Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Relevansi Serta Eksistensi Bahasa Sastra dan Media
31 Oktober 2022 21:45 WIB
Tulisan dari Putri Rahayu Lestari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai makhuk sosial kita tidak bisa hidup sendiri, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk keberlangsungan hidupnya baik dalam bekerja, berinteraksi sosial, dan mencari serta membagikan informasi. Untuk keberlangsungan komunikasi tersebut tentu bahasalah sebagai alat komunikasi dalam menyampaikan sebuah informasi. Selain daripada itu dalam penyampaian informasi harus disampaikan melalui berbagai media supaya informasi yang disuguhkan media tersebut dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia. Hal yang disajikan oleh media sosial bukan hanya seputar informasi yang berkaitan dengan kenegaraan, berita pelecehan seksual, kriminal, bahkan bencana alam saja melainkan karya-karya sastra yang disuguhkan oleh para sastrawan baik berupa novel, cerpen, dongeng, puisi, hikayat bahkan teater dan film.
ADVERTISEMENT
Perkembangan media sosial sangat berkembang pesat. Banyak sekali contoh yang kita jumpai, misalnya novel. Dulu novel hanya dicetak dengan media kertas saja, namun karena perkembangan zaman yang semakin canggih novel ini dapat diakses melalui berbagai aplikasi khusus yang tersedia di gadget masing-masing pengguna. Misalnya Webtoon, Wattpad, Inovel dan masih banyak lagi. Hal tersebut bertujuan memudahkan para pembaca baik dari segi material maupun pemakaian. Misalnya, Zee adalah pecinta buku novel kemudian ia akan pergi ke luar kota dan tidak bisa membawa koleksi bukunya. Nah, untuk memudahkan hal tersebut Zee mengganti buku berbentuk E-book yang notabennya mudah diakses. Dari segi material pun harganya cukup terjangkau sehingga lebih irit. Tapi, disisi lain penggunaan E-book ini pasti memiliki kekurangan pula seperti mengganggu penglihatan karena paparan cahaya gadget, file yang berpotensi hilang, dan sulit untuk diarsipkan. Pendapat saya terkait hal ini tentu lebih menyukai buku yang berbentuk fisik dibanding digital, karena di samping buku tersebut lebih mudah dibaca karena ukuran huruf yang pas di mata, buku juga dapat diarsipkan dan dijadikan koleksi untuk perpustakaan mini di kamar. Nah, temen-temen lebih suka buku yang fisik atau digital nih?
ADVERTISEMENT
Bagaimana relevansi sastra dan media?
Banyaknya karya sastra yang beredar di media sosial sangat bervarian, ada yang genre romansa, horror, fantasi, histori dan masih banyak lagi. Namun dengan adanya sastra cyber ini tentu ada sisi negatif dan positifnya loh teman-teman. Menurut saya, sisi positif dari perkembangan sastra cyber ini sangat memudahkan para penulis untuk mengekspos atau mengekspresikan hasil karyanya tersebut ke berbagai media sosial seperti di Facebook, Twitter, Instagram, Whatsapp bahkan di aplikasi khusus yang sudah saya sebutkan di atas. Namun di samping itu ada pula sisi negatifnya yakni kurangnya perhatian terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam sastra tersebut. Penulis kurang memperhatikan berbagai aspek seperti penggunaan gaya bahasa, tanda baca, memperhatikan PUEBI, EYD, bahkan kepada unsur yang mengandung SARA dan pornografi yang tentunya sesuai kode etik yang berlaku. Bahkan sejauh ini banyak sekali karya sastra yang menceritakan hal-hal yang seyogyanya dibaca oleh orang dewasa namun anak di bawah umur sudah mampu mengakses sehingga hal tersebut dapat mengganggu sisi psikologisnya. Mungkin teman-teman juga memiliki pandangannya masing-masing terkait hal tersebut dan banyak lagi contoh yang mungkin sering kalian jumpai. Oleh karena itu, sebagai penikmat karya sastra kita harus pandai dalam menyikapi keeksistensian tersebut.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan Film?
Wah! pasti kalian suka dong dengan karya sastra yang satu ini. Betul sekali film merupakan karya sastra yang diliputi unsur musik, seni rupa, seni suara, tata rias, tata cahaya, dan tentunya didukung oleh teknologi serba canggih. Banyak film yang mengambil cerita dari novel baik dari digital (Webtoon, Wattpadd, dsb) atau dari buku fisik. Film juga sangat digemari oleh berbagai kalangan karena ia menampilkan secara audiovisual berbeda dengan novel yang hanya dinikmati bacaannya saja. Film juga merupakan salah satu bentuk perkembangan bahasa, sastra dan media sebab dengan adanya hal tersebut berbagai novel banyak yang difilmkan misalnya karya:
ADVERTISEMENT
Tentu masih banyak lagi ya temen-temen. Hal ini membuktikan bahwa perkembangan antara bahasa, sastra dan media tidak hanya menuai sisi negatif saja namun banyak juga sisi positifnya. Sebagai penerus bangsa kita harus bijak dalam mengelola, menggunakan media. Dan sebagai Sastrawan patut untuk mempertahankan kaidah-kaidah yang berlaku baik dalam menciptakan karya sastra, kritik sastra, menerbitkan karya sastra dengan komponen bahasa yang tentunya bermakna dan sasaran yang dituju tepat.