Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pengetahuan Tradisional dalam Khazanah Manuskrip Minangkabau
5 Juni 2024 11:55 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Pramono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hingga kini, telah ditemukan sebanyak 1.235 bundel manuskrip (naskah kuno) Minangkabau di berbagai lokasi di Sumatera Barat, baik yang dimiliki secara pribadi maupun oleh kaum. Sebagai salah satu dari sepuluh Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) yang diatur dalam Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan Nomor 5 tahun 2017, khazanah manuskrip ini memiliki hubungan yang luas dengan OPK lainnya.
ADVERTISEMENT
Hal ini dikarenakan, selain memuat teks keagamaan, manuskrip tersebut juga mengandung teks-teks mengenai tradisi lisan, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat, dan olahraga tradisional Minangkabau.
Berbeda dengan teks keagamaan, teks-teks terkait OPK tersebut biasanya tidak hadir dalam satu bundel manuskrip secara utuh. Sebaliknya, teks jenis itu terselip atau disisipkan dalam manuskrip yang memiliki kandungan isi tertentu, seperti manuskrip tasawuf, fikih, tauhid, sejarah, dan lain-lain.
Teks-teks tambahan ini tidak memiliki posisi yang pasti dalam manuskrip; kadang berada di bagian awal, tengah, atau akhir. Bahkan, teks tersebut, sebagai yang bukan teks utama, dapat tersebar dari halaman pertama hingga terakhir dalam satu manuskrip. Hal ini mungkin menjadi salah satu alasan mengapa teks-teks semacam itu kurang mendapat perhatian dari para peneliti selama ini.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, dapat dipastikan bahwa teks-teks jenis ini merupakan sesuatu yang dianggap penting pada masanya. Mengingat keterbatasan kemampuan menulis dan minimnya peralatan untuk menulis pada waktu itu, hanya hal-hal penting yang dicatat. Tujuannya tentu saja agar teks-teks tersebut dapat diwariskan dan menjadi bagian dari ingatan kolektif.
Jika dianggap penting pada masanya, maka perbendaharaan pengetahuan tradisional tersebut mestilah penting pula pada masa kini dan masa yang akan datang. Sebagai contoh, pengobatan tradisional dan teknologi terkait sandang, pangan, dan papan, misalnya, masih memiliki relevansi untuk dikembangkan dan dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat hingga kini dan masa mendatang.
Teks pengetahuan tradisional tersebut, salah satunya dijumpai pada manuskrip koleksi Surau Calau Sijunjung (CL_SJJ_010). Di dalam naskah ini ditemukan pengetahuan tradisional tentang pembuatan benang, memutihkan kain, dan pewarnaan kain. Di antaranya dapat dilihat kutipan berikut tentang cara mewarnai kain menjadi hitam.
ADVERTISEMENT
Dalam manuskrip lain, yaitu koleksi Surau Simaung Sijunjung (DS_043_0001), ditemukan teks berharga yang memuat pengetahuan tradisional mengenai berbagai jenis ukuran rumah. Ukuran rumah yang dijelaskan dalam manuskrip tersebut bukan sekadar panduan praktis, melainkan memiliki implikasi mendalam terhadap kualitas dan kenyamanan rumah bagi para penghuninya.
ADVERTISEMENT
Setiap detail ukuran yang tercantum dalam naskah ini mencerminkan kebijaksanaan lokal yang diwariskan secara turun-temurun, memastikan bahwa rumah yang dibangun sesuai dengan pedoman ini akan menawarkan kenyamanan optimal bagi penghuninya.
Beberapa aspek penting dari ukuran rumah tradisional ini dijelaskan dengan teliti dalam naskah tersebut, memberikan wawasan berharga tentang arsitektur dan kehidupan sehari-hari masyarakat masa lampau Dalam naskah di antaranya disebutkan hal berikut ini.
Bab inilah ukur rumah atau ajang atau kapal atau perahu atau lain daripada itu. Pertama maka diambillah daka orang yang empunya rumah itu sedepa saja atau ajang atau kapal atau perahu atau lain daripada itu. Maka dilipat tiga lipat maka dilubangkanlah dua lipat dan diambil satu lipat. Maka dibahagilah nan satu lipat itu salapan bahaginya.
ADVERTISEMENT
Pertama, bilang ukur naga, kedua asab, ketiga siang, keempat anjing, kelima lembu, keenam keladi, ketujuh gajah, kesalapan gagak. Bermula ukur yang pertama baik lagi itam, dan ukur yang kedua dikicinya dalamnya, dan ukur yang ketiga belum lepas daripada bahaya, dan ukur yang keempat katurun arta tiada baik, dan ukur yang kelima berkalah dalamnya.
Kemudian ukur yang keenam tiada berkah arta dalamnya, dan ukur yang ketujuh berkah arta dalamnya dan selamat barang apa kerjanya, dan ukur yang kesalapan belum sudah pekerjaannya empunya rumah itu mati adanya, wallahu a‘lam.
Relevansi untuk Masa Kini
Secara akademik, teks pengetahuan tradisional dalam manuskrip ini dapat dijadikan model dan modal ilmiah untuk pemanfaatan dan pengembangan khazanah manuskrip masa kini dan masa depan. Khazanah teks pengetahuan tradisional yang terkandung dalam manuskrip dapat digunakan sebagai pendukung pengusulan Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Minangkabau, baik untuk WBTb Indonesia maupun Intangible Cultural Heritage UNESCO. Kandungan isi manuskrip terkait karya budaya dapat menjadi sumber autentik yang memperkuat kajian akademik dalam pengusulan karya budaya.
ADVERTISEMENT
Secara praktis, teks-teks pengetahuan tradisional tersebut dapat menjadi sumber inspirasi untuk berbagai aplikasi teknis. Pengetahuan tradisional mengenai pengobatan, sandang, pangan, dan papan dapat dimanfaatkan dalam produksi dan komersialisasi. Selain itu, pemanfaatan pengetahuan tradisional juga relevan untuk industri kreatif, seperti karya-karya kreatif dalam bentuk dan media baru.
Namun demikian, sayangnya hingga kini, kondisi khazanah manuskrip di Sumatera Barat terus mengalami kerusakan. Bahkan, sebagian di antaranya sudah mengalami kerusakan berat dan tidak dapat diselamatkan.
Dengan pemanfaatan teks pengetahuan tradisional tersebut, diharapkan tercipta ekosistem pemajuan kebudayaan yang berkelanjutan, khususnya terkait dengan pelestarian khazanah manuskrip Minangkabau. Ekosistem ini diharapkan dapat membentuk jaringan yang saling mendukung untuk pelestarian dan penyelamatan khazanah manuskrip yang ada.
ADVERTISEMENT