Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Kiprah Chairil Anwar, Sang Penyair Legendaris Indonesia
25 Agustus 2024 10:44 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Profil Tokoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagi para pecinta puisi, nama Chairil Anwar sudah tidak asing lagi di telinga. Kiprah Chairil Anwar, yang merupakan seorang penyair legendaris Indonesia menarik untuk diketahui lebih dalam. Ada banyak juga karyanya yang populer.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari Chairil Anwar - Ensiklopedia Sejarah Indonesia, dalam situs esi.kemdikbud.go.id, Chairil Anwar merupakan penyair yang dinobatkan sebagai Pelopor Angkatan ’45 melalui puisi-puisi modern Indonesia yang ia ciptakan.
Sejak remaja Chairil Anwar ini dikenal sebagai pribadi yang mudah bergaul dengan berbagai golongan. Sajak-sajak atau karya-karya puisi yang diciptakan Chairil tidak lepas dari dinamika sosial politik dan budaya pada zamannya.
Biografi Chairil Anwar
Chairil Anwar merupakan sosok penyair populer di Indonesia. Dikutip dari Chairil Anwar - Ensiklopedia Sejarah Indonesia, dalam situs esi.kemdikbud.go.id, beliau lahir di Medan pada 26 Juli 1922.
Chairil lahir dari keluarga terpandang yang berasal dari Payakumbuh, Sumatera Barat. Ayahnya bernama Toeloes bin haji Manan bekerja sebagai ambtenaar (pegawai negeri) pada masa kolonial dan tahun 1948 menjadi Bupati Rengat.
ADVERTISEMENT
Sementara ibunya bernama Saleha yang lahir dan besar di Kota Medan. Chairil menempuh pendidikan di Neutrale Hollands Inlandsche School (HIS) dan melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) meskipun hanya sampai kelas satu.
Saat merantau ke Jakarta, Chairil kembali masuk MULO, dan mulai banyak membaca buku-buku setingkat HBS (Hogere Burger School). Namun sayangnya Chairil Anwar hanya dapat mengikuti MULO sampai kelas dua.
Setelah itu beliau belajar secara otodidak sambil memperdalam bahasa Belanda, bahasa Inggris, dan bahasa Jerman. Kepiawaian dalam menguasai berbagai bahasa justru membuka wawasan Chairil dalam mempelajari karya-karya sastra dunia.
Perjalanan Chairil Anwar sebagai penyair dimulai pada tahun 1942, dengan sajak pertamanya berjudul “Nisan” diciptakan bulan Oktober, berikutnya “Penghidupan” diciptakan Desember.
ADVERTISEMENT
Tahun 1943 sajak berjudul “Aku” yanh sangat populer dan menjadi referensi di beberapa sekolah.
Sajak-sajak yang diciptakan tak lepas dari dinamika sosial politik dan budaya pada zamannya, seperti “Diponegoro” (1943), menggambarkan spirit perjuangan.
Beberapa larik sajak ini : MAJU, Bagimu Negeri, Menyediakan Api. Meskipun meninggal di usia muda saat berusia 27 tahun, Chairil terbilang produktif, menurut H.B. Jassin sepanjang tahun 1942-1949 ia sudah menciptakan 70 sajak asli.
Dan juga menciptakan sepuluh sajak terjemahan, enam prosa asli, dan empat prosa terjemahan. Secara keseluruhan total 94 yang diciptakannya. Ditambah kumpulan surat-surat untuk H.B. Jassin sebanyak enam surat yang dibuat antara tahun 1943-1944.
ADVERTISEMENT
Pendidikan Chairil Anwar
Chairil Anwar mengenyam pendidikan di Indonesia. Mengutip dari Chairil Anwar, Universitas STEKOM, dalam situs p2k.stekom.ac.id, Chairil Anwar mulai mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS).
Yaitu sekolah dasar untuk orang-orang pribumi pada masa penjajahan Belanda. Beliau kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Saat usianya mencapai 18 tahun, beliau tidak lagi bersekolah.
Chairil mengatakan bahwa sejak usia 15 tahun, Chairil telah bertekad menjadi seorang seniman. Lalu, pada usia 19 tahun setelah perceraian orang tuanya, Chairil bersama ibunya pindah ke Batavia (sekarang Jakarta).
Di sanalah Chairil berkenalan dengan dunia sastra. Walau telah bercerai, ayahnya tetap menafkahinya dan ibunya.
Meskipun tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, Chairil dapat menguasai berbagai bahasa asing seperti Inggris, Belanda, dan Jerman.
ADVERTISEMENT
Kiprah Chairil Anwar
Chairil Anwar adalah seorang yang memiliki peran penting dalam bidang sastra di Indonesia . Sering disebutkan, bahwa Chairil Anwar ini adalah sosok pelopor Angkatan '45.
Beliau sangat berjasa dalam melakukan pembaharuan puisi di Indonesia. Chairil sering dijuluki "Si Binatang Jalang". Chairil telah menulis 96 karya termasuk 70 puisi.
Kiprah Chairil Anwar sendiri telah mewarnai dunia sastra Indonesia. Beliau memiliki banyak sekali karya-karya yang sangat terkenal. Beberapa diantaranya ada Puisi bertema perjuangan milik Chairil Anwar seperti "Aku".
Ada juga puisi "Kerawang Bekasi", dan "Diponegoro". Untuk tema percintaan dan renungan ada beberapa judul yang terkenal, yaitu "Senja di Pelabuhan kecil, Doa, dan "Selamat tinggal".
