Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Amnesia Mimpi: Mengapa Sulit Mengingat Mimpi Saat Bangun?
6 Desember 2024 14:00 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Qanita Mirsya Layyana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seringkali, saat terbangun kita merasa ada sesuatu mengganjal dari mimpi yang baru kita alami, namun kita tidak bisa mengingatnya. Sebenarnya, fenomena ini merupakan hal yang umum terjadi pada manusia. Bahkan bisa dikatakan sebanyak 95% dari mimpi yang kita alami tidak bisa kita ingat sama sekali.
ADVERTISEMENT
Banyak yang berpendapat, mimpi yang tidak bisa kita ingat itu umumnya berasal dari fase tidur non-REM, termasuk ketika kita merasa tidak bermimpi apa-apa. Matt Jarvis (2021) dalam bukunya mengungkapkan mimpi yang bisa kita ingat biasanya adalah mimpi yang kita alami selama periode REM sebelum kita terjaga dari tidur.
Namun sebaliknya, jika mengulik teori aktivasi sintesis yang dikemukakan oleh Hobson dan McCarley, lebih sulit mengingat mimpi dari fase tidur non-REM. Teori ini akan lebih banyak digunakan untuk menjelaskan mekanisme tidur, mimpi serta fenomena amnesia mimpi dari perspektif biologi.
Fase Tidur
Secara garis besar, tahap tidur awal terbagi menjadi 3 tahap:
Tahap 1:
Meliputi 7 menit pertama ketika kita mulai terlelap. Pada tahap ini kita masih dengan mudah terbangun karena masih berada pada transisi antara bangun dan tidur. Otot mulai relaks, detak jantung dan pola pernapasan melambat.
ADVERTISEMENT
Tahap 2:
Terjadi pada rentang waktu 10 sampai 25 menit. Pada tahap ini, suhu tubuh mengalami penurunan.
Tahap 3:
Pada tahap ini, kita sulit untuk dibangunkan. Otak dan tubuh berada pada kondisi paling tidak aktif.
Ketiga siklus ini biasanya terulang-ulang setiap 90 menit. Sebelum akhirnya kita memasuki fase tidur aktif (REM). Rapid Eye Movements adalah fase tidur dimana bola mata kita bergerak dengan cepat di bawah kelopak mata yang tertutup. Pada fase tidur REM, otak menjadi sangat aktif sama seperti ketika kita bangun. Sebagian besar mimpi juga terjadi pada fase tidur REM.
Proses Terjadinya Mimpi
Menurut teori aktviasi sintesis yang dikembangkan oleh Hobson dan McCarley pada tahun 1977, otak kita mengalami pengaktifan secara berkala selama tidur, sehingga mimpi itu sendiri hanyalah sebuah kesadaran normal dari otak yang diaktifkan secara otomatis tersebut. Dengan kata lain, mimpi adalah hasil dari usaha otak untuk menafsirkan impuls-impuls saraf secara acak.
ADVERTISEMENT
Hobson dan McCarley juga mengungkapkan bahwa otak memiliki tombol on-off yang diatur oleh neuron aminergik dan neuron retikuler. Dalam hal ini, neuron aminergik merupakan tombol “off” yang fungsinya untuk menghambat kerja dari neuron retikuler, sehingga ketika neuron aminergik aktif, kita tetap berada dalam keadaan bangun.
Namun, apabila neuron aminergik berada dalam posisi yang tidak aktif, otak diambil alih oleh neuron retikular. Selama proses tidur REM, aktivitas dari neuron aminergik mengalami penurunan yang drastis. Karena hal inilah, selama periode tidur REM, otak kita dibawah kendali dari neuron retikular sehingga memungkinkan proses terjadinya mimpi.
Tahap pembentukan mimpi pada teori aktivasi sintesis melalui dua tahap:
1. Aktivasi
Pada tahap ini, neuron retikular area pada batang otak yang disebut pons menghasilkan impuls-impuls saraf secara acak. Impuls ini berupa sinyal listrik bernama PGO waves (Pons-Geneculate-Occipital). Kemudian, PGO waves menyebar ke bagian-bagian otak lain termasuk area talamus yang kemudian meneruskannya ke bagian korteks.
ADVERTISEMENT
2. Sintesis
Dalam tahap ini, bagian otak depan, khususnya bagian korteks menafsirkan sinyal listrik yang berasal dari batang otak tadi dalam bentuk serangkaian gambar yang kemudian kita kenal sebagai mimpi. Ada bagian dari korteks bernama subkortikal yang berperan besar dalam penyimpanan memori kita, dalam proses terjadinya mimpi, memori juga dilibatkan saat pembuatan narasi dari alur cerita mimpi. Hal ini menyebabkan banyak hal yang muncul dalam mimpi kita memiliki keterkaitan dengan hal-hal yang pernah terjadi dunia nyata.
Mengapa Sulit Mengingat Mimpi?
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, ketika kita berada dalam periode tidur REM, aktivitas neuron aminergik mengalami penurunan yang cukup drastis. Dalam fungsi yang sesungguhnya, neuron aminergik berperan penting dalam pengendalian penyimpanan memori. Secara sederhana, neuron aminergik memiliki wewenang untuk memberikan perintah pada otak dalam mencatat pengalaman kemudian menyimpannya pada memori jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Ketika kita bermimpi pada periode tidur REM, otak tengah bekerja untuk menangkap sinyal-sinyal listrik dan mengubahnya menjadi gambar-gambar, namun otak tidak menerima perintah dari neuron aminergik untuk menyimpan gambar-gambar tersebut ke memori jangka panjang, sehingga mimpi yang kita alami untuk sementara tetap berada pada memori jangka pendek. Jenis memori satu ini bersifat rapuh dan lemah, dimana hanya bertahan antara 15-30 detik tanpa pengulangan.
Mimpi bisa dipindahkan ke bagian memori jangka panjang apabila terjadi sebuah arousal atau perangsangan, hal ini biasanya berupa kondisi saat kita bangun mendadak saat bermimpi atau tidak lama setelahnya. Seperti yang kita tahu, keadaan bangun juga berarti pengaktifan kembali neuron aminergik yang bisa mengirimkan perintah kepada otak untuk menyimpan mimpi ke memori jangka panjang, sehingga mimpi pun bisa kita ingat.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, ketiadaan arousal atau perangsangan yang bisa mengaktifkan neuron aminergik mampu menyebabkan kebanyakan dari mimpi kita terlupakan begitu saja.
Referensi
Hobson, J.A. (1988) The Dreaming Brain. New York, Basic Book.
Hobson, J.A. (1989) Sleep. New York, Scientific American Library.
Hobson, J.A. and McCarley, R.W. (1977) The Brain as a Dream-state Generator: an Activation-synthesis Hypothesis of the Dream Process. American Journal Psychiatry 134,1335-1348.
Jarvis, M. (2021) Psikologi Biologi Neurofisiologi: Seri Teori Psikologi. (SPA-Teamwork. Terjemahan). Yogyakarta, Nusamedia.