Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Diaspora Tiongkok di AS: Rasisme terhadap Masyarakat Keturunan Tionghoa
21 November 2022 20:31 WIB
Tulisan dari Radiyah Mutmainnah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tiongkok merupakan salah satu negara dengan persebaran diaspora yang sangat banyak di dunia. Hampir di setiap negara kita dapat menemui Pecinan atau Chinatown yang mana wilayah tersebut menjadi wilayah khusus yang biasanya didiami oleh kelompok masyarakat keturunan Tionghoa yang tinggal di luar negeri atau berdarah campuran. Salah satu negara yang memiliki diaspora Tiongkok terbesar adalah Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Namun, tidak sedikit masyarakat keturunan Tionghoa sering diperlakukan tidak adil, mendapat diskriminasi, dilecehkan bahkan mendapat kekerasan fisik dari warga Amerika Serikat (yang selanjutnya disebut AS).

Jika kita melihat kembali pada sejarah awal mula kedatangan masyarakat Tionghoa di AS, sejak dahulu kedatangan mereka tidak disambut baik oleh masyarakat pribumi. Dalam sejarah persebaran masyarakat Tionghoa di AS yang diawali pada tahun 1849 terjadi fenomena California Gold Rush (Demam Emas California) karena salah satu pekerja penggergajian kayu (operator penggergajian) menemukan emas di pegunungan California. Sejak penemuan itu, banyak orang dari berbagai wilayah tak terkecuali masyarakat Tiongkok mendatangi wilayah tersebut untuk menjadi buruh yang bekerja di ekstraksi metal dan mineral, pembangunan infrastruktur jalan, jadi buruh tani agrikultur dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Besarnya imigran dari Tiongkok yang datang kemudian menimbulkan sentimen dan diskriminasi dari orang asli di AS karena mereka menganggap bahwa pekerjaan warga kulit putih diambil oleh masyarakat Tionghoa sehingga dibuatlah kebijakan Chinese Exclusion Act 1882 oleh AS yang isinya menangguhkan dan melarang pekerja-pekerja asal Tiongkok untuk datang ke AS. Sejak saat itu, masyarakat Tionghoa tidak begitu disambut dengan baik oleh pribumi dan menimbulkan rasisme terhadap masyarakat Tionghoa yang sudah menetap di sana.
Setelah adanya kebijakan Chinese Exclusion Act 1882, diaspora Tiongkok kemudian mengalami pergeseran profesi yang pada awalnya sebagai buruh kasar menjadi para pelajar, diplomat dan pedagang yang kemudian membentuk pemukiman bagi keturunan Tionghoa yang disebut Pecinan atau Chinatown di AS.
ADVERTISEMENT
Dengan segala dinamika diaspora Tiongkok dan transformasinya, hingga saat ini Masyarakat Asia terkhusus masyarakat keturunan Tionghoa masih kerap mengalami rasisme. Sentimen terhadap masyarakat Tionghoa juga tidak kunjung berkurang dan bahkan meningkat ketika pandemi covid-19 melanda sebagaian besar negara di seluruh dunia tak terkecuali AS. Pandemi covid-19 yang berasal dari salah satu wilayah di Tiongkok kemudian menjadikan stigma bahwa keturunan Tionghoa adalah pembawa virus. Hal ini diperparah oleh pernyataan Trump bahwa virus ini merupakan "virus Tiongkok" dan tidak menganggap serius penanganan pandemi Covid-19 sehingga menimbulkan isu rasialisme baru terhadap keturunan Tionghoa.
Hingga saat ini, masyarakat keturunan Tionghoa masih terus mendapatkan diskriminasi baik di kalangan remaja, anak-anak hingga lansia yang bermukim di AS. Maraknya diskriminasi yang terjadi disebabkan beberapa hal salah satunya adalah sejarah imigrasi masyarakat Keturunan Tionghoa di AS dan juga adanya Covid-19 yang memperparah isu rasisme di AS.
ADVERTISEMENT
Hal ini tentu saja membutuhkan penanganan yang serius dari pemerintah Amerika Serikat dan juga pemerintah Tiongkok dengan bekerja sama dan berkomitmen untuk mengurangi dan mencegah adanya isu rasisme.
Referensi
Firman, T. (2019) Imlek dan Sejarah Panjang Perantau Cina di Amerika Serikat
Nainggolan, P,P. (2021) Meningkatnya Aksi-Aksi Rasis terhadap Warga Keturunan Asia di Amerika Serikat