Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Profil Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal
7 September 2024 5:46 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Profil Tokoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Selain itu, sebagai tokoh agama dan pemimpin spiritual di Indonesia, Nasaruddin Umar juga telah berperan penting dalam menyuarakan toleransi, perdamaian, dan keberagaman.
Kiprahnya di dunia Islam menjadikannya salah satu figur penting yang dihormati baik di dalam negeri maupun di dunia internasional.
Profil Nasaruddin Umar
Dikutip dari kemenag.go.id dan ptiq.ac.id, berikut profil Nasaruddin Umar, dari pendidikan hingga penghargaan yang pernah diterimanya. Nasaruddin Umar lahir di Bone, Sulawesi Selatan, dan sejak muda telah menaruh perhatian besar pada agama Islam.
Ia dikenal sebagai seorang tokoh agama dan ulama yang visioner, berwawasan luas, dan selalu menekankan pentingnya pendidikan, toleransi, serta kesetaraan dalam ajaran agama.
Biodata Nasaruddin Umar
Nama lengkap: Nasaruddin Umar
Tempat lahir: Bone, Sulawesi Selatan
ADVERTISEMENT
Tanggal lahir: 23 Juni 1959
Jabatan saat ini: Imam Besar Masjid Istiqlal
Agama: Islam
Kewarganegaraan: Indonesia
Riwayat Pendidikan Nasaruddin Umar
Riwayat pendidikan Nasaruddin Umar mencerminkan perjalanan akademik yang panjang dan mendalam, mulai dari tingkat lokal hingga internasional.
Ia menempuh pendidikan awalnya di Bone, Sulawesi Selatan, tempat ia dilahirkan. Semangatnya dalam mempelajari agama Islam sudah tampak sejak usia muda.
Hal inilah yang akhirnya membawanya melanjutkan pendidikan ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin, Makassar, tempat ia memperoleh gelar Sarjana (S1) dalam bidang Studi Islam.
Di sana, ia mempelajari berbagai disiplin ilmu keislaman, termasuk tafsir Al-Qur'an, hadits, dan hukum Islam.
Setelah menyelesaikan pendidikan sarjananya, Nasaruddin Umar melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dengan menempuh studi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mendapatkan gelar Magister (S2).
ADVERTISEMENT
Di UIN Syarif Hidayatullah, ia semakin memperdalam ilmunya, khususnya dalam bidang tafsir Al-Qur'an dan studi-studi keislaman yang lebih spesifik.
Universitas tersebut terkenal sebagai salah satu pusat pendidikan Islam terbesar di Indonesia, yang telah melahirkan banyak tokoh ulama dan intelektual Muslim.
Tidak berhenti sampai di situ, tekad Nasaruddin untuk terus belajar membawanya ke kancah internasional, di mana ia melanjutkan studi doktoralnya (S3) di Universitas Al-Azhar, Mesir.
Universitas Al-Azhar adalah salah satu institusi pendidikan Islam tertua dan paling bergengsi di dunia, terkenal sebagai pusat studi keislaman yang mendalam.
Di Al-Azhar, Nasaruddin Umar mengambil spesialisasi dalam bidang tafsir Al-Qur'an, di mana ia tidak hanya mempelajari teks-teks suci secara mendalam.
Akan tetapi juga mengkaji berbagai pemikiran dan interpretasi dari ulama-ulama besar di dunia Islam.
ADVERTISEMENT
Pendidikan di Mesir memberinya perspektif yang lebih luas tentang keislaman, yang kemudian membentuk pandangan dan pendekatannya terhadap berbagai isu sosial dan keagamaan, termasuk toleransi dan kesetaraan.
Kombinasi antara pendidikan lokal di Indonesia dan pendidikan internasional di Al-Azhar, Mesir, telah memberikan Nasaruddin Umar landasan intelektual yang kuat dan mendalam.
Hal ini tidak hanya membekali dirinya dengan pemahaman yang komprehensif tentang Islam, tetapi juga membuatnya mampu berkontribusi secara signifikan di kancah nasional dan global, baik sebagai seorang ulama, akademisi, maupun pemimpin spiritual.
Karya Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar dikenal sebagai seorang ulama produktif yang telah menghasilkan berbagai karya tulis, terutama yang berfokus pada tafsir Al-Qur'an, kesetaraan gender, dan isu-isu sosial dalam perspektif Islam.
Salah satu karyanya yang paling dikenal adalah buku berjudul "Argumen Kesetaraan Gender dalam Islam".
ADVERTISEMENT
Dalam buku ini, Nasaruddin mengupas pandangan Islam tentang peran perempuan dan laki-laki, serta bagaimana kesetaraan gender sejalan dengan nilai-nilai Islam.
Buku ini mendapat perhatian luas, terutama karena mengangkat isu yang cukup sensitif dan sering diperdebatkan di kalangan ulama dan masyarakat Muslim.
Selain itu, Nasaruddin juga menulis buku lain yang berjudul "Keadilan Gender dalam Perspektif Islam". Dalam buku ini, ia membahas lebih dalam mengenai konsep keadilan gender yang diterapkan dalam ajaran Islam.
Buku ini merupakan salah satu kontribusinya dalam upaya mengedukasi masyarakat tentang pentingnya keadilan gender, serta bagaimana Islam memandang peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam ranah domestik maupun publik.
Tidak hanya tentang gender, Nasaruddin Umar juga menulis beberapa karya yang berfokus pada tafsir Al-Qur'an.
ADVERTISEMENT
Salah satu karyanya dalam bidang ini adalah "Tafsir Tematik Al-Qur'an", yang mengupas berbagai tema dalam Al-Qur'an dengan cara yang lebih sistematis dan mendalam.
