Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Sebuah Testimoni, Mudahnya Pembuatan SKCK di Polres Cianjur
20 Agustus 2024 10:51 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Rahma Dwi Safitri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai fresh graduate sudah pasti tidak asing dengan SKCK alias Surat Keterangan Catatan Kepolisian sebagai persyaratan melamar pekerjaan. Hal itu juga tercatut dalam persyaratan di tempat saya akan melamar pekerjaan. Dalam hati “Wah ini ngurusnya ke instansi pemerintah, pasti lama dan ribet. Mau nggak mau deh harus menyisihkan waktu seharian untuk nongkrong di Polres,” pikir saya.
ADVERTISEMENT
Pasalnya ini bukan pertama kalinya saya berurusan dengan instansi pemerintahan. Satu tahun lalu, saat saya melakukan perawatan gigi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) memakai BPJS. Saya bisa habiskan waktu seharian untuk pemeriksaan sampai tebus obat. Juga saat BPJS saya nonaktif karena sudah melewati batas umur dan saya ingin mengaktifkan kembali karena saat itu saya masih berkuliah, saya harus beberapa kali bolak-balik kantor BPJS. Dan beberapa urusan lainnya yang menurut saya justru malah ribet dan menguras waktu.
Sehari sebelum melakukan pembuatan SKCK ke Polres, saya coba tanya cara pembuatannya ke teman-teman dan kerabat, tidak lupa melalui platform media sosial. Tapi hal tersebut malah membuat saya bingung karena mereka menyampaikan jawabannya berbeda-beda. Alih-alih menjadi solusi saya malah pusing sendiri. Akhirnya final chapter pencarian saya adalah dengan melakukan penelusuran ‘Mbah Google’. Pencarian demi pencarian saya menemukan akun dengan username @skck_polres.cianjur. Sempat tidak percaya awalnya, tapi dari orang yang diikuti, pengikut, lalu unggahannya pun cukup meyakinkan. Dan alasan terakhir saya bisa mempercayainya adalah selama dia tidak meminta uang di awal itu bukan jadi masalah besar.
ADVERTISEMENT
Esok paginya, setelah saya pikir berulang kali, melihat prosedurnya dan pengalaman yang dialami oleh orang-orangi di sosial media, saya memutuskan untuk tidak jadi berangkat ke Polres. Mungkin karena jarak rumah saya ke polres cukup jauh dan pikiran buruk lain sehingga saya takutnya harus bolak-balik, akhirnya saya memutuskan untuk bertanya dahulu saja ke kakak kelas saya saat SMA yang kini bekerja di Polres.
Walaupun saya sudah pasrah menunggu jawaban kakak kelas saya, rasa penasaran masih tetap ada. Saya iseng untuk mengikuti prosedur yang ada pada akun instagram tersebut dengan mendaftar melalui google form sesuai petunjuk. Kemudian tidak lama ada email masuk bahwa saya mendapatkan nomor antrian 029 dengan catatan lengkap mengenai berkas yang harus dibawa untuk diserahkan. Dengan 80 persen keyakinan dan 20 persen kepasrahan, saya berangkat ke Polres. Saya sudah siapkan mental kalau-kalau saya harus pulang dengan tangan kosong dan membuang waktu 4 jam perjalanan saya.
ADVERTISEMENT
Tibanya disana, saya mampir dahulu ke tempat photo copy untuk mencetak nomor antrian dan menyalin beberapa berkas yang kurang. Setelah itu saya masuk ke kantor Polres untuk mulai melakukan pembuatan SKCK. Saat saya datang ternyata nomor antrian saya sudah terlewat, jadi berkas milik saya langsung diserahkan melalui loket pendaftaran.
Saat menunggu, perasaan saya masih sama, berpikir bahwa proses ini mungkin masih panjang dan saya harus siap menunggu lama. Saya sudah siapkan buku fiksi karya Ahmad Tohari kalau-kalau smartphone saya habis baterai. Saya juga sudah siapkan minum agar kalau saya haus tidak perlu cari warung atau minimarket. Belum lama menunggu, ada wanita paruh baya menghampiri saya dan menanyakan mengapa dirinya belum disuruh menyerahkan berkas padahal dia datang lebih dulu daripada saya. “Mungkin karena saya sudah dapat nomor antrian ya, soalnya saya daftar online dulu di rumah,” jelas saya. Tanpa berlama-lama ia langsung mengerti dan kemudian mengajak ngobrol sebentar kemudian pergi lagi.
ADVERTISEMENT
Beberapa menit kemudian nama saya dipanggil oleh petugasnya. Beliau menyerahkan selembar kertas kekuningan dan berkata “Kalau mau legalisir, tempat fotocopy ada di sana,” sambil menunjukkan ibu jarinya ke sebelah kiri saya. Sesuai perintah, saya langsung pergi ke tempat yang ditunjuk itu kemudian melakukan foto copy. Kembali ke loket tadi saya serahkan hasil fotocopy, “Tunggu sebentar ya,” katanya. Tidak sampai 30 detik kertas itu kembali diserahkan kepada saya.
Dengan kebingungan saya duduk kembali di kursi tunggu dan mulai memperhatikan kertas yang tadi saya fotocopy. Melihat lembaran tersebut bertuliskan ‘Surat Keterangan Catatan Kepolisian’ saya agak sedikit kaget dan bingung. Mengingat kembali bahwa tujuan saya adalah membuat SKCK dan lembar tersebut sudah ada di tangan saya dalam waktu kurang dari satu jam. Ini membuat saya benar-benar merasa heran.
ADVERTISEMENT
“Mbak maaf ini sudah ya, apa ada proses lain?” tanya saya heran. Petugas itu juga tampak tersenyum kecil karena saya menanyakan hal yang sama sampai tiga kali. “Jadi sudah bisa pulang ya?” lanjut saya serius. Kami berdua sama-sama kebingungan. Ia bingung kenapa saya menanyakan hal yang sama terus menerus, dan saya bingung prosesnya sangat cepat. Entah, mungkin ini kali pertamanya saya merasa puas dengan pelayanan instansi terhadap warga sipil. Benar-benar ajaib.
Mixed feelings sekali sampai saya ikhlas membayar parkir walau tanpa diminta, baik kepada pengemudi yang saya temui di jalan, kemudian tetap riang menghadapi hari yang amat terik itu bercampur dengan debu-debu jalanan. Paling tidak hari itu saya merasakan pelayanan masyarakat yang memanfaatkan perkembangan teknologi dengan baik.
ADVERTISEMENT
Alur Pembuatan SKCK di Polres Cianjur
Alur pendaftaran menggunakan google form dan email ini adalah salah satu bentuk pemanfaatan teknologi yang sangat memudahkan dan menghemat waktu. Bayangkan apabila suatu hari jumlah masyarakat yang datang melebihi jumlah antrian, beberapa orang harus pulang dengan tangan kosong dan kembali lagi esok hari. Bagaimana apabila mereka harus menempuh jarak jauh, mengeluarkan banyak ongkos dan menghabiskan banyak waktu berharga mereka.
ADVERTISEMENT