Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pekan Imunisasi Polio 2024: Dialog Pendidikan Untuk Orang Tua yang Anti Vaksin
15 Januari 2024 10:36 WIB
Tulisan dari Rahayu Rizky tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gegap gempita menyambut euphoria tahun 2024 telah usai, kini para orang tua dipaksa kembali memahami betapa pentingnya imunisasi dalam menjaga kesehatan anak-anak mereka di tengah gelombang besar penolakan terhadap vaksin. Bagaimana tidak, di awal tahun 2024 ini kejadian lumpuh layu akut karena virus polio telah dilaporkan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dan Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Selain itu, virus polio juga terdeteksi dalam sampel lingkungan di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Polio, atau poliomielitis, adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus poliovirus. Virus ini biasanya masuk melalui mulut karena tertelan makanan atau air yang terkontaminasi. Virus polio memiliki kemampuan untuk berkembang biak di dalam usus. Penyebaran virus polio dapat terjadi di sekitar lingkungan melalui feses yang tentu saja apabila kondisi lingkungan yang kotor dan tidak sehat dapat meningkatkan risiko penyebaran virus ini.
Imunisasi polio merupakan salah satu langkah penting dalam upaya menjaga kesehatan anak-anak. Imunisasi polio dapat memberikan perlindungan efektif terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen. Dengan memberikan vaksin polio pada anak usia dini, sistem kekebalan tubuh pada anak dapat mengembangkan pertahanan terhadap virus poliovirus, mencegah infeksi, dan melindungi mereka dari dampak serius penyakit ini. Keuntungan imunisasi polio tidak hanya terbatas pada individu yang menerimanya, tetapi juga mencakup masyarakat secara keseluruhan. Imunisasi melibatkan konsep kekebalan kelompok atau "herd immunity" dimana ketika sebagian besar populasi telah divaksinasi, penyebaran virus dapat ditekan secara signifikan. Ini melindungi individu yang tidak dapat menerima vaksinasi karena alasan medis atau kondisi kesehatan tertentu. Oleh karena itu, imunisasi polio tidak hanya merupakan keputusan pribadi, tetapi juga tanggung jawab kolektif setiap orang tua terhadap anaknya untuk memastikan perlindungan komunitas secara menyeluruh.
ADVERTISEMENT
Imunisasi polio terdiri dari beberapa dosis yang diberikan pada waktu yang telah ditentukan. Di berbagai kota besar di Indonesia, sub PIN (Pekan Imunisasi Nasional) Polio 2024 akan serentak digencarkan melalui dua tahap. Tahap pertama pada tanggal 15 – 21 Januari 2024 dan tahap kedua tanggal 19 – 25 Februari 2024 dengan sasaran anak usia 0 – 7 tahun 11 bulan 29 hari. Tentu saja diharapkan partisipasi aktif dari orang tua dan masyarakat untuk membawa anak menerima 2 tetes manis vaksin polio, yang diharapkan sebagai langkah ikhtiar bersama agar anak-anak kita terhindar dari virus polio.
Menelusuri Kendala: Kurangnya Kesadaran dan Pemahaman Orang Tua
Pada beberapa dekade terakhir jumlah kasus polio di Indonesia telah menurun drastis berkat program imunisasi yang berhasil, namun dengan ditemukannya kembali KLB (Kejadian Luar Biasa) tentang polio tentu cukup membuat para orang tua yang memiliki anak dengan rentang usia 0-7 tahun menjadi ‘cenat-cenut’. Kejadian tidak mengenakkan yang terjadi ini sudah cukup untuk memberikan gambaran bahwa imunisasi bukan hanya tentang melindungi anak dari penyakit tertentu, tetapi juga tentang menciptakan kekebalan komunitas yang melibatkan keseluruhan masyarakat. Bagaimana bisa penyakit yang sebelumnya dianggap sudah tidak ada kini dapat muncul kembali, dimana salah satu penyebabnya adalah akibat dari kelalaian orang tua yang menolak untuk melakukan vaksinasi pada anak-anak mereka?
ADVERTISEMENT
Memang betul adanya sains dan teknologi medis telah berhasil menciptakan vaksin untuk melawan berbagai penyakit yang dahulu menakutkan. Keputusan untuk tidak memberikan vaksin kepada anak-anak dapat memicu reemergensi penyakit tersebut, termasuk pada kasus polio yang kini mencuat di tahun 2024. Beberapa orang tua mungkin terpengaruh oleh pandangan anti-vaksin, namun alangkah baiknya apabila sadar akan risiko penyakit serius yang dapat dicegah melalui imunisasi adalah langkah krusial yang seyogyanya tidak dilupakan oleh para orang tua.
Meskipun umumnya anggapan bahwa orang tua yang anti-vaksin berasal dari lapisan masyarakat yang kurang teredukasi, nyatanya, ada juga golongan berpendidikan tinggi yang mengambil sikap serupa. Beberapa orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi mungkin terpengaruh oleh informasi yang tidak akurat atau disinformasi yang tersebar di media sosial atau kelompok-kelompok tertentu. Mereka dapat mengembangkan pandangan skeptis terhadap vaksinasi karena mungkin merasa tidak percaya pada otoritas kesehatan atau khawatir terhadap potensi efek samping yang disalahpahami. Oleh karena itu, penting untuk mengedepankan pendekatan edukatif dan membuka dialog konstruktif guna meningkatkan pemahaman mereka tentang manfaat vaksinasi dan keamanannya dalam melindungi kesehatan anak-anak dan masyarakat secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Dialog pendidikan untuk orang tua yang anti vaksin menjadi sebuah tantangan yang perlu dihadapi dengan kebijaksanaan dan empati. Pada dasarnya, pendekatan harus berfokus pada penyampaian informasi yang akurat dan ilmiah tentang manfaat vaksinasi dalam mencegah penyakit yang dapat berdampak serius pada kesehatan anak-anak. Penting bagi otoritas kesehatan untuk menciptakan ruang diskusi yang terbuka dan ramah untuk mendengarkan kekhawatiran orang tua, sambil tetap memberikan penjelasan yang jelas dan didukung oleh data kesehatan global. Pemahaman mendalam tentang sumber kekhawatiran orang tua dan kemampuan untuk menjelaskan fakta-fakta secara lugas terkait vaksinasi adalah salah satu cara untuk membangun kepercayaan dan memotivasi para orang tua untuk membuat keputusan yang berbasis pada kepentingan kesejahteraan anak-anak mereka. Mari bersama-sama mencari informasi tepat yang dapat mendukung keputusan terbaik untuk kesehatan dan masa depan pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan anak-anak kita.