Konten dari Pengguna

Kopi dan Komitmen untuk Lingkungan yang Berkelanjutan

Pratiwi Kusuma Dewi
Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UPN Veteran Jakarta
25 Oktober 2024 13:16 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pratiwi Kusuma Dewi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto : Secangkir Kopi. Sumber : Dokumentasi Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Foto : Secangkir Kopi. Sumber : Dokumentasi Pribadi.
ADVERTISEMENT
Kopi bukan sekadar minuman—ia telah menjadi bahan bakar utama untuk menjalani hari yang penuh dengan kesibukan. Di tengah jadwal yang padat dan gaya hidup serba cepat, secangkir kopi seolah menjadi teman setia yang menemani mereka menghadapi tuntutan pekerjaan dan kehidupan. Bukan hanya sekadar pengusir kantuk, kopi telah menjelma menjadi bagian dari rutinitas harian, bahkan menjadi kebutuhan esensial. Bagi sebagian besar anak muda ini, bekerja tanpa kopi terasa mustahil, seakan ada yang kurang dari energi dan semangat mereka untuk menuntaskan tugas-tugas yang ada.
ADVERTISEMENT
Menurut International Coffee Organization (ICO), dalam periode tahun 2020/2021, Indonesia menempati peringkat kelima sebagai konsumen kopi terbesar di dunia. Data empiris menunjukkan bahwa konsumsi kopi di Indonesia terus meningkat seiring waktu. Data dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menunjukkan adanya peningkatan sebesar 250% dalam satu dekade terakhir dalam industri kopi yang meliputi restoran, kafe, dan warung kopi.
Dalam gaya hidup modern, kopi telah melampaui perannya sebagai sekadar minuman, berkembang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya urban. Di Indonesia, negara dengan tradisi panjang sebagai produsen kopi, tren ini semakin menguat seiring dengan menjamurnya kedai kopi di kota-kota besar. Di tengah popularitas yang melonjak, industri kopi lokal menghadapi tantangan signifikan, mulai dari keberlanjutan lingkungan hingga pengelolaan limbah yang sering kali luput dari perhatian publik. Di balik secangkir kopi yang dinikmati banyak orang, ada isu-isu kompleks yang menanti untuk diselesaikan.
ADVERTISEMENT
Di tengah gemerlapnya industri kopi, terdapat masalah serius yang tidak bisa diabaikan: penggunaan kemasan plastik sekali pakai. Menurut Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), sektor perniagaan, termasuk restoran, kafe, dan warung, menduduki peringkat kedua sebagai penyumbang sampah terbanyak. Kedai-kedai kopi turut berkontribusi pada masalah ini dengan memproduksi ampas kopi yang tak terelakkan serta menggunakan berbagai jenis sampah plastik sekali pakai, seperti gelas, segel gelas, sedotan, dan peralatan makan.
Bayangkan jika jumlah kedai kopi di seluruh Indonesia mencapai ribuan, atau bahkan puluhan ribu—dampak lingkungan yang ditimbulkan bisa sangat signifikan. Dari satu kedai saja, penggunaan gelas plastik setiap hari menghasilkan sekitar 1,275 kg sampah. Jika dikalikan dengan seluruh kedai kopi di negeri ini, jumlah sampah plastik yang dihasilkan bisa menjadi angka yang mencengangkan. Hal ini menunjukkan betapa mendesaknya upaya untuk mengurangi penggunaan kemasan plastik sekali pakai di industri kopi. Langkah konkret seperti mempromosikan penggunaan tumbler reusable dan menggalakkan kampanye kesadaran lingkungan dapat membantu menekan jejak plastik, sekaligus melindungi lingkungan kita dari ancaman sampah berlebihan. Dengan kesadaran kolektif dan aksi nyata, kita memiliki peluang untuk menghindari dampak lingkungan yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
Memberikan diskon bagi pelanggan yang membawa tumbler sendiri menjadi salah satu cara kedai kopi mendorong perubahan positif. Dengan mengajak pelanggan untuk menggunakan tumbler berkualitas tinggi, kedai-kedai kopi tidak hanya menawarkan keuntungan finansial, tetapi juga mengundang mereka untuk ikut bertanggung jawab terhadap kelestarian bumi. Melalui edukasi tentang dampak buruk sampah plastik terhadap lingkungan, kedai kopi berupaya membangun kesadaran kolektif dan menjalin kolaborasi dengan pelanggan. Bersama-sama, mereka menciptakan gerakan kecil namun berdampak besar untuk menuju masa depan yang lebih baik.
