Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bedah Naskah Kuno : Sistem Kepercayaan Majapahit Dalam Serat Pararaton
3 November 2023 17:34 WIB
Tulisan dari Putri Rahayu Lestari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mungkin di benak kalian tidak asing ya mendengar tentang naskah kuno. Lalu apa sih sebenarnya naskah kuno itu? Naskah kuno itu bisa disebut manuskrip yang ditulis dengan menggunakan bahasa atau aksara baik jawi, pegon, sunda, batak dan sebagainya. Media yang digunakan juga yaitu daluwang, daun lontar, kayu dan sebagainya. Naskah kuno disebut sebagai sastra karena didalamnya memuat sebuah syair, hikayat,legenda, bahkan kitab-kitab. Salah satu naskah kuno yang akan dibahas kali ini yaitu Serat Pararaton.
ADVERTISEMENT
Serat pararaton itu apa ya? Oke, simak dulu ya..
Serat Pararaton
Pararaton merupakan kitab sastra Jawa yang ditulis dalam bahasa Jawa Kawi dan terdiri dari 32 halaman berukuran folio sebanyak 1.126 baris. Bahasa Jawa kuno atau aksara kawi merupakan nama lain dari Sansekerta yaitu “kavi” yang berarti “Pujangga”. Artinya, bahasa ini digunakan para pujangga untuk merekam kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa itu. Pararaton merupakan naskah kuno yang didalamnya memuat tentang kisah Ken Arok hingga keruntuhan Kerajaan Majapahit.
Kerajaan Majapahit
Majapahit merupakan kerajaan terbesar di Indonesia sebagai kerajaan nusantara. Majapahit juga dikenal sebagai salah satu kerajaan terbesar di nusantara karena wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh nusantara. Bahkan wilayah kekuasaannya sangat luas tersebut yang menjadikan Majapahit disebut sebagai kerajaan bangsa pertama setelah Sriwijaya. Hal ini disebabkan karena sumpah palapa yang dilakukan oleh Patih Gajah Mada yang bersumpah akan menyatukan seluruh nusantara. Namun, sumpah palapa tersebut tidak berhasil sebab Kerajaan Sunda masih tetap berdiri kokoh dan tidak berada di bawah naungan Kerajaan Majapahit.
ADVERTISEMENT
Kembali lagi membahas tentang serat pararaton dalam naskah ini membahas tentang unsur budaya dan salah satunya itu adalah agama atau sistem kepercayaan yang dianut pada masa kerajaan Majapahit. Sistem kepercayaan yang dianut oleh kerajaan dan masyarakat Majapahit terdapat dalam Serat Pararaton yakni :
Konsep Siwa Buddha
Ada tiga agama yang berkembang pada saat Kerajaan majapahit yakni Hindu, Budhha dan aliran Karsyan. Kepercayaan asli yang dilakukan yakni adanya kepercayaan terhadap roh leluhur, kultus dewa matahari, kultus bima, dan gunung yang dipercaya sebagai tempat suci. Namun ada juga penganut agama islam pada masa puncak kejayaan Majapahit sehingga Majapahit menjadi negara multikultur namun tetap saling menghargai.
Candi Brahu
Candi brahu yang terletak di Trowulan di dalam cerita penduduk memiliki cerita tersendiri. Disebutkan bahwa bangunan ini dahulunya dianggap sebagai tempat untuk pembakaran jenazah raja-raja Majapahit
ADVERTISEMENT
Candi brahu adalah salah satu candi peninggalan Kerajaan majapahit. Lokasi candi ini berada di Jl. Candi Brahu No.73, Siti Inggil, Bejijong, Kec. Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Menurut Serat Pararaton, candi ini dipercayai sebagai tempat untuk pembakaran jenazah raja-raja Majapahit. Ketika saya mengunjungi langsung tempat ini, saya menemukan kendi di depan candi brahu terdapat pembakaran dupa. Namun, ketika saya menemukan penjaga dari candi brahu ini beliau mengatakan bahwa tempat ini memang dipercaya sebagai pemujaan para dewa baik hindu maupun buddha. Konon katanya, dahulu tempat ini juga di dalam candi berisi sesajen ketika akan melakukan pemujaan.
Nah, menarik sekali bukan!
Peninggalan Sejarah dari kerajaan majapahit tentu sangatlah masih melekat di masyarakat. Meskipun sudah mengalami era modernisasi, namun tetap budaya atau kultur mereka tetap dibudayakan. Nilai agama yang terkandung dalam naskah tersebut mungkin sudah tidak sekental dulu. Sebab, sudah masuk agama islam yan mendominasi masyarakat disana.
ADVERTISEMENT
Sumber :
Naskah Serat Pararaton
Museum Majapahit