Konten dari Pengguna

Luka Masa Lalu: Hubungan Avoidant Attachment dengan Daddy Issues Seorang Anak

Qonita Nadiya
Mahasiswa S1 Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta
5 Desember 2024 18:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Qonita Nadiya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi seorang anak yang sedang terpuruk (sumber: https://www.freepik.com/)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi seorang anak yang sedang terpuruk (sumber: https://www.freepik.com/)
ADVERTISEMENT
Semakin berjalannya waktu, banyak anak yang mengalami avoidant attachment. Avoidant attachment merupakan suatu keadaan di mana seseorang merasa dirinya bisa melakukan segala hal sendiri dan tidak butuh bantuan dari orang lain. Seseorang yang memiliki avoidant attachment akan selalu mengevaluasi dirinya sendiri dan merasa dirinya tidak pernah salah. Sifat ini muncul sering kali dikarenakan oleh seorang anak yang kehilangan peran ayah dalam perkembangan hidupnya.
ADVERTISEMENT
APA ITU AVOIDANT ATTACHMENT?
ilustrasi hubungan avoidant (sumber: https://www.freepik.com/)
Avoidant attachment adalah suatu sikap seseorang yang enggan menerima bantuan dari orang lain dan selalu menghindar dari orang lain, sehingga seseorang yang mengalami avoidant attachment sulit untuk berbaur di keramaian. Pada saat beradaptasi dengan lingkungan baru, hal itu akan membuat ia merasa tertekan dan menganggap lingkungan baru sebagai ancaman baginya. Menurut Ainsworth, Blehar, Waters, & Wall (1978) dalam Mustaghfiroh, Muhibah, dan Prabowo (2023), terdapat beberapa karakteristik avoidant attachment, yaitu:
ADVERTISEMENT
Hal ini akan membuat seorang pengidap avoidant issues selalu merasa tidak nyaman jika berada di tempat umum, menjadi individu yang senang menyendiri, dan akan sulit mempercayai orang lain (Mustaghfiroh, Muhibah, dan Prabowo, 2023).
APA ITU DADDY ISSUES?
ilustrasi peran seorang ayah yang baik (sumber: https://www.freepik.com/)
Daddy issues merupakan bahasa lain dari fatherless yang saat ini selalu digunakan oleh kalangan anak Gen Z. Banyak kasus seorang anak yang kehilangan peran bapak sepanjang hidupnya. Daddy issues adalah situasi seorang anak yang mengalami masalah terhadap ayah, seperti ditinggal bekerja jauh, bercerai, perselingkuhan, bahkan meninggal. Banyak hal yang menyebabkan seorang anak mengalami daddy issues. Nainggolan, Putri, Pakaya, dan Juniarti (2024) mengatakan bahwa daddy issues dapat menghambat proses perkembangan anak.
Dampak dari anak yang kurang akan peran ayah yaitu tidak dapat mengontrol amarah, merasa malu, kesepian, cemburu, duka yang mendalam, dan kehilangan. Hal tersebut dikarenakan adanya ruang antara ayah dengan anak yang seharusnya diisi dengan didikan seorang ayah.
ADVERTISEMENT
Dapat disimpulkan bahwa daddy issues dapat menyebabkan seorang anak mengalami avoidant attachment. Kesehariannya yang kurang akan peran seorang ayah menimbulkan sifat-sifat negatif yang menghambat perkembangan individu dan membuat anak tumbuh besar dengan avoidant attachment, yaitu sulit beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan menolak pendapat orang lain. Sifat yang muncul akan menjadi perilaku buruk yang akan terus - menerus dilakukan oleh anak. Alangkah baiknya untuk memberi pendidikan serta pelatihan yang lebih baik dan membuat anak seolah-olah memiliki peran pengganti ayah.
Di zaman sekarang, banyak seorang ibu yang mengambil peran ayah untuk anaknya, atau bahkan seorang remaja kerap kali menjadikan pasangannya sebagai pengganti peran ayah. Maka dari itu, banyak orang dengan daddy issues dan attachment issues memilih untuk berpasangan agar mereka dapat merasa lebih nyaman dan aman seakan-akan ada seorang ayah yang menjaganya.
ADVERTISEMENT