Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Alur dalam Kisah cinta dan Perjuangan "Awal dan Mira"
24 Juli 2024 10:22 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari rahmarafila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mari kita menyelami indahnya karya sastra di Indonesia, banyak sekali keragaman yang ada pada karya-karya yang telah terbentuk menjadi sebuah sastra, entah itu puisi, monolog, ataupun bermain peran. dan pada masa sekarang, salah satu yang tak kalah populer saat ini adalah, Drama. Tidak dapat dipungkiri analisis terhadap karya sastra pun banyak di lakukan. Drama pada dasarnya mengupas tentang penderitaan dan kebahagian manusia dalam berbagai hal yang unik, seperti, cerpen, novel, puisi, musikalisasi puisi, pementasan drama, ataupun naskah drama.
ADVERTISEMENT
Seperti sebuah naskah drama berjudul “Awal dan Mira” milik Utuy Tatang sotani yang pertama kali termuat dalam majalah Indonesia, Nomor 8, Tahun II, Agustus 1951, dan Nomor 9, Tahun II, September 1951. Pada saat naskah dramanya sudah termuat dalam majalah Indonesia, naskah drama milik Utuy Tatang Sotani ini mendapat penghargaan sebagai drama terbaik tahun 1952 dari BMKN. Dan Pada tahun 1957, naskah itu diterbitkan sebagai buku oleh Balai Pustaka.
Naskah drama “awal dan mira” ini sangat popular karena termasuk kedalam cerita yang sederhana juga menarik, naskah drama “awal dan mira” juga sering dipentaskan pada tahun 1950-anawal dan mira berupa Naskah drama, yang menyajikan sudut pandang orang ketiga, yaitu si pengarang yang dengan sigap menceritakan terjadi peristiwa pada tokoh tanpa terlibat langsung didalamnya, dengan gaya bahasa yang didaktif atau bahasa-bahasa yang asing (tetapi oleh pengarang di jelaskan pada catatan kakinya) juga dialog-dialog indah yang tercipta didalam karya naskah milik Utuy Tatang Sutani membuka jalan bagi para pembacanya dalam memahami alur yang ada.
ADVERTISEMENT
Awal dan mira berupa Naskah drama, yang menyajikan sudut pandang orang ketiga, yaitu si pengarang yang dengan sigap menceritakan terjadi peristiwa pada tokoh tanpa terlibat langsung didalamnya, dengan gaya bahasa yang didaktif atau bahasa-bahasa yang asing (tetapi oleh pengarang di jelaskan pada catatan kakinya) juga dialog-dialog indah yang tercipta didalam karya naskah milik Utuy Tatang Sutani membuka jalan bagi para pembacanya dalam memahami alur yang ada.
Dengan demikian, Alur pasti akan selalu menjadi komponen penting, atau primer dari pengembangan sebuah karya sastra seperti naskah drama milik Utuy tatang ini. Oleh karena itu, konflik atau masalah yang muncul dalam kisah akan dipelajari hingga titik penyelesaian yang dapat diterima akal. Mari kita kupas tuntas penjelasan untuk mengetahui lebih dalam alur naskah drama Awal dan Mira.
ADVERTISEMENT
Naskah drama ini menyajikan kisah menarik yang senatiasa membaluti kedua tokoh utama, yaitu Awal dan Mira. Awal yang merupakan keturunan dari keluarga yang terpandang dan seseorang yang terpelajar, tetapi orang tuanya tewas pada saat peperangan. Awal mulai membuka lembaran baru setelah peperangan tanpa orangtuanya. Ia sangat membenci kehidupan dan pola pikir masyarakat setelah peperangan. menurutnya, orang di sekitar awal mempunyai kerusakan jiwa.
Dengan krisis ekonomi dan kesengsaraan yang Awal rasakan setelah peperangan, ia mengunjungi sebuah kedai kopi. Dari sinilah segala emosi, cinta dan perjuangan dimulai. Awal menumbuhkan rasa cintanya yang amat mendalam kepada seorang gadis penunggu kedai kopi tersebut, dan di tepat itu pertama kali Awal dan seorang gadis pemilik kedai ini bertemu. Gadis cantik pujaan hati Awal tersebut bernama Mira, yang berasal dari keluarga rakyat jelata, juga menjadi korban pada perang kemerdekaan. Karena rasa cinta awal yang sudah menggebu-gebu kepada Mira, Awal tak gentar untuk mendekati Mira. Karena dalam pandangan Awal, Mira-lah gadis paling sempurna diantara para gadis lainnya.
ADVERTISEMENT
Kedai kopi milik Mira ini merupakan kedai yang sangat diminati oleh para lelaki, lantaran penjaga kedainya pun sungguh cantik nan jelita, bagaikan magnet bagi para lelaki untuk singgah di kedainya. Tidak heran jika Awal dengan mudah jatuh cinta pada Mira. Awal selalu meromantisasi dan meyakinkan Mira untuk menjalin hubungan dengannya, tidak sesekali awal sering membujuk Mira untuk mengobrol diluar kedai miliknya itu, tetapi Mira selalu bersikukuh menolak tawaran dari Awal dengan berbagai alasan.
Pada suatu ketika, dua orang laki-laki yang memkai baju biru juga putih ke kedai Mira, itu membuat Awal kepalang dengan kecemburuannya dan terjadilah perkelahian hebat antara dua orang laki-laki tersebut dengan awal. Perkelahian itu membuat awal terjatuh, tetapi Awal lebih meringis ketika tersadar bahwa pujaan hatinya sangat acuh dan hanya duduk di kedai kopinya pada saat Awal tersungkur bergitu keras karena perkelahian tersebut.
ADVERTISEMENT
Cinta kasih yang dimiliki awal terhadap mira itu menyakiti hatinya. lantaran sikap acuh Mira pada saat perkelahian itu terjadi. tetepi tetap saja, hal tersebut tidak memengaruhi diri awal. Awal bersikeras tetap mencoba mengajak Mira pulang, dan jawabannya pun nihil, Mira tetap menolak ajakan Awal pulang bersama, sehingga terbesit dalam pikiran Awal bahwa kedai kopi milik Mira-lah yang menyebabkan penolakan berulang kali dari pemiliknya. Dengan begitu, Awal merobohkan kedai tersebut sampai tangannya pun ikut berdarah seperti hatinya yang selalu tersakiti oleh mira. Pada saat kedainya roboh oleh awal, habislah seluruh kekuatan mira.
Pada akhir cerita, awal-pun mengetahui mengapa seorang pemilik kedai itu terus-menerus menolak dan tidak mau barang sekalipun keluar dari kedai miliknya. karena Mira merupakan seseorang yang telah terkena dampak kekejaman dan hierarki perang kemerdekaan yang terjadi, sehingga menyebabkan kakinya buntung, dan membuat Mira senantiasa selalu ditemani oleh setongkat kayu untuk membantunya berjalan dimanapun dan kapanpun.
ADVERTISEMENT
Kisah ini disuguhkan dengan menggantung begitu saja, dan apabila telah sampai pada lembaran terakhir pembaca, sang pengarang dengan berbaik hati memberikan peluang untuk para penikamat sastranya berkontribusi dalam menentukan hasil akhir dari cerita ini. Entah ‘penerimaan atau pergi meninggalkan’ yang akan terpilih, entah jalan menuju kebahagiaan, ataupun melainkan jalan menuju kegundah-gulanaan hati yang akan ditempuh, semua terkonsep pada pemikiran para pembaca dan penikmat naskah drama “awal dan mira” milik Utuy Tatang Sotani ini.