Konten dari Pengguna

Perubahan Sistem Produksi Global untuk Indonesia: Studi Kasus Smelter Nikel

Rendy Artha Luvian
Saat ini menjalani keseharian sebagai mahasiswa Pascasarjana DTC HI Fakultas Fisipol UGM. Seorang penulis yang mencurahkan ide, gagasan, dan pemikirannya melalui tinta. Bekerja sebagai staf di Subbid Produksi Informasi Iklim & Kualitas Udara - BMKG.
1 September 2024 9:31 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rendy Artha Luvian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi smelter. sumber: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi smelter. sumber: freepik.com
ADVERTISEMENT
Dalam era globalisasi dan perubahan sistem produksi global yang terus berkembang, negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia menghadapi tantangan dan peluang yang signifikan. Salah satu sektor yang menonjol dalam konteks ini adalah sektor smelter nikel. Dengan cadangan nikel yang melimpah, Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan sumber daya alam ini. Namun, pelajaran yang dapat diambil dari perubahan sistem produksi global (Global Production Network - GPN) dan rantai nilai global (Global Value Chain - GVC) menunjukkan bahwa negara ini masih menghadapi tantangan dalam mengembangkan nilai tambah domestik dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah. Artikel ini akan mengulas pelajaran penting dari perubahan sistem produksi global dengan fokus pada sektor smelter nikel di Indonesia dan memberikan rekomendasi untuk pengembangan industri domestik yang lebih berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Perubahan Sistem Produksi Global dan Implikasinya pada Sektor Nikel
GPN dan GVC menunjukkan bagaimana produksi global semakin terhubung melalui berbagai tahap dan lokasi. Untuk sektor smelter nikel, ini berarti bahwa produksi nikel melibatkan berbagai tahap mulai dari ekstraksi bahan mentah hingga pemrosesan dan penggunaan akhir, yang seringkali melibatkan banyak negara dan perusahaan (O’Brien & Williams, 2016). Dalam konteks ini, Indonesia, sebagai negara penghasil nikel utama, menghadapi tantangan dan peluang yang signifikan.
Data Ekspor Produk Smelter Nikel
Menurut data terbaru, meskipun bijih besi tidak dapat diekspor secara langsung namun produk olahan yang seharusnya masih bisa dimanfaatkan lagi sebagian besarnya justru diekspor ke luar negeri, terutama Tiongkok (Ahdiyat, 2022).
1. Nickel Pig Iron (NPI): Sekitar 88% dari total produksi NPI di Indonesia diekspor, terutama ke Tiongkok. Tingginya permintaan dari industri baja nirkarat di Tiongkok pada tahun 2022 menjadi pendorong utama ekspor ini (Syarif, 2023).
Nickel Pig Iron (NPI). sumber: Media Nickel Indonesia.
2. Ferronickel (FeNi): Sebagian besar dari produksi FeNi juga diekspor, dengan pasar utama di Tiongkok, Jepang, Korea Selatan. Negara-negara ini memiliki industri stainless steel yang signifikan dan membutuhkan FeNi sebagai bahan baku (Nugroho, 2023)
Ferronickel (FeNi). Sumber: ferronikeli.com.
3. Mixed Hydroxide Precipitate (MHP): Sebagian besar dari produksi MHP diekspor, terutama ke produsen baterai di Asia, termasuk Tiongkok dan Korea Selatan. MHP menjadi semakin penting karena meningkatnya permintaan global untuk baterai kendaraan listrik (Wahyudi, 2022).
Mixed Hydroxide Precipitate (MHP). dok: Bisnis/Fanny Kusumawardhani.
Meskipun ada upaya pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah melalui pengembangan rantai pasok nikel yang lebih lengkap di dalam negeri, data ini menunjukkan bahwa sebagian besar produk nikel yang dihasilkan di Indonesia masih diekspor sebagai bahan baku atau bahan setengah jadi. Hal ini mengurangi potensi keuntungan ekonomi yang bisa diperoleh dari pengolahan lebih lanjut di dalam negeri. Buktinya China bisa menjadi menyumbang 76 persen dari produksi baterai global, yang bahan bakunya sebagian besar berasal dari negeri ini (Wulandari, 2024).
ADVERTISEMENT
Kasus Smelter Nikel dan Ketergantungan Ekspor
1. Kinerja Sektor Smelter Nikel Dalam dekade terakhir
Indonesia mengalami pertumbuhan pesat dalam sektor smelter nikel. Banyak smelter baru dibangun, dengan sebagian besar saham dimiliki oleh perusahaan asing, terutama dari Tiongkok. Perusahaan-perusahaan ini tidak hanya menginvestasikan modal tetapi juga membawa teknologi dan keahlian yang penting untuk operasi smelter. Namun, hasil dari smelter ini sebagian besar diekspor dalam bentuk nikel setengah jadi atau bahan mentah, yang kemudian diproses lebih lanjut di negara lain, terutama Tiongkok, menjadi produk akhir seperti baterai listrik.
