Konten dari Pengguna

Ambisi Melahirkan Motivasi, Tapi Apa Jadinya Kalau Sistem Pendidikan Masih Ngadi

Raisa Zakiah
Saya adalah mahasiswa yang sedang menempuh perkuliahan jenjang S1 di Fakultas Humaniora dan Bisnis Jurusan Ilmu Komunikasi - Universitas Pembangunan Jaya.
6 November 2020 13:02 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raisa Zakiah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setelah segala pencapaian yang diraih lalu apa? Kamu akan selalu berfikir bahwa kehidupan hanyalah tentang menang dan kalah, untung dan rugi, serta sukses atau gagal. Melihat teman menggandeng tas hermes, kamu mulai lemas. Melihat teman Melihat teman bermobil sporty, kamu sakit hati. Tetapi apalah daya, sampai rumah hanya bisa memandangi katalog ferrari. kamu merasa gagal. Kemudian kamu mulai merasa tak berguna, dan merasa sia-sia dengan pendidikan yang kamu tempuh selama ini.
ADVERTISEMENT
Nggak mau munafik, fikiran itulah yang juga muncul ketika saya duduk di bangku perkuliahan. Kehidupan yang begitu monoton dan rutinitas yang sangat menjenuhkan selalu menyelimuti perasaan ini. Walaupun saat berkuliah, diiringi dengan aktivitas ghibah, fikiran tentang hidup membosankan tetap ada. Kenyataannya, nasib di masa depan tidak ada yang pernah tau. Ungkapan cita-cita yang jujur bukanlah layaknya bangun dari tidur dalam acara uyakuya.
Orientasi masa depan adalah kamu yang menentukan, bukan jurusan. Nadiem Anwar Makariem selaku menteri pendidikan dan kebudayaan melansirkan pernyataan yang relevan mengengenai keterkaitan kuliah dengan pekerjaan, "Jurusan yang kita ambil di perkuliahan tidak ada hubungannya dengan apa yang kita lakukan dalam hidup, karena kuliah itu bukan untuk mencari pekerjaan, tapi untuk belajar bagaimana bekerja." Pernyataan inspiratif beliau diungkap dari channel youtube Line Indonesia Jadi jangan keliru, kawan!
ADVERTISEMENT
Tetapi jangan terlalu idealis ya. Kalau jurusan kamu Ilmu Komunikasi, kemudian berharap diterima kerja di Rumah Sakit dan menjadi di dokter, yang ada semua pasien kamu berlomba-lomba klarifikasi di podcast Deddy.
Walaupun dering vibrate ketakutan mu sangat terdengar dari batin mu, tetaplah tanamkan pada mindset mu "Awkarin juga nggak kuliah, tapi punya rumah di pondok indah." Karena sesungguhnya esensi ilmu tidaklah terpatok pada karir di masa depan, melainkan menuntut ilmu adalah kewajiban agar kamu menjadi sumber daya manusia yang unggul.
Seringnya anggapan berkuliah hanya untuk mendapat pekerjaan membuat arti pendidikan menjadi begitu rendah di mata dunia. Walaupun bagi mata najwa, pendidikan adalah yang nomor satu. Jerih payah menuntut ilmu cuma dipatokkan dengan "gaji" yang sebenarnya bukan esensi utama dari pendidikan.
ADVERTISEMENT
Proses pendidikan dan edukasi tidak selalu bisa kamu dapatkan di bangku kuliah atau sekolah. Seperti kata Ibu Kartini, “Habis Gelap, Terbitlah Terang”, Habis Tiktok Kekeyi, Terbitlah podcast Deddy. Para millennial yang ingin dirinya digelari kaum intelektual atau kaum terdidik dapat mengakses segala bentuk konten edukasi lewat beragam platform internet.
Kaum terdidik adalah kaum yang memprioritaskan pendidikan dan memahami arti penting pendidikan itu sendiri. Kalau kamu hanya berlama-lama di depan laptop untuk melihat Atta Halilintar menggerebek rumah para artis, hal tersebut bukanlah bagian dari proses pendidikan atau edukasi. Beda lagi ceritanya kalau kamu nontonin podcast Deddy Corbuzier tentang Bahaya Covid oleh Proffesor Wiku dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Nah konten seperti itu adalah bagian dari edukasi.