Selain memberikan manfaat praktis, desain tumbler yang unik juga mencerminkan karakter khas dari masing-masing kedai kopi, menambah sentuhan personal yang membuatnya lebih dari sekadar wadah minum. Dengan bermitra bersama produsen lokal, kedai kopi turut mendukung ekonomi berkelanjutan sekaligus mengurangi jejak karbon. Melalui kampanye di media sosial, berbagai cerita inspiratif dan tips penggunaan tumbler dibagikan untuk mengajak lebih banyak orang berpartisipasi dalam gerakan menuju keberlanjutan. Langkah-langkah kecil ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat luas untuk ikut serta dalam menjaga lingkungan. Namun, upaya untuk mengurangi penggunaan kemasan plastik di kedai-kedai kopi tidak cukup hanya dengan inisiatif dari sektor swasta. Dukungan dari pemerintah dalam bentuk kebijakan dan strategi pengelolaan sampah sangatlah penting, dan perlu penerapan yang lebih optimal.
ADVERTISEMENT
Tantangan terbesar dalam pengelolaan sampah di kedai-kedai kopi adalah ampas kopi dan sampah makanan. Indonesia juga menghadapi masalah serius terkait dengan sampah makanan, dengan peringkat kedelapan sebagai penghasil sampah makanan terbesar di dunia. Sampah makanan, yang merupakan komposisi sampah paling banyak di Indonesia, menyumbang sekitar 6% emisi gas rumah kaca secara global.
Salah satu solusi inovatif untuk mengatasi masalah ampas kopi adalah pemanfaatan larva Black Soldier Fly (BSF) dalam pengelolaan limbah. Metode ini tidak hanya mengurangi volume sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir, tetapi juga mengubah limbah organik menjadi produk bernilai. Di Indonesia, sejumlah lembaga swadaya masyarakat dan perusahaan yang peduli lingkungan mulai memimpin inisiatif ini dengan mengumpulkan berbagai jenis limbah makanan, seperti ampas kopi, sisa sayuran, dan buah-buahan, untuk diolah menjadi kompos berkualitas tinggi serta pakan ternak yang kaya nutrisi.
ADVERTISEMENT
Prosesnya dimulai dengan pengumpulan limbah makanan, yang kemudian diberikan kepada larva BSF. Dengan kemampuan konsumsi yang besar, larva ini mempercepat dekomposisi dan mengurangi emisi gas rumah kaca yang biasanya dihasilkan oleh pembusukan limbah. Setelah larva mencapai ukuran tertentu, mereka dipanen dan diolah menjadi pakan hewan ramah lingkungan, seperti pakan ikan dan unggas. Sisa dari proses ini dapat digunakan sebagai kompos atau pupuk organik yang meningkatkan kesuburan tanah.
Inovasi ini menawarkan solusi berkelanjutan bagi masalah limbah dan menciptakan produk baru yang bernilai tinggi, sekaligus mengurangi ketergantungan pada pakan konvensional yang lebih mahal dan berdampak negatif bagi lingkungan. Dengan pendekatan ini, kita tidak hanya mengatasi masalah sampah, tetapi juga mendukung ekonomi sirkular dan ketahanan pangan.
ADVERTISEMENT
Di ujung cerita tentang secangkir kopi, tersimpan harapan baru untuk masa depan yang lebih hijau. Melalui langkah-langkah kecil yang konsisten, masyarakat, pemerintah, dan industri bersatu merajut solusi untuk mengatasi ancaman sampah yang semakin mengkhawatirkan. Setiap upaya untuk mengurangi limbah, mendaur ulang, dan berinovasi dalam pengelolaan sampah adalah bagian penting dari usaha kita untuk menjaga bumi yang kita cintai demi generasi mendatang. Dengan komitmen dan kolaborasi yang kuat, kita dapat menciptakan kisah keberlanjutan yang inspiratif, memastikan warisan kita adalah bumi yang lestari dan berkelanjutan bagi semua makhluk penghuni planet ini. Mari kita bersama-sama menjadi bagian dari perubahan positif ini, mengambil tindakan demi mewujudkan impian bersama akan lingkungan yang lebih baik.
ADVERTISEMENT