Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Produk Apa yang Paling Tinggi diimpor oleh Negara Indonesia?
30 November 2024 19:21 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Putri Ayu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Impor merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan antara suatu negara dengan negara untuk memenuhi kebutuhan yang tidak tercukupi dari dalam negeri maupun meraih keuntungan lebih banyak. Akan tetap, impor dalam teori keynes mengungkapkan bisa menurunkan pendapatan nasional dikarenakan perekonomian terbuka jika akan menyebabkan defisit neraca perdagangan atau saat impor lebih besar dari ekspor itu pada akhirnya akan menurunkan pendapatan nasional. Semakin tinggi impor maka semakin turun pendapatan nasional. Impor yang tinggi dikarenakan karena biaya produk asing lebih murah dibanding dalam negeri sehingga impor meningkat, atau pada saat rupiah mengalami penguatan. Jika Indonesia mengimpor barang-barang yang digunakan untuk proses pembuatan output/produk baru, dengan kondisi kurs melemah tentu ini akan menyebabkan kerugian dikarenakan besarnya biaya impor akibat kurs melemah. Idealnya impor dilakukan saat kurs menguat, agar biaya rendah dan menguntungkan negara domestik.
ADVERTISEMENT
Saat ini saya mau menunjukkan bagaimana kondisi impor Indonesia menurut golongan SITC revisi 4. Terlihat dari grafik diatas berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia (2024) bahwa terdapat golongan SITC bahan bakar pelikan, bahan penyemir dan yang berkenaan dengan itu yang paling tinggi impornya dari tahun 2014 hingga 2023. Impor golongan ini mengalami fluktuasi pada periode 2014-2023. Pada tahun 2014 hingga 2016 impor ini walaupun tertinggi dibanding golongan lainnya tetapi mengalami penurunan pada tahun 2016, terjadi peningkatan pada tahun 2017 hingga 2018, tetapi di tahun 2019 mengalami penurunan kembali, bahkan pada tahun 2020 impor barang tersebut mengalami penurunan drastis dan tidak menjadi golongan paling tinggi dalam jenis impor barang. Namun di 2021-2022 cukup drastis mengalami kenaikan dan turun kembali di tahun 2023.
ADVERTISEMENT
Golongan produk kedua adalah barang-barang buatan pabrik dirinci menurut bahan. Secara keseluruhan produk ini cukup banyak diimpor oleh negara Indonesia. Tahun 2017-2023 produk ini menunjukkan slope yang meningkat terus kecuali di tahun 2023 yang mengalami penurunan. Banyaknya produk ini tentu harus menjadikan perhatian apakah ini tidak akan menyebabkan defisit neraca perdagangan? Apakah tidak akan menyebabkan sedikitnya multiplier effect yang didapatkan di Indonesia karena membeli bahan pabrik dari luar negeri.
Selanjutnya untuk golongan SITC peringkat ketiga dari tahun 2014-2017 selalu mengalami perbedaan. Peringkat yang paling terakhir dari tahun 2014 hingga 2023 adalah golongan SITC minuman dan tembakau. Dimana Indonesia melakukan impor tidak semuanya mengalami kenaikan. Bisa kita lihat bahwa Impor Minuman dan Tembakau yang paling rendah yaitu terdapat pada tahun 2015 yaitu sebesar 1.075,4 ribu ton, dan yang paling banyak diimpor oleh Indonesia yaitu pada tahun 2023 yaitu sebesar 1.622,3 ribu ton.
ADVERTISEMENT
Fenomena menarik yang terlihat pada grafik diatas adalah pada tahun 2020 hampir semua sektor mengalami penurunan impor kecuali golongan bahan bakar pelikan dan bahan penyemir dan golongan produk lemak, serta produk minyak hewan dan nabati. Penurunan bagi sektor tersebut bisa disebabkan pembatasan yang terjadi akibat virus covid 19, peningkatan yang terjadi pada dua golongan tadi (golongan bahan bakar pelikan dan bahan penyemir dan golongan produk lemak, serta produk minyak hewan dan nabat) berarti merupakan kebutuhan yang masih diperlukan walaupun pandemi berlangsung. Hal menarik selanjutnya dari 2021-2022 menunjukkan semua produk mengalami peningkatan impor artinya cepatnya pemulihan yang dilakukan indonesia sehingga aktivitas produksi dan konsumsi meningkat dan mendorong peningkatan impor.
Pada tahun 2023, terjadi penurunan impor di semua golongan SITC, hal ini bisa disebabkan kurs rupiah yang melemah menyebabkan mahalnya biaya barang dari luar negeri sehingga produksi dilakukan dengan bahan domestik. Selain itu adanya pemulihan china yang terhenti, tensi peran ukraina, sanksi rusia yang menyebabkan semakin tinggi pertarungan perdagangan amerika Serikat dan China. Jika dilihat dari data, bisa kita lihat bahwa dampak dari negara lain akan mempengaruhi secara drastis bagi impor negara Indonesia. Nah, apakah penurunan impor 2023 itu baik atau tidak? Tentunya perlu analisis empiris menjawab hal tersebut, misalnya estimasi pengaruh impor berdasarkan golongan SITC terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Selain itu, perlu juga dilakukan analisis apakah baik mengimpor bahan bakar pelikan yang akan mendorong terjadinya inefisiensi lingkungan karena semakin tingginya emisi karbon yang akan dikeluarkan dari penggunaan golongan ini. Terimakasih
ADVERTISEMENT