Konten dari Pengguna

Bahasa Indonesia Pelengkap Segala Bahasa Daerah

Pratnya Devi Martasari
Mahasiswi Sastra Indonesia Universitas Pamulang.
20 Desember 2021 17:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pratnya Devi Martasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia adalah negara kepulauan yang terkenal akan budaya, suku, tradisi dan juga bahasa daerahnya. Dari sekian banyak suku dapat dipastikan bahwa Indonesia juga memiliki ragam bahasa daerah yang menjadi ciri khas masing-masing suku yang terdapat di Indonesia. Banyaknya suku dan bahasa daerah juga menjadikan Indonesia sebagai negara yang terkenal unik dimata dunia.
ADVERTISEMENT
Suku Jawa suku terbesar yang ada di Indonesia dan terkenal akan tata krama, lemah lembut dan sopan santun. Masyarakatnya pun menyebar di berbagai wilayah di Indonesia. Seperti suku lain pada umumnya, suku Jawa juga memiliki bahasa daerah yaitu bahasa Jawa. Bahasa Jawa menjadi bahasa dengan penutur terbanyak di Indonesia, bahasa ini banyak digunakan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan sebagian penduduk di daerah Banten juga masyarakat kawasan Pantai Utara seperti Karawang, Cirebon, Indramayu, dan Subang.
Hal yang paling menarik dan unik dari bahasa ini adalah kita harus bisa membedakan tingkatan bahasa sebelum kita menggunakannya untuk berkomunikasi. Karena bahasa ini terbagi menjadi tiga tingkatan dan setiap tingkatan memiliki makna dan arti yang sama namun mempunyai pelafalan yang sangat berbeda saat diucapkan. Apa saja sih tingkatan dalam bahasa Jawa itu? dan bagaimana penggunaannya? mari kita simak penjelasan berikut ini.
ADVERTISEMENT

1. Krama Inggil

Sumber gambar : Koleksi pribadi (menggambarkan penggunaan bahasa jawa krama inggil)
Krama inggil adalah tingkat bahasa tertinggi dalam sistem komunikasi bahasa Jawa. Tingkatan bahasa ini biasa digunakan masyarakat untuk berkomunikasi dengan orang yang usianya lebih tua, orang-orang yang memiliki kasta tinggi, dan juga diwajibkan untuk para pegawai keraton. Sebagai orang Jawa, saya pernah merasakan sulitnya untuk berkomunikasi dengan menggunakan tingkat bahasa ini terkadang saya juga merasa bingung dengan kosakata disisi lain saya juga harus berhati-hati ketika menggunakannya, bagi saya saat salah mengucapkannya akan sangat beresiko sekali. Contohnya : "Sugeng enjing Pak, bade tindak pundi?" artinya (selamat pagi Pak, hendak pergi kemana?).

2. Jawa Madya

Sumber gambar : Koleksi pribadi (menggambarkan penggunaan bahasa jawa madya)
Jawa madya adalah tingkatan kedua, dimana susunannya terdiri dari gabungan antara krama dengan ngoko. Biasanya masyarakat menggunakan tingkatan bahasa ini untuk menunjukan rasa sopan dan segan terhadap lawan bicara yang belum akrab atau baru dikenal. Secara pribadi saya juga merasakan perbedaan yang terdengar jelas ketika mengucapkan tingkatan bahasa ini dengan tingkatan bahasa pertama apalagi dengan tingkatan bahasa terakhir, menurut saya tingkatan bahasa ini lebih sopan digunakan daripada tingkatan bahasa Jawa ngoko. Misalnya "Mbak aku arep nyuwun tulung tumbaske buku" artinya (Mbak saya mau minta tolong belikan buku). Dalam kalimat "Mbak aku arep" adalah bahasa Jawa ngoko sedangkan kalimat "Nyuwun tulung tumbaske" adalah bahasa Jawa krama inggil.
ADVERTISEMENT