ADVERTISEMENT
Bentuk Perjuangan Chairil Anwar
Chairil Anwar cukup tertarik dengan isu sosial dan politik. Masih dikutip dari Chairil Anwar - Ensiklopedia Sejarah Indonesia, dalam situs esi.kemdikbud.go.id, sejak remaja Chairil dikenal sebagai pribadi yang mudah bergaul.
Menurut Achadiat K Miharja, sosok Chairil dinilai sebagai seniman anarkis dari Jakarta. Namun memiliki pribadi periang suka tertawa. Bicaranya keras dan selalu memperlihatkan bahasa tubuh sesuai dengan hal yang dibicarakan.
Sejak muda penyair Chairil Anwar sudah memiliki pandangan dan sikap hidup yang sangat idealis tak tergoyahkan. Hal tersebut ditandai dengan sikap tegas menolak bergabung dan menjadi alat propaganda politik pada masa pendudukan Jepang.
Bahkan saat perang kemerdekaan Chairil giat menulis sajak untuk memberi semangat para pejuang dengan pemilihan kata-kata yang lantang dan penuh semangat revolusi.
ADVERTISEMENT
Bersama para pemuda yang berkumpul di Kawasan Menteng 31, Chairil beberapa kali pulang-pergi ke daerah Karawang, Bekasi, sebagai salah satu wilayah pertempuran pada awal kemerdekaan.
Pengalaman tersebut kemudian menginspirasi puisi “Krawang-Bekasi” (1948), beberapa kutipan larik sajaknya: “Menjaga Bung Karno, menjaga Bung Hatta, menjaga Bung Sjahrir”.
Karya Chairil Anwar
Beberapa karya-kaya sudah dipublikasikan, antara lain Kumpulan Sajaknya: Deru Campur Debu (1949), Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus (1949), dan Tiga Menguak Takdir (bersama Rivai Apin dan Asrul Sani, 1950).
Dikutip dari situs esi.kemdikbud.go.id, sajaknya yang lain, sajak-sajak terjemahannya, serta sejumlah prosanya dihimpun H.B. Jassin dalam buku Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45 (1956) dan Aku Ini Binatang Jalang (1986).
ADVERTISEMENT
Selain menulis sajak, Chairil juga menerjemahkan beberapa karya sastra dunia, diantaranya Pulanglah Dia Si Anak Hilang (karya Andre Gride, 1948) dan Kena Gempur (karya John Steinbeck, 1951).
Sajak-sajak Chairil banyak diterjemahkan ke bahasa Inggris, antara lain terjemahan Burton Raffel: Selected Poems (of) Chairil Anwar (1962), dan The Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar (1970).
Ada juga yang lainnya seperti Liauw Yock Fang (dengan bantuan H.B. Jassin): The Complete Poems of Chairil Anwar (1974); sedangkan ke dalam bahasa Jerman diterjemahkan oleh Wakter Karwath, Feuer Und Asche (1978).
Sajak-sajak Chairil Anwar banyak dimuat di banyak media cetak baik majalah maupun surat kabar. Beberapa kumpulan sajak Chairil Anwar yang pernah dibukukan ialah Deru Campur Debu yang diterbitkan oleh Pembangunan.
ADVERTISEMENT
Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus pertama kali terbit tahun 1949 pada Pustaka Rakyat tahun yang sama. Kemudian kumpulan sajak bersama Asrul Sani dan Rivai Aspin yang berjudul Tiga Menguak Takdir Terbit pada Balai Pustaka 1950.
Kemudian buku “Aku Ini Binatang Jalang” diterbitkan oleh PT Gramedia Jakarta 1986. Meskipun demikian diluar buku tersebut masih terdapat banyak sajak dan prosa yang belum dibukukan, tersebar di berbagai majalah, surat kabar dan media cetak lainnya.
Penghargaan Chairil Anwar
Atas jasa-jasa Chairil Anwar sebagai pelopor angkatan 45, pemerintah Republik Indonesia telah memberikan suatu Anugerah seni kepada Chairil Anwar.
Yaitu dengan surat Peputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 12 Agustus 1969 No. 071|1969. Anugerah seni ini diterimakan kepada putri semata wayang Chairil Anwar yaitu Evawani Alissa.
ADVERTISEMENT
Kematian Chairil Anwar
Chairil menghembuskan nafas terakhir, pukul 14.30 WIB, tanggal 28 April 1949. Pada keesokan harinya, 29 April 1949, Chairil dimakamkan di TPU Karet Jakarta.
Yang ikut hadir pada prosesi pemakaman antara lain Usmar Ismail, Rosihan Anwar, Rivai Apin, dan pemuda lainnya. Sebelum meninggal Chairil Anwar sempat dirawat di CBZ (RSTM) dari tanggal 22 sampai 28 April 1949.
Menurut catatan medis selain penyakit Tifus, ia juga memiliki riwayat penyakit paru-paru. Kondisi tersebut kian diperburuk dengan penyakit usus yang membuat kondisi fisiknya kian lemah menjelang akhir hayat.
Meskipun selama hidup terkadang selalu mengejek nilai-nilai moral dan agama, sesungguhnya ia sangat mengakui kebesaran Tuhan. Sebelum akhir hayat, disaat suhu badannya panas, Chairil selalu menyebut nama Tuhan, “Tuhanku…”.
ADVERTISEMENT
Saat pelepasan jenazah di TPU karet Bivak, Sutan Sjahrir, selaku paman, memberikan sambutan mewakili keluarga dan mengatakan, “Dengan gaya hidupnya yang serba aneh itu, Chairil Anwar adalah pejuang revolusioner Indonesia”.
Demikianlah informasi seputar kiprah Chairil Anwar yang merupakan seorang penyair legendaris Indonesia, lengkap dengan karya-karyanya yang populer. (IF)