Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Jurnalis Amplop: Noda Hitam Yang Mencoreng Profesi Jurnalis
31 Agustus 2024 11:14 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 8 September 2024 9:58 WIB
Tulisan dari Putra Melandry tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jurnalis merupakan pekerjaan yang memerlukan objektivitas, integritas dan idealisme dalam proses kerjanya, hal-hal tersebut yang menjadi pilar utama agar media dapat terus dipercaya oleh publik. Namun ada satu noda hitam yang merusak estetika kerja jurnalis, noda tersebut merupakan fenomena "Jurnalis Amplop". Jurnalis amplop ada pada "oknum-oknum" nakal yang justru memanfaatkan dan menyalahgunakan profesinya dengan mengorbankan nilai-nilai integritas, dan ironisnya hal ini sudah menjadi rahasia umum di kalangan jurnalis.
ADVERTISEMENT
Jurnalis amplop merupakan fenomena praktik suap antara pihak tertentu, narasumber dan jurnalis, biasanya bentuk praktik suap ini berupa pemberian uang, vocher, hingga barang-barang lain yang bisa menguntungkan. Praktik suap tersebut bertentangan dengan Kode Etik Jurnalistik, diatur dalam pasal 2 Kode Etik Jurnalistik yang berbunyi "wartawan Indonesia menempuh cara-cara profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik".
Adapun tujuan dari praktik jurnalis amplop ini adalah untuk memengaruhi opini publik, menghilangkan informasi, serta membuat informasi yang sifatnya untuk menjatuhkan pihak tertentu. Contoh kronologi dari praktik jurnalis amplop ini adalah dengan menyuap seorang wartawan yang bekerja di media untuk menghilangkan informasi yang dinilai bisa merugikan si penyuap, atau menggiring opini publik agar pihak penyuap yang sebelumnya memiliki citra buruk akhirnya bisa mendapat citra baik akibat dari opini yang digiring oleh wartawan tadi.
ADVERTISEMENT
Tentunya noda menjengkelkan yang mencoreng profesi jurnalis ini dinilai berbahaya dan mengancam keberlangsungan demokrasi, sebab pers merupakan pilar penting ke empat demokrasi yang tugasnya mengawasi serta memberikan informasi yang akurat dan objektif, bagaimana rakyat mau percaya kepada media, kepada jurnalis, dan insan-insan pers lain jika informasi yang disebarkan nyatanya sesuai dengan pesanan dan kepentingan pihak yang membayar, bukan untuk kepentingan masyarakat luas.
Lalu, mengapa praktik ini bisa terjadi ?
Beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya praktik ini antara lain pengawasan internal media yang menaungi kurang ketat, jiwa-jiwa korupsi yang sudah mengakar, dan salah satu hal yang dilema yaitu pendapatan atau gaji seorang jurnalis yang rendah dan membuat ia harus menerima suap, ditambah kurangnya pengawasan yang kurang ketat menjadikan praktik ini terjadi terus menerus tanpa takut akan konsekuensi yang ada.
ADVERTISEMENT
Untuk melawan dan menghilangkan praktik ini tentu merupakan hal yang tidak mudah karena masalah jurnalis amplop ini merupakan masalah yang kompleks. Pertama, media yang menaungi tiap jurnalis harus memastikan pengawasan internal berjalan dan bukan hanya sekedar aturan tertulis saja, namun ada pengimplementasiannya. Kedua, memerhatikan gaji dan kesejahteraan jurnalis agar tidak dilema dan menerima tawaran-tawaran suap dari berbagai pihak hingga memberanikan dirinya untuk mencari sumber pendapatan lain yang tidak etis. Ketiga, bagi saya ini merupakan hal yang paling penting, media, jurnalis, hingga insan pers lainnya harus berani menolak dan berkata tidak untuk hal-hal yang mencoreng integritasnya, sebab hanya jurnalis tak bermoral ! yang mau dan mampu untuk menerima suap dari pihak-pihak tertentu.
ADVERTISEMENT
Praktik ini harus dilawan dengan tegas agar jurnalis tetap menjadi profesi yang dapat dipercaya masyarakat, tanpa upaya serius dan konkrit kita akan terus jadi korban dan hidup dibawah bayang-bayang informasi yang diakal-akali demi kepentingan beberapa pihak. Harapan masyarakat banyak tentunya media menyuguhkan informasi yang objektif dan atas kepentingan masyarakat, bukan kepentingan penguasa yang memesan informasi kepada media untuk dirinya dan kroninya. Tolak tegas praktik jurnalis amplop !, berantas media-media kotor !.