji coba itu.
Tidak disangka oleh Morbius, eksperimen itu memberinya kekuatan super dan wujud yang menyerupai drakula alias Dhampir. Sekarang ia bisa terbang, ekolokasi, dan bahkan memiliki tubuh yang lebih kuat dibanding sebelumnya. Capaian itu sampai ke telinga Milo yang kemudian tertarik untuk memanfaatkannya lebih jauh.
ADVERTISEMENT
Seperti yang bisa dilihat dari sinopsinya, Morbius adalah first and foremost origin movie. Sebagian besar kisahnya adalah perjalanan panjang Morbius dari pria cacat menjadi pria super. Untuk hal tersebut, karakter Morbius didevelop dengan baik. Karakterisasinya lumayan nurut dengan source materialnya, namun belum bisa dikatakan sebagai adaptasi yang optimal.
Pada graphic novelnya, Morbius adalah figur yang lebih symphatetic dan tragis. Ia tidak memandang perubahannya menjadi Dhampir sebagai keberhasilan, melainkan kegagalan. Di sisi lain, ia selalu berada di dalam constant battle antara dirinya dengan persona Dhampirnya. Morbius ingin mengendalikan persona tersebut, namun ia kerap kali kalah yang membuatnya haus akan darah.
Pada film, pergelutan internal itu dipangkas. Fokus lebih diarahkan kepada Morbius mencoba mengenali kemampuan barunya sekaligus mencegah orang lain memanfaatkan hasil penelitiannya. Kisah yang sejatinya bisa lebih personal dan gritty, ala Bram Stoker's Dracula, berakhir menjadi film superhero (atau anti-hero) yang generik di mana laga segalanya.
ADVERTISEMENT
Harus kami akui bahwa bagaimana laga digarap di film Morbius ini sungguh bagus dipandang, terutama pada bagian-bagian slow motion. Choreography-nya sangat dinamis, agile, dengan Morbius menjadi sosok yang bisa menghabisi orang-orang di depannya secepat kilat. Namun, tetap saja, tidak ada cerita bagus yang menyokong atau disokong adegan-adegan laga itu.
Hal terfatal dari Morbius, seperti dikatakan di awal review ini, adalah upayanya untuk masuk ke dunia MCU. Kita tahu bahwa Sony sudah lama ingin mengembangkan Spiderverse dan mereka berniat menggunakan dunia MCU sebagai batu pijakannya. Karakter Spider-Man, yang dipinjamkan Sony ke Marvel Studios, adalah pembuka jalannya. Gawatnya, Sony tidak punya (atau tidak mendapat?) grand design cerita-cerita yang dibangun MCU.
ADVERTISEMENT
Kekurangan tersebut membuat film Morbius akhirnya mengira-ngira saja apa yang kira-kira bisa dihubungkan antara ceritanya dengan kisah Spider-man yang dibuat oleh MCU. Hal itu akan terlihat jelas ketika kalian menonton Post Credit Scene film ini di mana menghantam segala logika cerita yang ada. Detilnya pada spoiler alert berikut:
.
.
.
.
.
SPOILER ALERT
Post Credit Scene Morbius menunjukkan bahwa Venom: Let There Be Carnage, Morbius, dan Spider-Man: No Way Home mengambil waktu yang sama walau berbeda universe. Hal itu terlihat dari munculnya portal ungu seperti di No Way Home di langit yang dilanjutkan dengan kehadiran Adrian Toomes di penjara. Ia diteleportasi dari dunia No Way Home (MCU) ke Morbius (Spiderverse). Karena basically tidak ada yang mengenal dirinya di dunia Morbius, kepolisian memutuskan untuk membebaskan Adrian Toomes dari penjara.
ADVERTISEMENT
Pada Post Credit Scene kedua, Adrian Toomes muncul di hadapan Morbius. Kali ini ia memakai desain kostum terbarunya. Kepada Morbius, Toomes menyampaikan bahwa ia belum tahu kenapa dirinya bisa nyasar ke dunia lain. Walau begitu, Toomes menduga perpindahannya ada kaitannya dengan Spider-man.
Telah mendengar kemampuan Morbius, Toomes menyampaikan niatnya untuk merekrut Morbius ke tim buatannya. Morbius, tanpa pikir panjang, meresponnya sebagai tawaran yang menarik. Tentu saja ucapan Toomes tadi adalah upaya kedua Sony untuk membentuk Sinister Six lagi.
Tentu kedua PCS itu sangat random sifatnya. Apabila mengacu ke kisah Venom: Let There Be Carnage dan Spider-man: No Way Home, hanya mereka yang memiliki memory soal Peter Parker/ Spider-man yang akan tersedot ke dunia MCU. Hal sebaliknya tidak berlaku. Itulah kenapa Venom bisa masuk ke dunia MCU karena symbiote mengenal konsep multiverse dan memory yang dimiliki satu symbiote akan tersampaikan ke symbiote lainnya di manapun berada. Mengacu ke hal tersebut, Toomes tak seharusnya nyasar ke Spiderverse.
ADVERTISEMENT
Tujuan Toomes merekrut Morbius pun tanpa landasan yang kuat. Pertama, Toomes bisa saja sewaktu-waktu berpindah ke universe awalnya. Kemudian, Morbius pun tak mengenal Spider-man, lalu buat apa dia mengiyakan ajakan sang Vulture.
Sony bisa saja membela diri dengan mengatakan jarak cerita di film Morbius dengan Post Credit Scenenya terlampau jauh sehingga ada moment Morbius melawan spiderman terlebih dahulu. Tapi, tetap saja Toomes yang random pindah universe dan kemudian ingin balas dendam terbilang cukup aneh dan merusak konsep cerita yang dibangun MCU dan bahkan merusak film ini sendiri.
SPOILER ENDS
.
.
.
.
.
Apakah film ini worth to watch? Iyaa, tapi lebih baik tidak usah menonton post-credit scene nya. Secara kualitas pun film ini generik, mengingatkan kami pada periode-periode di mana ada banyak sekali film Marvel namun tidak saling berkaitan dengan cerita yang subpar (Daredevil, Elektra uhuk uhuk). Jika kalian banyak waktu luang dan bingung ingin nonton, gak ada salahnya Morbius ditonton.
ADVERTISEMENT
ISTMAN MP, NANDA AHIMSA