Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Monumen Pancasila dan Simpang Lima Atambua
8 November 2022 12:11 WIB
Tulisan dari Puji Alphatehah Adiwijaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, Kawasan simpang lima identik dengan persimpangan lima jalur di Kawasan Kota Semarang Jawa Tengah. Kawasan simpang lima ini menjadi icon tersendiri dari kota Semarang. Nyatanya, tak hanya ada di Semarang, jauh beranjak ke wilayah Timur Indonesia, menempuh sekitar 8 jam perjalanan darat dari Ibukota Nusa Tenggara Timur, menuju kota perbatasan yang berada paling timur di Pulau Timor, Kota perbatasan Atambua. Di sisi selatan Lapangan Umum Kota Atambua, terdapat hal yang sama persis seperti di Semarang yaitu Simpang Lima, Simpang Lima Atambua merupakan pertemuan lima jalur yang menghubungkan pusat kota dengan luar kota. Ditengah persimpangan tersebut terdapat sebuah monument Pancasila, lengkap dengan kelima sila di tiap sisinya. Keberadaan monument Pancasila di simpang lima Atambua ini bukan hanya sekedar landmark tapi terdapat makna yang lebih dalam keberadaannya.
Kata perbatasan memang selalu melekat dengan Atambua, sebab lokasinya yang berada dekat dengan Republik Demokratik Timor Leste. Kota ini banyak menjadi saksi bisu peristiwa-peristiwa sejarah terutama tentang Timor-Timor. Keberadaan kota ini di perbatasan tidak menutup dan membuat surut jiwa nasionalisme penduduknya. Disini, di Atambua, kedamaian dan kerukunan adalah hal yang paling diutamakan, semua penduduk Atambua sangat toleran dengan keberadaan agama minoritas, hal ini terbukti dengan berdirinya masjid-masjid besar yang berada dikawasan kota Atambua. Atambua juga menjadi titik lebur penduduk dengan latar belakang suku yang berbeda, hampir dari segala penjuru nusantara ada di Kota kecil ini, sebut saja Bugis, Jawa, Batak, Tionghoa, Rote, Sabu hingga Dayak ada dan melebur menjadi satu memajukan perekonomian hingga membudayakan kedamaian dalam naungan Atambua.
Hampir tidak pernah terdengar konflik antar suku maupun agama di kota ini, Atambua selalu berdiri rukun walaupun seringkali dipandang sebelah mata. Jika dijadikan contoh, Atambua bisa saja menjadi kota paling rukun yang ada di Indonesia. Kawasan Simpang Lima yang ditengahnya terdapat tugu Pancasila merupakan implementasi nyata dari Pancasila itu sendiri, keberadaan Atambua tentu sangat erat kaitannya dengan implementasi dari nilai-nilai Pancasila. Dengan segala keterbatasan yang ada akibat jauhnya kota ini dari pusat pemerintahan, Atambua tetap damai. Mungkin hanya di Atambua-lah yang ketika ada hajat orang-orangnya selalu berpesta. Ada kedukaan, mereka mengadakan pesta, ada kelahiran pasti pesta, ada pernikahan, sudah pasti pesta.
ADVERTISEMENT
Singkatnya, keberadaan Simpang Lima dan Pancasila sangatlah berkorelasi sebab pada hakikatnya, kedua hal ini sangatlah menggambarkan persatuan. Simpang lima yang merupakan persatuan dari kelima jalur, begitu juga Pancasila yang merupakan kesatuan makna dan tujuan hidup bangsa. Dan, persatuan ini tegambarkan dalam konteks satu wilayah, wilayah yang seringkali dipandang sebelah mata sebab letaknya yang jauh dari pusat pemerintahan RI, persatuan ini tergambar dalam lingkup satu kota, kota Atambua.
Bagi penulis, Atambua adalah satu-satunya kota yang tidak pernah berduka, Atambua selalu terlihat Bahagia dengan segala keterbatasannya, Atambua selalu damai walaupun didalamnya berada berbagai suku, agama, ras dan budaya. Tidak ada ruang untuk bersedih di kota ini, semua akan Bahagia ketika di Atambua, Bahagia dengan caranya sendiri, Bahagia dengan keadaan yang berbeda dari kota-kota lainnya.
ADVERTISEMENT