Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pelemahan Kurs Signifikan Meningkatkan Ekspor dan Impor Non Migas di Indonesia
2 Desember 2024 11:32 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Putri Ayu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ekspor produk non migas (Minyak Bumi dan Gas) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan neraca perdaganagan. Sebagaimana kita ketahui bahwa ekspor akan dilakukan jika mata uang domestik melemah, karena pada saat itu akan banyak Negara luar membeli produk.
ADVERTISEMENT
Pada analisis saya secara grafik pada link ini https://kumparan.com/putriayu-1719818651009642882/kurs-melemah-bagaimana-kondisi-impor-migas-di-indonesia-241M7Uo0MDX mengungkapkan ekspor migas memiliki hubungan sesuai teori, bahwa semakin melemah kurs maka semakin meningkat ekspor migas. Nah, bagaimana dengan ekspor non migas Indonesia? Apakah sesuai teori juga?
Analisis saya lakukan 2 model, pertama grafis, kedua empiris dengan model analisis sederhana.Secara grafis terlihat pada Gambar 1 bahwa mulai ekspor non migas pergerakannya juga cenderung fluktuatif tetapi menunjukkan pola yang meningkat, artinya terjadinya pelemahan atau depresiasi kurs rupiah terhadap dolar. Pergerakan ekspor non migas juga menunjukkan fluktuatif tetapi berpola meningkat dari Januari 2019 hingga September 2024. Artinya secara grafis terbukti secara teoritis kalau pelemahan kurs bisa meningkatkan ekspor non migas.
Kemudian untuk memperkuat analisis saya menguji dengan analisis regresi sederhana ordinary least square. Dengan jumlah data sebanyak 64, kurun waktu Januari 2019 hingga September 2024, hasil menunjukkan bahwa depresiasi kurs rupiah signifikan positif terhadap ekspor nonmigas (model di kolom pertama pada tabel di atas). Hal ini ditandai dengan nilai p value <0.001, atau tanda bintang (***) yang terdapat pada hasil estimasi. Nilai koefisien menunjukkan 2.752, artinya ketika terjadi pelemahan rupiah sebesar 1 rupiah, maka akan terjadi peningkatan ekspor non migas sebesar 2.572 juta US$. Nilai R square pada hasil menunjukkan 0.204, artinya variasi variabel kurs rupiah terhadap dollar selaku variabel bebas mempengaruhi ekspor non migas sebesar 20,4%. Masih rendahnya R square diduga karena hanya satu variabel yang mempengaruhi ekspor non migas, atau ceteris paribus, diharapkan aka ada para ekonomi atau akademisi menganalisis faktor apa yang mempengaruhi ekspor non migas dengan menambah variabel lain.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, bagaimana dengan impor non migas? Saya juga mengidentifikasi melalui grafis dan empiris. Pada grafis menunjukkan terjadi pergerakan impor non migas yang meningkat seiring dengan pelemahan kurs rupiah. Tentunya ini berbeda teori, idealnya kurs melemah menyebabkan impor akan semakin turun. Hal ini juga sama dengan kejadian untuk impor migas yang menunjukkan peningkatan impor saat depresiasi rupiah.
Selanjutnya, untuk membuktikan hubungan grafis, saya juga identifikasi dengan analisis regresi sederhana, ordinary least square. Hasil menunjukkan bahwa sama dengan hasil grafis, dimana kurs melemah signifikan positif meningkatkan impor non migas, yang ditandai nilai p value lebih kecil dari 0.001 , atau tanda bintang pada tabel 1. Nilai koefisien sebesar 1.491, artinya ketika terjadi pelemahan rupiah sebesar 1 rupiah, maka akan terjadi peningkatan impor non migas sebesar 1.491juta US$. Nilai r square pada hasil menunjukkan 0.166, artinya variasi variabel kurs rupiah terhadap dolar selaku variabel bebas mempengaruhi impor non migas sebesar 16.6%. Masih rendahnya R square diduga karena hanya satu variabel yang dianalisis untuk mengidentifikasi pengaruh kurs rupiah terhadap impor non migas atau ceteris paribus.
ADVERTISEMENT
Mengapa masih adanya impor non migas? Banyak hal, diantaranya perjanjian antar Negara, menjual pasokan yang tidak dibutuhkan di dalam negeri, harga dalam negeri lebih mahal dibanding luar sehingga menguntungkan menjual di luar, barang yang diimpor berbeda jenis dengan yang diekspor. Walaupun impor di Indonesia masih ada bagi produk non migas, jika dibandingkan dengan ekspor non migas, Negara Indonesia jauh lebih banyak mengekspor dibanding mengimpor, sehingga neraca perdagangan surplus (positif) yang tertera pada gambar 3.
Surplusnya neraca perdagangan pada barang non migas, ini akan berimplikasi akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Akan tetapi perlu analisis lebih dalam golongan manakah yang lebih banyak diekspor? Dikarenakan suatu pengamatan penulis pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami tren menurun atau fluktuatif.
ADVERTISEMENT
Jadi, jika berkaca dengan target kemajuan pembangunan Ekonomi oleh Presiden RI pada saat pidato pertama 20 oktober 2024, mengenai hilirisasi komoditas untuk meningkatkan nilai tambah bagi ekonomi nasional sangat tepat dilakukan, agar barang yang diekspor mendapatkan nilai tambah nya lebih besar, atau tidak mengekspor bahan mentah misalnya mengekspor karet mentah, kemudian mengimpor ban mobil. Idealnya pemerintah membuat perusahaan yang mampu mengolah sumber ekonomi ini agar tercapainya hilirisasi dalam meningkatkan multiplyer effect lebih besar untuk meningkatkan perekonomian.