Tafsir ini menjadi rujukan penting bagi banyak kalangan yang ingin memahami Al-Qur'an dari sudut pandang tematik.
Selain ketiga karya utama tersebut, Nasaruddin juga terlibat dalam penulisan artikel ilmiah, makalah, dan publikasi lainnya yang banyak membahas berbagai isu keislaman kontemporer.
Termasuk hubungan antara Islam dan modernitas, pluralisme, dan dialog antaragama. Karya-karyanya telah memberikan kontribusi signifikan dalam kajian Islam di Indonesia dan di kancah internasional.
Karier Nasaruddin Umar
Karier Nasaruddin Umar mencakup berbagai bidang, termasuk keagamaan, pendidikan, dan pemerintahan.
Sebagai ulama yang memiliki pengaruh besar, Nasaruddin memulai kariernya dengan mengajar di berbagai institusi pendidikan tinggi Islam.
ADVERTISEMENT
Salah satu posisinya yang paling dikenal adalah sebagai dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, di mana ia mengajar berbagai mata kuliah terkait tafsir Al-Qur'an dan studi keislaman.
Sebagai seorang akademisi, ia aktif dalam penelitian dan pengembangan ilmu keislaman yang berfokus pada pemahaman yang lebih luas dan inklusif.
Selain mengajar, Nasaruddin juga pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam di Kementerian Agama Republik Indonesia.
Dalam peran ini, ia bertanggung jawab atas pengelolaan urusan keagamaan umat Islam di Indonesia.
Termasuk pengawasan lembaga-lembaga keagamaan, pengelolaan zakat dan wakaf, serta pemberdayaan masyarakat Muslim di seluruh negeri.
Melalui jabatan ini, Nasaruddin memainkan peran penting dalam mengarahkan kebijakan pemerintah terkait kehidupan beragama di Indonesia, serta mempromosikan toleransi dan kerukunan antarumat beragama.
ADVERTISEMENT
Karier Nasaruddin Umar mencapai puncaknya ketika ia diangkat sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal.
Sebagai imam besar di masjid terbesar di Asia Tenggara, ia memikul tanggung jawab besar dalam memimpin kegiatan keagamaan dan memberikan ceramah kepada umat Islam yang datang dari berbagai penjuru.
Masjid Istiqlal bukan hanya sekadar tempat ibadah, tetapi juga simbol persatuan umat Islam di Indonesia, dan Nasaruddin berperan aktif dalam menjaga peran tersebut.
Ia juga menggunakan platform ini untuk menyampaikan pesan-pesan perdamaian, toleransi, dan kesetaraan, baik di Indonesia maupun dalam konteks global.
Selain peran-peran utama tersebut, Nasaruddin juga aktif dalam berbagai forum internasional yang membahas isu-isu keagamaan, perdamaian, dan dialog antaragama.
Ia kerap menjadi pembicara dalam konferensi internasional, menyuarakan pentingnya dialog dan saling pengertian antara umat beragama di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Hal ini semakin memperkuat posisinya sebagai salah satu ulama yang dihormati, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di panggung internasional.
Penghargaan Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar telah menerima berbagai penghargaan atas kontribusinya di bidang keagamaan, sosial, dan pendidikan.
Sebagai salah satu ulama terkemuka di Indonesia, dedikasinya dalam mempromosikan nilai-nilai toleransi, perdamaian, serta pemahaman yang lebih mendalam tentang Islam, telah mendapatkan pengakuan baik di tingkat nasional maupun internasional.
Salah satu penghargaan yang diterima Nasaruddin adalah Penghargaan Tokoh Pemersatu Umat dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas peran Nasaruddin dalam menyatukan umat Muslim di tengah perbedaan pandangan dan aliran.
ADVERTISEMENT
Ia dikenal sebagai tokoh yang mampu membangun dialog dan komunikasi antara berbagai golongan dalam Islam.
Selain itu, ia juga mendapatkan Penghargaan Perdamaian dari lembaga internasional atas upayanya dalam mempromosikan perdamaian dan dialog antaragama.
Penghargaan ini mencerminkan peran Nasaruddin yang tidak hanya terbatas pada lingkup nasional, tetapi juga diakui di panggung global.
Melalui berbagai forum internasional, ia aktif terlibat dalam dialog antaragama, memperjuangkan harmoni dan saling pengertian antara umat beragama.
Di bidang akademik, Nasaruddin Umar juga dianugerahi Penghargaan Ulama Berpengaruh Dunia oleh sebuah lembaga internasional yang fokus pada pengakuan tokoh-tokoh Muslim yang berpengaruh secara global.
Penghargaan ini menunjukkan bagaimana gagasan dan karya-karya Nasaruddin berhasil memberikan dampak signifikan, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di kalangan umat Muslim di berbagai negara.
ADVERTISEMENT
Penghargaan-penghargaan tersebut merupakan bukti dari kiprah Nasaruddin Umar yang luar biasa dalam bidang keagamaan, pendidikan, dan perdamaian, serta pengakuan atas dedikasinya yang berkelanjutan untuk membangun masyarakat yang lebih harmonis dan inklusif.
Sebagai ulama, akademisi, dan Imam Besar Masjid Istiqlal, profil Nasaruddin Umar menunjukkan dedikasi yang mendalam terhadap pengembangan keislaman dan perdamaian.
Kontribusinya dalam pendidikan, keagamaan, serta dialog antaragama telah memberikan dampak yang signifikan, baik di Indonesia maupun di dunia internasional. (Shofia)