2. Ketergantungan pada Ekspor dan Implikasi Ekonomi Ketergantungan pada ekspor bahan mentah menimbulkan beberapa masalah. Pertama, nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan bahan mentah di luar negeri berarti bahwa Indonesia kehilangan potensi keuntungan ekonomi yang dapat diperoleh dari produk akhir. Kedua, ketergantungan pada impor produk akhir seperti baterai listrik dan kendaraan listrik menciptakan ketergantungan ekonomi pada negara-negara lain dan membatasi kemampuan Indonesia untuk mengembangkan industri domestik yang berbasis pada teknologi tinggi.
ADVERTISEMENT
3. Dampak Kepemilikan Asing dan Ekspor ke Cina Kepemilikan asing yang signifikan dalam smelter nikel di Indonesia, terutama oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok, menambah dimensi tambahan pada ketergantungan ini. Meskipun investasi asing membawa manfaat dalam bentuk modal dan teknologi, hal ini juga berarti bahwa sebagian besar keuntungan dari ekspor nikel akan mengalir ke negara-negara pemilik saham tersebut. Lebih jauh lagi, nikel yang diekspor sering kali kembali ke Cina sebagai bagian dari rantai pasokan untuk produk akhir, seperti baterai listrik, yang dibeli kembali oleh Indonesia. Ini menciptakan siklus ekonomi di mana Indonesia hanya sebagai penghasil bahan mentah dan konsumen produk akhir.
Pelajaran dari GPN dan GVC untuk Pengembangan Industri Domestik
ilustrasi Hilirisasi Nikel. Sumber: Katadata.
1. Meningkatkan Nilai Tambah Domestik
ADVERTISEMENT
Pelajaran penting dari perubahan sistem produksi global adalah perlunya meningkatkan nilai tambah domestik. Indonesia harus mengembangkan kapasitas untuk memproses nikel menjadi produk akhir seperti baterai listrik dan kendaraan listrik di dalam negeri. Ini melibatkan investasi dalam infrastruktur, teknologi, dan keterampilan tenaga kerja yang diperlukan untuk memproduksi produk-produk ini secara kompetitif. Kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan industri hilir, seperti insentif untuk perusahaan yang berinvestasi dalam pabrik baterai dan teknologi otomotif, sangat penting (Ernst & Kim 2001).
2. Kebijakan Investasi Asing yang Berorientasi pada Hilirisasi Indonesia harus menata ulang kebijakan investasinya dengan fokus pada hilirisasi sektor nikel. Ini mencakup pemberian insentif bagi investor asing yang berkomitmen untuk membangun fasilitas pemrosesan dan manufaktur di dalam negeri, bukan hanya ekstraksi bahan mentah. Misalnya, kebijakan tax holiday dapat diberikan kepada perusahaan yang membangun pabrik pengolahan atau memproduksi baterai listrik di Indonesia. Tax holiday umumnya diberikan dengan syarat tertentu, seperti beroperasi di industri pionir yang memiliki dampak luas, memberikan nilai tambah dan manfaat eksternal yang besar, memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki arti penting bagi perekonomian nasional (Putra, 2024). Selain itu, pemerintah dapat mengatur kepemilikan asing dengan menetapkan batasan maksimum dan mensyaratkan kemitraan dengan perusahaan lokal untuk memastikan transfer teknologi dan peningkatan kapasitas industri domestik.
ADVERTISEMENT
3. Pengelolaan Investasi untuk Mengurangi Ketergantungan pada Ekspor Bahan Mentah
Kebijakan investasi harus diarahkan untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah dan mendorong pengolahan lebih lanjut di dalam negeri. Indonesia dapat memprioritaskan investasi yang tidak hanya mengeksploitasi sumber daya alam, tetapi juga mengembangkan industri hilir yang menghasilkan produk dengan nilai tambah lebih tinggi. Dengan demikian, Indonesia dapat memperkuat basis industrinya dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja lokal, sekaligus meningkatkan daya saing produknya di pasar internasional (Ernst & Kim 2001).
4. Strategi Kemitraan dan Transfer Teknologi melalui Kebijakan Investasi
Kemitraan strategis dengan perusahaan asing perlu diatur secara hati-hati melalui kebijakan investasi yang mendukung transfer teknologi dan pengembangan kapasitas domestik. Pemerintah dapat menetapkan syarat bahwa setiap investasi asing harus mencakup elemen transfer teknologi dan pelatihan tenaga kerja lokal. Selain itu, insentif tambahan dapat diberikan kepada perusahaan yang mendirikan pusat penelitian dan pengembangan (R&D) di Indonesia, yang akan mendorong inovasi dan keberlanjutan industri (Gereffi, G. et.al, 2005).
ADVERTISEMENT
5. Dimensi Geopolitik dalam Kebijakan Investasi
Kebijakan investasi di sektor nikel juga harus mempertimbangkan dimensi geopolitik. Ketergantungan pada investasi dari satu negara, seperti Tiongkok, dapat menimbulkan risiko strategis. Oleh karena itu, diversifikasi sumber investasi dengan mengundang negara-negara lain untuk berinvestasi di sektor ini dapat membantu Indonesia mengurangi risiko tersebut. Selain itu, pemerintah harus memastikan bahwa kebijakan investasi yang diterapkan dapat mengimbangi pengaruh asing dengan mempertahankan kontrol atas sumber daya strategis dan melindungi kepentingan nasional.
