Konten dari Pengguna

Mengenal Bahasa Isyarat BISINDO dan SIBI yang Digunakan oleh Komunitas Tuli

Putri Indah Wati
Mahasiswa jurusan Sosiologi Universitas Brawijaya
2 September 2024 7:34 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Indah Wati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bahasa isyarat. Sumber: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bahasa isyarat. Sumber: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Difabel merupakan seseorang yang memiliki keterbatasan baik secara mental maupun fisik. Keterbatasan tersebut membuat mereka sedikit terkendala untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Namun hal tersebut tidak menjadi masalah ketika aksesibilitas mereka dapat terpenuhi dengan layak.
ADVERTISEMENT
Tuli merupakan salah satu dari sekian banyak penyandang difabel yang ada. Mereka memiliki keterbatasan dalam mendengar, sehingga untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain maka mereka menggunakan bahasa isyarat.
Tuli seringkali disebut dengan tuna rungu, padahal sebenarnya diksi tuna menandakan adanya keterbatasan. Hal itu kurang disukai oleh para tuli, mereka lebih berkenan untuk disebut tuli dibandingkan tuna rungu.
Mungkin kata tuli terdengar sedikit kasar dalam masyarakat awam, namun bagi mereka para tuli panggilan tersebut lebih baik daripada tuna rungu.
Orang tuli berinteraksi dalam kesehariannya menggunakan bahasa isyarat. Bahasa isyarat merupakan jenis komunikasi yang dilakukan secara manual dengan menggunakan gerak tubuh, gerak bibir maupun ekspresi wajah.
Di Indonesia sendiri terdapat dua jenis bahasa isyarat yang umum digunakan komunitas Tuli untuk berinteraksi. Diantaranya adalah Sistem Bahasa Isyarat Indonesia (SIBI) dan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO).
ADVERTISEMENT
Nah, diantaranya keduanya sebenarnya mana sih yang ramah untuk komunitas Tuli?
BISINDO
BISINDO merupakan sistem bahasa isyarat yang dibuat oleh orang tuli. BISINDO sendiri terbentuk secara alami karena digunakan oleh orang tuli dalam kehidupan sehari-sehari sedari mereka kecil.
Sehingga sebenarnya mereka lebih akrab dan terbiasa dengan BISINDO. Selain itu, karena sudah digunakan sedari kecil BISINDO sendiri juga dipengaruhi oleh bahasa daerah masing-masing orang tuli.
Dapat dikatakan bahwa BISINDO menyesuaikan kemampuan orang tuli dalam berinteraksi. Tak hanya menggunakan abjad, BISINDO juga cenderung menggunakan simbol-simbol yang lebih mudah dan cepat dipahami oleh para orang tuli.
SIBI
SIBI atau Sistem Bahasa Isyarat Indonesia merupakan bahasa isyarat yang diciptakan oleh orang dengar dan distandarisasi oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT
Penggunaan SIBI ditujukan secara universal di Indonesia untuk mempermudah dalam proses pendidikan ataupun kegiatan formal lainnya.
Berbeda dengan BISINDO, SIBI sebenarnya kurang akrab dengan orang tuli karena tidak biasa digunakan dalam kesehariannya. SIBI yang berlaku secara umum juga tidak dapat mengakomodir bahasa-bahasa isyarat daerah.
Maka dari perbedaan-perbedaan tersebut, secara kasat mata sebenarnya BISINDO dapat dikatakan lebih ramah kepada orang tuli. Hal tersebut karena BISINDO sudah akrab dengan orang tuli dan digunakan dalam kesehariannya sedari mereka kecil.
Namun adanya SIBI juga dapat mengakomodir perbedaan-perbedaan yang ada di setiap orang tuli agar mereka dapat berinteraksi satu sama lain. Meskipun SIBI dibuat oleh orang dengar, yang dianggap kurang menghargai orang tuli.
ADVERTISEMENT
Namun, pada dasarnya penciptaan SIBI juga dengan tujuan tertentu seperti menyamakan penggunaan bahasa isyarat dalam institusi pendidikan dan lainnya.
Maka dapat dikatakan bahwa baik SIBI ataupun BISINDO memiliki keunggulannya masing-masing.
BISINDO dapat dikatakan sebagai bahasa isyarat yang ramah pada komunitas Tuli, sedangkan SIBI adalah penyeimbang atau pemersatu bahasa isyarat di Indonesia.
Sehingga keduanya ramah pada komunitas Tuli karena tujuannya adalah untuk memudahkan aktivitas dan interaksi mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Ilustrasi Peduli Komuniitas Tuli. Sumber: Shutterstock