ADVERTISEMENT
Lalu, apakah setelah gemar menonton podcast Deddy kamu langsung bisa jadi crazy rich Indonesia dan membeli Ferrari? Lagi-lagi TIDAK SEMUDAH ITU, anak muda. Sistem di Negeri ini menerapkan halnya jika kamu ingin melamar kerja, perlu melampirkan beberapa dokumen klasik seperti Ijazah, transkrip IPK, dan sertifikat-sertifikan lainnya yang diperlukan. Lagi-lagi syarat tersebut menjadi kewajiban ketika kamu ingin melamar pekerjaan.
Kemudian apakah konsep #KampusMerdeka yang digagas mas Menteri Nadiem mampu merubah pola dan sistem pendidikan Negeri ini? We will see. Yang jelas, jalanin aja hidup ini bagai air yang mengalir. Peluang pasti ada, asal kamu mau menjemputnya.
Lalu bagaimana soal peran pemerintah guna menyokong pendidikan generasi mudanya? Jujur, gagasan-gagasan yang dibuat pemerintah sampai sekarang belum terlihat signifikan hasilnya. Pemerintah masih memiliki banyak beban PR yang harus dibenahi. Dari mulai sulitnya lapangan pekerjaan, hingga pertanyaan tentang kabar Kartu Indonesia Pintar.
ADVERTISEMENT
Fasilitas pendidikan dan ketersediaan lapangan pekerjaan masih menjadi problem utama bagi pemerintah dan para sarjana yang baru merayakan kelulusan. Hari kelulusan seharusnya menjadi hari perayaan yang special, namun kenyataannya salah. Di hari itu kita mengganti status yang tadinya mahasiswa berkonversi menjadi penangguran, yang tentunya sering dianggap beban negara. Prihatin yaaaaaa..
Tapi kalau mau positive thinking sih fenomena ini bisa menjadi motivasi untuk para anak mudanya. Kalau difikir-fikir penyediaan fasilitas yang serba ada membuat generasi muda cenderung menunda-nunda untuk melakukan aktivitas produktif. Ketika semuanya sudah siap tersedia saat mereka menyemat gelar sarjana. bayangan duduk di kantor dengan jam kerja yang jelas tak lagi membuat mereka berfikir untuk mempersiapkan masa depan serta meraih goals-goals yang belum tercapai.
ADVERTISEMENT
Lalu apa setelahnya? sesudah berfikiran seperti itu, lantas dari mana kreativitas tercipta? Terlalu banyak waktu yang dibuang untuk bersantai dan nongki-nongki membuat mereka enggan menginvestasikan waktu mereka untuk mengasah skill dan bakatnya. Mereka tidak tahu seberapa ketatnya persaingan SDM di luar sana ketika berkecimplung di dunia industri. Mereka tidak ada motif lagi dan akhirnya kehilangan waktu produktif nya untuk hal yang sia-sia. Itu kalau mau positive thinking yak.
Soal Ferrari, ya bisa saja kamu membelinya dan tidak mustahil, loh! Seperti kata pepatah, “..Banyak jalan menuju Roma..”Alternatif caranya kamu bisa mencoba menjadi youtuber, membuat konten review makanan artis , kemudian kamu kritik makanannya, YES BETUL! Tahap berikutnya kamu akan menjadi viral, dan seiring berjalannya waku, KAMU AKAN BANJIR ENDORSEMENT, one step closer, kebeli tuh Ferrari merah seri Lusso T. Terkesan cara yang konyol, tapi dari pada kamu pesugihan. Lebih repot urusannya.
ADVERTISEMENT
Hela nafas sejenak, beli es kopi extra sweet, sambil nyemilin fudgy brownies, dan tenangkan fikiran mu. Kemudian yakinlah kamu adalah pemenangnya. Ya kalau nggak menang jadi runner up juga nggak papa.
Mulai sekarang, tanamkan pada diri kalian semua bahwa:
"The past cannot be changed, the future is yet in YOUR POWER"