Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
The Next Menlu RI Tetap Harus dari Kalangan Diplomat Karier
13 Oktober 2024 14:09 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ahmad Dyandra Rama Putra Bagaskara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih Republik Indonesia akan dihelat sebentar lagi, yakni pada Minggu (20/10/2024) mendatang. Tidak lama usai presiden dan wakilnya dilantik, susunan kabinet baru tentu akan segera diumumkan.
ADVERTISEMENT
Belakangan, muncul sejumlah nama yang diprediksi bakal mengisi berbagai pos menteri di kabinet Prabowo-Gibran. Salah satu nama yang diprediksi bakal mengisi pos menteri di kabinet mereka adalah Wakil Ketua Komisi 1 fraksi Gerindra, Sugiono. Ia disebut bakal menggantikan Retno Marsudi sebagai Menteri Luar Negeri (Menlu) RI.
Munculnya nama Sugiono yang digadang-gadang bakal menjadi the next Menlu RI ini membuat saya sebagai mahasiswa Hubungan Internasional agak terusik. Hal ini terjadi bukan tanpa alasan.
Jika melihat rekam jejaknya, Sugiono bukanlah seorang diplomat. Ia hanya seorang mantan anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) sekaligus politisi partai yang kini menjabat sebagai anggota DPR RI sejak 2019 lalu.
Rekam jejak inilah yang membuat saya agak terusik. Sebab, menurut saya, the next Menlu RI tetap harus dari kalangan diplomat karier. Sementara itu, jika melihat rekam jejaknya, Sugiono bukanlah diplomat karier.
ADVERTISEMENT
Meski saat ini Sugiono mengemban tugas di komisi 1 DPR RI, komisi yang membidangi masalah luar negeri, saya kira, ia tetap kurang cocok untuk menggantikan Retno sebagai the next Menlu RI di kabinet Prabowo-Gibran.
Mengapa demikian?
Sebelum membeberkan alasannya, ada baiknya kita pahami dulu apa yang dimaksud dengan diplomat karier dan diplomat karier. Sebab, informasi ini akan membantu kita memahami alasan mengapa the next Menlu RI harus dari kalangan diplomat karier.
Pengertian diplomat karier dan non-karier
Diplomat karier sendiri adalah seorang diplomat yang menempuh jalur pendidikan resmi untuk menjadi seorang diplomat. Kasarnya, diplomat karier adalah orang yang benar-benar mendedikasikan dirinya untuk menjadi diplomat profesional.
Ia menempuh pendidikan di jurusan Hubungan Internasional atau jurusan lain yang memang sudah menjadi track pendidikan bagi seorang diplomat, seperti jurusan Ekonomi, Ilmu Politik, Komunikasi, Hubungan Masyarakat, Manajemen, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Kemudian, setelah lulus, ia mengikuti seleksi pegawai negeri sipil (PNS) di Kementerian Luar Negeri Indonesia hingga resmi menjadi seorang diplomat. Jadi, diplomat karier benar-benar merintis karier mereka “dari bawah” hingga resmi menjadi diplomat.
Retno Marsudi, misalnya, ia merupakan seorang diplomat yang merintis kariernya dari bawah. Ia menempuh pendidikan di jurusan Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM). Setelah lulus, ia kemudian lolos seleksi Kemenlu RI dan mulai mengabdi di sana hingga berhasil jadi menlu perempuan pertama Indonesia.
Lain halnya dengan diplomat non-karier. Diplomat non-karier adalah diplomat yang tidak menempuh jalur pendidikan resmi untuk menjadi seorang diplomat. Kasarnya, mereka adalah orang-orang yang “tercebur” ke dalam profesi diplomat karena berbagai hal. Denganh kata lain, diplomat non-karier tidak merintis karier mereka dari bawah hingga resmi jadi diplomat profesional.
ADVERTISEMENT
Diplomat non-karier biasanya langsung mengembang jabatan tinggi yang dipilih langsung oleh presiden, seperti duta besar (dubes). Hal ini lantaran dubes merupakan jabatan politik sehingga jabatan ini tidak mengharuskan seseorang untuk merintis karier mereka sebagai diplomat.
Mengapa harus diplomat karier?
Setelah mengetahui pengertian serta perbedaan diplomat karier dan diplomat non-karier, barulah kita beranjak kepada sejumlah alasan mengapa the next Menlu RI tetap harus dari kalangan diplomat karier.
Setidaknya, ada tiga alasan mengapa the next Menlu RI harus tetap dari kalangan diplomat karier, seperti Retno Marsudi, Marty Natalegawa, dan Hassan Wirajuda.
Pertama, masalah koneksi. Seorang diplomat karier sudah barang tentu punya koneksi yang luas di kancah internasional, baik dengan pejabat organisasi internasional atau dengan menlu dari negara lain. Hal ini karena mereka sudah sering ditugaskan untuk menjalin hubungan luar negeri dengan berbagai pihak. Koneksi yang luas inilah yang nantinya akan menjadi senjata ampuh bagi seorang menlu untuk menjalin hubungan luar negeri atau kerja sama dengan berbagai pihak di luar sana.
ADVERTISEMENT
Kedua, masalah kemampuan berdiplomasi. Seorang diplomat karier sudah barang tentu punya kemampuan diplomasi yang baik. Sebab, seorang mereka memang sudah dilatih sejak menempuh pelatihan (training) calon di diplomat di Kemenlu. Selain itu, mereka juga sudah terbiasa menjalin hubungan dan bernegosiasi dengan negara lain.
Ketiga, masalah image. Image diplomat karier pasti lebih besar ketimbang diplomat non-karier. Dengan kata lain, diplomat karier pasti lebih dikenal di dalam pergaulan internasional ketimbang diplomat non-karier. Privilege inilah yang juga akan membantu kerja seorang menlu agar bisa menjalin hubungan dengan berbagai negara di dunia.
Oleh karena itu, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, the next Menlu RI tetap harus dari kalangan diplomat karier, bukan dari kalangan partai politik hasil bagi-bagi jabatan. Ini diperlukan agar ia bisa menjalankan tugas dengan baik ketika sudah dilantik. Selain itu, menlu dari kalangan diplomat karier juga akan meningkatkan marwah Indonesia karena mereka sudah punya image di kancah internasional.
ADVERTISEMENT