Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengulik Literasi di Museum Nasional Indonesia
26 November 2024 13:28 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Rachmi Yamini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Semenjak dibuka kembali pada tanggal 15 Oktober 2024 setelah menjalani revitalisasi dan pengembangan selama 1 tahun terakhir, Museum Nasional Indonesia atau Museum Gajah yang terletak di seberang Monumen Nasional ini terlihat tidak pernah sepi dari pengunjung. Apalagi dengan adanya koleksi baru yang dipamerkan, wahana reimajinasi, dan ruang ImmersivA yang ditawarkan, Museum Nasional Indonesia menjadi semakin sering berseliweran di kolom media sosial hingga viral. Rasanya semakin banyak pula masyarakat khususnya di Jakarta yang sadar akan sejarah bangsa. Perpustakaan Jakarta Pusat tidak membuang kesempatan baik ini untuk turut menyebarkan semangat literasi khususnya di kalangan anak-anak.
ADVERTISEMENT
Mengusung tema "Mengulik Literasi di Museum Nasional", Perpustakaan Jakarta Pusat menggandeng komunitas Fun Garden of Literacy (FGL) untuk mengajak anak-anak mengeksplor dan menjelajah Museum Nasional Indonesia dengan aktivitas literasi yang mengasyikan. Kamis pagi, 21 November 2024, sebanyak 35 siswa dari SDN Gambir 01 Jakarta dijemput menggunakan elf oleh petugas dari Perpustakaan Jakarta Pusat dari sekolah menuju Museum Nasional Indonesia. Dengan tertib, mereka diarahkan menuju Ruang Anak yang terletak di lantai Basement Museum Nasional Indonesia.
Ruangan yang memiliki 3 bagian utama ini memiliki banyak fitur yang memungkinkan pengunjung terutama anak-anak menghabiskan waktu dengan berbagai aktivitas yang menarik dan edukatif. Ada berbagai mainan edukatif, tembok ekspresi yang bebas untuk dicoret-coret, dan panggung. Pada area panggung inilah kegiatan kami dilaksanakan.
ADVERTISEMENT
Kegiatan dimulai dengan sambutan dari Bapak Asep Firman Yahdiana selaku Pamong Budaya Ahli Muda di Museum Nasional Indonesia dan Bapak Noor Muchyadi selaku Kepala Seksi Perpustakaan yang mewakili Kepala Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Pusat. Aktivitas dilanjutkan dengan Kak Fatihah dari FGL yang membacakan buku cerita tentang gajah, binatang yang juga menjadi ikon Museum Nasional Indonesia. Kemudian, Kak Palupi mendongeng tentang keberanian ditemani Kumi, boneka tangan berkarakter kodok.
Selain mengikuti aktivitas literasi dengan mendengarkan cerita, peserta juga diajak mengasah kreativitas mereka dengan melukis topi penjelajah. Masing-masing peserta dibekali dengan topi berbahan kanvas, cat air, serta kuas dan diberikan kebebasan untuk berkreasi menghias topi tersebut. Beberapa peserta menuliskan nama mereka masing-masing dengan hiasan bunga, binatang favorit, atau hiasan abstrak. Ada yang menggambarkan bendera negara kebanggaan mereka, ada pula yang bereksperimen mencampur warna-warna dasar menjadi warna baru yang cantik. Dengan bangga, mereka memamerkan hasil karya mereka dan mengenakan topi tersebut saat menjelajah museum.
Jelajah Museum Nasional Indonesia dilakukan di akhir kegiatan dengan dipandu oleh Kak Hesti. Peserta diajak berkeliling museum dan Kak Hesti dengan sabar menjelaskan setiap sudut dan koleksi yang ada, mulai dari koleksi arca yang ada di bagian depan museum, ruang Masa Depan Museum Nasional Indonesia, ruang Paras Nusantara, hingga ruang Pameran Repatriasi. Sayang sekali, menjelang siang, peserta mulai kelelahan dan kelaparan, sehingga kami tidak sempat mengunjungi ruangan ImmersivA yang memerlukan tiket masuk yang terpisah dari tiket masuk museum. Namun, hal itu tidak mengurangi perasaan senang dan puas bagi kami.
Kolaborasi yang pertama kalinya terjalin antara Perpustakaan Jakarta Pusat dengan Museum Nasional Indonesia ini terbilang sukses dan menggugah untuk terciptanya kolaborasi-kolaborasi lain di masa depan. Kami berharap dapat terus mengembangkan berbagai konsep kegiatan literasi yang lebih menarik dengan berbagai kolaborator dan dapat menjangkau peserta yang lebih luas.