Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dream Theater seharusnya menyesal melepas Mike Mangini! Kenapa?
30 Desember 2023 18:56 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Raihan Janitra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Keluarnya Mike Portnoy (Mike in, Mike out part 1)
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu drummer band Progressive Rock paling berpengaruh di dunia, keputusan Mike Portnoy untuk keluar dari Dream Theater pada September 2010 membuat heboh dunia permusikan, terutama para fans. Pasalnya, Portnoy adalah salah satu sosok dibalik terbentuknya Dream Theater bersama John Myung dan John Petrucci di tahun 1985.
ADVERTISEMENT
Dream Theater pun segera mengundang tujuh drummer terbaik dunia untuk mengikuti sebuah audisi yang direkam menjadi sebuah dokumenter berjudul The Spirit Carries On. Mereka juga mengumumkan bahwa pengganti Mike Portnoy adalah Mike Mangini, seorang profesor musik dari Berklee College of Music di mana tiga orang pendiri band itu juga berkuliah.
Alasan Portnoy keluar dari Dream Theater saat itu cukup simpang siur. Beberapa ada yang mengatakan bahwa terjadi konflik antara Portnoy dengan James LaBrie sang vokalis, bahkan ada yang mengaitkan bahwa Avenged Sevenfold-lah yang terkesan “merebut” Portnoy dari Dream Theater. Beberapa tahun berlalu dan alasan pasti Portnoy keluar adalah karena dia bosan dan ingin rehat sejenak dari Dream Theater, namun member lain tidak sependapat. Mereka tetap ingin melanjutkan ritme studio-tour-rehat yang bagi Portnoy sudah sangat membosankan.
ADVERTISEMENT
Era Mike Mangini
Di tahun 2011, akhirnya Dream Theater meluncurkan album pertama bersama Mangini yang berjudul A Dramatic Turn of Events. Pembawaan Mangini memberikan warna baru yang jauh lebih kompleks dari apa yang diberikan Portnoy dan, yang pasti, menuai berbagai macam komentar dari para fans.
Lagu-lagu Dream Theater era Mangini menjadi hampir mustahil untuk diulik oleh drummer. Coba saja dengarkan Outcry (2011), Lost Not Forgotten (2011), Enigma Machine (2013), Illumination Theory (2013), dan Pale Blue Dot (2019). Dengan kendali penuh oleh Petrucci dan Rudess, Dream Theater menjadi semakin eksploratif dan liar.
Fans juga sempat dikecewakan oleh tone drum yang terlalu ‘stabil dan robotik’ di album self-titled di tahun 2013, namun semakin membaik di album-album berikutnya. Bahkan, A View From The Top of The World memiliki tone drum yang lebih raw tanpa meninggalkan ‘depth’ yang mereka sajikan saat live performance.
ADVERTISEMENT
Keluarnya Mike Mangini (Mike in, Mike out part 2)
Tiga belas tahun bukanlah waktu yang sebentar. Fans sudah familiar dan menerima style Mangini, sekalipun beberapa ‘barisan sakit hati’ tak akan pernah berhenti membandingkan dia dengan Portnoy dan berharap Portnoy kembali.
Dan siapa sangka? Pada 25 Oktober 2023 lalu, harapan mereka terkabul. Dream Theater mengumumkan kembalinya Portnoy sebagai drummer. Di akun sosial media mereka, mereka menulis sebuah press release disertai foto dimana Portnoy kembali berada di antara mereka. Mike Mangini pun mengunggah press release serupa, dibanjiri komentar positif atas sikap profesionalisme dan adanya Portnoy yang turut berkomentar.
Kejadian 2010 pun terulang kembali, kebahagiaan dan kekecewaan yang tak terbendung. Hanya kali ini, para personil menunjukkan profesionalisme yang lebih tanpa adanya pihak yang bungkam. Baca berita selengkapnya di website resmi Dream Theater .
ADVERTISEMENT
Di artikel ini penulis ingin menuliskan beberapa kelebihan Mangini yang menurut penulis adalah alasan mengapa Dream Theater seharusnya menyesal melepas Mike Mangini.
1. Working gimmicks
It’s all about gimmicks, man! Fan service! Yes, yang pertama penulis ingin highlight adalah gimmicks yang Mangini berikan yang menurut penulis bekerja dengan baik. Mulai dari drumset Mangini yang sangat tidak biasa; empat bass drum, tom-tom yang disusun berbeda, dan simbal yang dipasang sangat tinggi.