6. Peran Kebijakan Industri dan Ekonomi Berkelanjutan
Kebijakan industri yang mendukung pengembangan sektor smelter nikel harus diintegrasikan dengan kebijakan ekonomi berkelanjutan. Indonesia perlu mempertimbangkan dampak lingkungan dari kegiatan smelter dan mengimplementasikan standar lingkungan yang ketat. Pengembangan industri harus selaras dengan upaya perlindungan lingkungan dan keberlanjutan sumber daya alam. Kebijakan yang mempromosikan praktik industri yang ramah lingkungan dapat membantu meningkatkan daya tarik investasi dan memperkuat reputasi Indonesia sebagai lokasi investasi yang berkelanjutan. (CREA, 2024)
ADVERTISEMENT
7. Pendidikan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja
Pengembangan industri domestik yang sukses memerlukan tenaga kerja yang terampil dan terlatih. Pendidikan dan pemberdayaan tenaga kerja harus menjadi bagian dari strategi nasional untuk meningkatkan kapasitas produksi. Program pelatihan dan pendidikan yang fokus pada keterampilan teknis dan manajerial yang diperlukan dalam industri baterai dan kendaraan listrik akan membantu menciptakan tenaga kerja yang siap menghadapi tuntutan industri yang berkembang (Gereffi, G. et.al, 2005).
Kesimpulan
Perubahan sistem produksi global memberikan pelajaran berharga bagi negara berkembang seperti Indonesia, terutama dalam konteks sektor smelter nikel. Meskipun Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor ini, tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana mengoptimalkan nilai tambah domestik dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah. Kebijakan investasi yang berfokus pada hilirisasi, transfer teknologi, dan pengembangan kapasitas industri domestik adalah kunci untuk mencapai tujuan ini. Selain itu, penting untuk mempertimbangkan dimensi geopolitik dan keberlanjutan lingkungan dalam setiap kebijakan yang diterapkan. Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan perubahan sistem produksi global untuk membangun ekonomi yang lebih kuat, berkelanjutan, dan berdaya saing tinggi.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
1. Ahdiyat, Adi. 2023. 85% Ekspor Nikel Indonesia Dikirim ke Tiongkok pada 2023. Diakses pada 25 Agustus 2024 di alamat https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/07/06/85-ekspor-nikel-indonesia-dikirim-ke-tiongkok-pada-2022 .
2. CREA - Centre for Research on Energy and Clean Air. 2024. Membantah Mitos Nilai Tambah, Menilik Ulang Industri Hilirisasi Nikel – Dampak Ekonomi dan Kesehatan dari Industri Nikel di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara.
3. Ernst, D. and Kim, L. (2001). Global Production Networks, Knowledge Diffusion, and Local Capability Formation A Conceptual Framework. Paper presented at the Nelson & Winter Conference in Aalborg, Denmark June 12-15.
4. Gereffi, G, Humphrey, J., T. Sturgeon. (2005). The Governance of Global Value Chains. Review of International Political Economy, 12:1, pp. 78 – 104.
ADVERTISEMENT
5. Nugroho, Ari. 2023. Gawat! JK Sebut 90% Nikel RI Dikuasai Tiongkok. Diakses pada 25 Agustus 2024 di alamat http://thefinance.co.id/economy-business/gawat-jk-sebut-90-nikel-ri-dikuasai-tiongkok/.
6. O’Brien, R., & Williams, M. (2016). Global Political Economy: Evolution and Dynamics (5th ed.). New York: Palgrave Macmillan.
7. Putra, K. J. S. 2024. Tax Holiday: Cuti Bayar Pajak? Simak Seluk-Beluknya. Diakses pada 26 Agustus 2024 di alamat https://pajak.go.id/en/node/105041.
8. Syarif. (2023). Produksi Nickel Pig Iron Indonesia Dikuasai China. Diakses pada 25 Agustus 2024 di alamat https://nikel.co.id/2023/02/24/produksi-nickel-pig-iron-indonesia-dikuasai-indonesia/.
9. Wahyudi, Nyoman Ary. 2022. Ekspor Bahan Baku Baterai Listrik Melesat 454,8 Persen, Ini Penyebabnya. Diakses pada 25 Agustus 2024 di alamat https://ekonomi.bisnis.com/read/20221130/44/1603901/ekspor-bahan-baku-baterai-listrik-melesat-4548-persen-ini-penyebabnya.
10. Wulandari, Fitri. (2024). Segudang Tantangan Mengadang Mimpi Indonesia Jadi Pemain Baterai EV Dunia. Diakses pada 25 Agustus 2024 di alamat https://www.voaindonesia.com/a/segudang-tantangan-mengadang-mimpi-indonesia-jadi-pemain-baterai-ev-dunia/7684783.html.
ADVERTISEMENT