Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Misteri Pedagang Cintaratu Pangandaran Tutup Serentak Setiap Hari Minggu
27 Desember 2023 10:31 WIB
Tulisan dari R Putri Kayla Natanianingrat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di saat akhir pekan, para pedagang sering melihatnya sebagai kesempatan berharga karena akhir pekan merupakan hari banjirnya pembeli. Namun, menariknya, beberapa pedagang justru memilih tutup di akhir pekan untuk merayakan hari libur mereka.
ADVERTISEMENT
Fenomena unik ini salah satunya terjadi di Desa Cintaratu. Cintaratu merupakan sebuah desa di Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran. Desa ini dikenal sebagai lokasi salah satu kampus Universitas Padjadjaran Program Studi di Luar Kampus Utama.
Keunikan daerah ini terletak pada fenomena menarik, di mana sebagian besar pedagang makanan memilih untuk tutup saat akhir pekan. Hal ini menciptakan suasana yang berbeda dari kebanyakan tempat.
Banyak sekali pedagang yang tutup saat akhir pekan, yang membuat desa ini sangat sepi saat akhir pekan. Salah satu pedagang yang tutup di akhir pekan adalah Mimin (50), seorang pedagang yang menjual nasi dan lauk-lauk siap makan.
Mimin mengatakan bahwa kejadian libur yang berbarengan ini bukan rencana yang disepakati atau tradisi apapun. Kejadian tersebut murni terjadi karena hanya kebetulan saja dan keinginan dari pribadi masing-masing penjual.
ADVERTISEMENT
“Ibu dari awal ada mahasiswa Unpad juga warung kalau minggu suka libur. Ibu kan yang pertama ada warung nasi ini sebelum di perempatan banyak yang jualan kaya sekarang. Ibu juga udah ngomong sama anak-anak, pokoknya kalau minggu Ibu libur. Jadi ga janjian sama warung- warung disana, gaada urusannya, cuma kebetulan aja,” jelas Mimin.
Alasan Memilih Libur
Pendapatan pedagang di Cintaratu selama hari-hari biasa cenderung stabil. Uniknya, pendapatan di akhir pekan justru tidak sebanyak di hari biasa, bahkan bisa menurun setengahnya.
Susi (37) seorang pedagang nasi kuning, batagor, dan jus mengeluhkan bahwa pendapatan yang ia terima sangat menurun drastis dibandingkan hari biasa. Ia juga bercerita pernah tidak mendapatkan penghasilan sama sekali saat akhir pekan.
“Minggu tuh sepi banget, orang nasi kuning juga kalau hari Minggu 2 kilogram ga habis, padahal kalau hari biasa pas orang mau beli udah keburu habis terus. Heran Ibu juga kenapa kalau Minggu ga habis. Malah pernah nyampe seharian tidur di sini, warung buka gaada yang beli. Jadi ah udah, kalau kayak gini Minggu mending libur aja, ngurusin anak-anak. Kasian anak-anak kan banyak, pada kurang diperhatiin di rumah,” jelas Susi.
ADVERTISEMENT
Para pedagang secara signifikan mengandalkan mahasiswa sebagai target pasar utama mereka. Mahasiswa memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan para pedagang. Nyatanya, di akhir pekan justru banyak mahasiswa yang berlibur ke daerah wisata sehingga meninggalkan para pedagang tanpa pelanggan.
“Justru Minggu mah jarang ada yang beli, anak-anak juga dari Sabtu sore pada keluar jalan-jalan ke Pangandaran, jadi jarang makan di sini. Makanya yaudah, mending beres-beres aja di rumah,” ujar Mimin.
Bagaimana dengan Mahasiswa yang Tidak Berlibur
Menurut Dinda (19), seorang mahasiswa baru di Universitas Padjadjaran Program Studi di Luar Kampus Utama, fenomena ini terasa cukup aneh. Pada hari Minggu yang seharusnya menjadi hari libur, ternyata pedagang makanan juga turut berlibur.
“Awalnya ga sadar, cuma setelah beberapa kali cari makanan pas hari Minggu di Cintaratu ko kaya sepi banget, ternyata emang yang jual makanan pada tutup,” ujarnya.
Dinda cukup menyayangkan hal ini, karena beberapa kali justru dia malas kalau harus memasak di saat libur kuliah, dan ingin yang praktis.
ADVERTISEMENT
“Paling jadinya pergi makan ke daerah lain kaya ke Parigi atau Pangandaran, kadang kalau emang lagi males banget keluar, mau gamau masak di kos an,” jelasnya.
Ternyata hal ini tidak dirasakan oleh mahasiswa baru saja, namun mahasiswa yang sudah beberapa tahun tinggal juga merasakan hal yang demikian. Salah satunya Ilyasa (20) yang merupakan mahasiswa yang masuk pada tahun 2022.
“Ketika saya berada di semester 1, waktu itu saya dan teman-teman saya mau mencari makan di hari Minggu, namun ternyata pedagang sekitar tidak ada yang berjualan. Awalnya saya kira hanya kebetulan saja, tapi ternyata terus berlanjut sampai sekarang, unik sih soalnya kayak serentak gitu jadi bingung harus makan apa. Tapi positifnya jadi lebih rajin masak dan produktif,” ucap Ilyasa.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa Libur Panjang
Di akhir tahun seperti sekarang, mahasiswa-mahasiswa umumnya bersiap-siap untuk menikmati libur panjang setelah berhasil menyelesaikan Ujian Akhir Semester (UAS). Saat momen liburan panjang seperti ini tiba, daerah-daerah yang biasanya ramai oleh kehadiran mahasiswa akan berubah menjadi sunyi dan sepi.
Ketika mahasiswa Unpad pulang ke kota mereka masing-masing Desa Cintaratu terasa kosong. Pendapatan para pedagang yang mengandalkan mahasiswa sebagai target utama pasar mereka mengalami penurunan pendapatan yang signifikan.
Sendy (22), seorang pedagang minuman yang warungnya biasanya menjadi tempat nongkrong para mahasiswa, mencari solusi dengan berinovasi melalui penambahan menu baru yang lebih menarik.
“Pendapatannya lumayan jauh banget kalau lagi pada libur, turun hampir setengahnya. Jadi, paling kalau lagi libur panjang ngejar orang yang di sini, kayak anak sekolah gitu. Terus lagi direncanain juga buat nambah-nambah menu baru biar lebih bervariasi,” ucap Sendy.
ADVERTISEMENT
Dengan melihat fenomena yang terjadi di Desa Cintaratu ini, keputusan para pedagang untuk tutup di akhir pekan ternyata bukanlah sebuah tradisi yang disepakati, melainkan lebih pada kebetulan yang unik. Seperti yang Mimin jelaskan, bahwa keputusan ini tidak melibatkan kesepakatan formal antarpedagang, melainkan terjadi secara kebetulan dan berdasarkan keinginan pribadi masing-masing.
Faktanya, keputusan ini menciptakan perbedaan pandangan yang menarik antara penjual dan pembeli di Desa Cintaratu. Sementara pedagang melihat akhir pekan sebagai waktu sepi dengan penurunan pendapatan yang signifikan, mahasiswa sebagai pelanggan utama mereka malah kesulitan mencari makanan seperti yang dikatakan Dinda dan Ilyasa.