Mangini sendiri mengakui bahwa salah satu alasan pengaturan drumsetnya sedemikian rupa adalah untuk membuat heboh fans mereka. Namun dibalik semua gimmick itu, Mangini memberikan hal baru yang belum pernah fans dengar: nada simbal dan drum yang sesuai dengan kord yang dimainkan Jordan Rudess dan John Petrucci bahkan saat live performance. Penulis sangat merekomendasikan untuk mencoba mendengar lagu On The Backs of Angels (2011), Enigma Machine (2013), dan Pale Blue Dot (2019) sebelum mencoba mendengar lagu di era Mangini yang lain.
ADVERTISEMENT
2. Drummer Terbaik Dunia
Ini adalah sebuah fakta, setidaknya Mike Mangini memegang rekor untuk drummer tercepat di dunia di tahun 2002-2005. Mangini dengan mudahnya menuntaskan ritme 1/16 di tempo cukup cepat dengan hanya satu tangan. Drum solo Manginipun lebih terstruktur dengan build up yang lebih heboh dan membuat orang yang tak bisa bermain drum pun berdecak kagum. Mike Mangini seperti memiliki empat otak untuk setiap kaki dan tangannya. Apalagi saat live, dinamika Mangini sangat terasa. Yang pasti, Dream Theater sempat diisi oleh ‘profesor musik’ sebagai drummernya.
3. Grammy’s
Jika penghargaan tersebut adalah salah satu indikator keberhasilan sebuah band/musisi, Dream Theater ada di masa kejayaannya saat bersama Mike Mangini. Setelah dirilisnya album A View From The Top of The World di tahun 2021, Dream Theater meraih Grammy Award untuk kategori ‘Best Metal Performance’ dengan single The Alien. Lagu ini sendiri memiliki ritme utama di 17/16, di mana merupakan ritme andalan Mike Mangini untuk drum solonya.
4. Interpretasi yang hampir sempurna
ADVERTISEMENT
Mike Portnoy bukanlah drummer yang buruk sama sekali. Drum part yang dia buatpun cukup membuat otak berpikir. Siapa yang tidak tahu The Dance of Eternity? Atau coba saja dengarkan The Great Debate (2002). Mangini melahap semua part milik Portnoy dengan sempurna, dan hal tersebut diakui oleh Portnoy di sebuah podcast setelah dia menonton konser ex-bandnya (pada saat itu) di 2022. Mangini bahkan menambahkan fill in yang lebih gila dan membuat part tersebut terlihat terlalu mudah. Namun, di bebarapa bagian Mangini terasa men-simplifikasi part milik Portnoy, ditambah dengan karakter Mangini yang lebih bertenaga dan heavy-handed, beberapa part terasa lebih monoton dan ‘mati.’
5. Posisi yang serba menguntungkan untuk Petrucci
John Petrucci memilik proyek sampingan seperti album solo, G3, dan Liquid Tension Experiments (LTE) di mana dia berkolaborasi dengan Mike untuk album solo terbarunya. Di sebuah wawancara, Petrucci sempat ditanya perihal akankah Portnoy bergabung kembali ke Dream Theater. Petrucci menjawab bahwa kemungkinan itu (pada saat itu) belum ada dan dia beruntung memiliki dua drummer terbaik dunia untuk masing-masing Dream Theater dan proyek solonya. Apakah Petrucci tetap berada di posisi yang sama setelah Portnoy kembali?
ADVERTISEMENT
Mike Mangini Setelah Dream Theater
Saat ini Mike Mangini sedang sibuk menyiapkan debut album solo terbarunya yang berjudul ‘Invisible Sign’ yang berisikan lagu-lagu rock yang lebih mudah didengar dengan sedikit ‘twist’ ala Mangini.
Di lain sisi, Mangini bisa dibilang tak akan mati dan kehabisan job. Melihat dari diskografinya bersama Extreme, Steve Vai, Annihilator dan bahkan James LaBrie, akan mudah baginya menduduki kursi drum untuk musisi lain. Dan mungkin, dengan gelar ‘ex Dream Theater’ yang kini akan bersandang selamanya, membuat Mike Mangini memiliki ketenarannya sendiri.
Tidak hanya Mike Portnoy yang ‘kembali ke rumah’ setelah pergi, ada juga Zac Farro dari Paramore dan John Frusciante dari Red Hot Chili Peppers (RHCP). Untuk sekarang, mari kita lihat interpretasi Mike Portnoy untuk part drum yang dibuat oleh Mangini. Atau akankah Portnoy menjadi seperti John Frusciante di RHCP yang tak mau memainkan lagu yang bukan dari album yang dia buat?
ADVERTISEMENT