3. Jawa Ngoko

Sumber gambar : Koleksi pribadi (menggambarkan penggunaan bahasa jawa ngoko)
Menurut masyarakat, tingkatan ketiga ini merupakan tingkatan bahasa yang dinilai kasar. Karena tingkatan bahasa ini digunakan untuk berkomunikasi dengan lawan bicara yang sudah akrab, seumuran maupun orang tua terhadap anaknya. Memang benar adanya saya juga sering menggunakan bahasa ini saat sedang berkomunikasi dengan kawan saya yang seumuran maupun yang usianya lebih muda dari saya, kesannya lebih seru dan akrab saja. Contoh : "Dek arep melu ora? Mbak arep ning pasar" artinya (Dek mau ikut tidak? Mbak mau kepasar).
Dinobatkan sebagai bahasa dengan penutur terbanyak di Indonesia siapa sangka jika dalam tingkatan bahasa Jawa krama ingil ternyata masyarakat mengalami kesulitan saat menggunakannya sehingga harus menggunakan bahasa Indonesia untuk melengkapinya. Lalu sebenarnya apa kaitan bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa? yuk mari kita simak penjelasan dibawah ini.
ADVERTISEMENT
Di daerah kabupaten Gunung Kidul, bahasa Indonesia dan bahasa Jawa adalah bahasa yang tidak bisa dipisahkan. Karena bahasa Indonesia berperan penting dan hadir sebagai pelengkap bahasa Jawa. Bagi masyarakat Gunung Kidul bahasa Indonesia sangat menunjang kelancaran komunikasi mereka baik secara formal maupun non formal.
Masyarakat yang belum mahir contohnya saya sendiri dalam menggunakan bahasa krama inggil biasanya akan mengalami kesulitan saat mencoba menggunakannya untuk berkomunikasi karena tingkatan bahasa Jawa krama inggil tidak boleh sembarangan diucapkan. Menurut pandangan saya, krama inggil secara tidak langsung dapat menggambarkan kepribadian, keluwesan dan kesopanan orang Jawa dalam bertutur kata. Itu sebabnya ketika saya salah saat sedang menggunakan bahasa krama inggil, saya akan merasa malu dan merasa tidak sopan. Maka dari itu bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat berarti sebagai pelengkap komunikasi sehingga dapat membantu masyarakat dalam menyampaikan tujuannya dengan baik.
ADVERTISEMENT
Lalu seperti apakah contoh kalimat hasil dari penggabungan antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa?
"Ibu sampun makan belum?" seharusnya "Ibu sampun dahar dereng?" artinya "Ibu sudah makan belum".
"Pak, ngapunten ambil bukunya dimana ya?" seharusnya "Pak, ngapunten mundut bukunipun wonten pundi nggih?" artinya "Pak, maaf ambil bukunya dimana ya?". Nah dari kalimat tersebut dapat membuktikan bahwa bahasa Indonesia sangat berperan penting bagi seluruh masyarakat Indonesia termasuk masyarakat kabupaten Gunung Kidul. Tanpa bahasa Indonesia mereka akan kesulitan berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungan, orang maupun daerah baru.
Menurut masyarakat Gunung Kidul, bahasa Indonesia di anggap jauh lebih sopan dibandingkan bahasa Jawa ngoko saat digunakan untuk berbicara dengan lawan bicara yang usianya lebih tua, maupun orang-orang yang ada dikalangan yang bersifat formal.
ADVERTISEMENT
Meskipun harus terjadi suatu penggabungan bahasa dalam berkomunikasi, tidak menjadi masalah bagi sebagian besar masyarakat Gunung Kidul bahkan sebagian dari mereka lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia jika tidak bisa menggunakan bahasa krama inggil, tetapi harus tetap menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dengan kata lain bahasa Indonesia dapat menjadi solusi untuk membantu masyarakat Gunung Kidul dalam berkomunikasi dengan baik dan benar.