Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Celebrity Worship Syndrome di Era Milenial
13 Desember 2022 13:38 WIB
Tulisan dari Raisa Adelia Kasmizar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pengertian Celebrity Worship Syndrome
Di era modern saat ini, seringkali kita melihat para fans yang sangat mencintai idolanya. Bahkan, mengangumi idola layaknya sosok yang begitu berharga. Tidak sampai di situ saja, bahkan ada yang mengulik infomasi artis idolanya sampai ke sisi yang paling detail sekalipun. Fenomena ini dikenal dengan Celebrity Worship Syndrome. Jika melihat dari artinya, maka dapat diterjemahkan sebagai sindrom pemujuaan selebriti. Mengapa menggunakan kata "Pemujaan"? Hal tersebut menggambarkan bentuk rasa cinta dan sayang yang berlebihan terhadap selebriti. Spitzberg dan Cupach (2008) mendefinisikan celebrity worship sebagai suatu obsesi yang membentuk pola perilaku yang mana seseorang secara virtual terobsesi pada satu atau lebih selebriti.
Sedangkan, Maltby & Giles (2008) mendefinisikan celebrity worship merupakan hubungan parasosial dimana salah satu pihak mengetahui berbagai informasi tetang pihak lainnya, tetapi tidak sebaliknya. (Benu, dkk, 2019).
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Celebrity Syndrom Worship adalah suatu hubungan yang menyebabkan seseorang terobsesi kepada tokoh idolanya walaupun belum pernah bertemu.
Perkembangan Celebrity Worship Syndrome di Indonesia
Sindrom ini semakin menjalar di tengah masyarakat Indonesia, khususnya remaja. Hal tersebut dikarenakan remaja sedang berada di fase peralihan menuju dewasa, yang membuat dirinya semakin tertarik dengan lawan jenis. Selain itu, salah satu faktor pesatnya perkembangan sindrom ini adalah semakin canggih kemajuan zaman dan semakin mudahnya memperoleh akses internet. Mutawalli dan kawan-kawan (2020) menjelaskan bahwa kecanggihan dari internet dapat memudahkan masyarakat dalam memperoleh informasi dari berbagai penjuru dunia. Salah satu manfaat dari internet yakni untuk menghibur diri. Kemudahan dalam mengakses internet inilah yang membuat remaja mudah mengenali secara virtual tokoh idolanya dan memantau perkembangan mereka. Celebrity Worship Syndrome di Indonesia bukanlah hal yang baru. Hampir setiap orang memiliki idola masing-masing. Namun, semakin lama rasa suka terhadap idola menjadi semakin berlebihan.
ADVERTISEMENT
Remaja Perempuan dan Celebrity Worship Syndrome
Dunia entertainment Korea, khususnya Korea Selatan sudah menjalar ke seluruh pelosok negeri, tidak terkecuali Indonesia. Budaya K-Pop semakin mengakar dan membuat banyak orang yang sangat mencintainya. Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang menjadikan artis-artis Korea sebagai idola. Hasil penelitian dari Syam dan kawan-kawan pada tahun 2015 menunjukkan 74% remaja perempuan menaruh atensi besar terhadap budaya Korea sebaliknya laki-laki sebesar 13%. Hal ini dikarenakan siaran Korea lebih menyentuh pada unsur perempuan
secara umum, seperti film maupun drama Korea yang menunjukkan cerita cinta, kasih sayang, dan kesedihan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat kita lihat bahwa sebagian besar wanita Indonesia sangat menyukai Korea. Hal ini dapat berupa wajah aktor atau member boyband yang tampan. Namun, tidak jarang pula masyarakat yang memiliki rasa cinta berlebihan terhadap selebriti tersebut.
Dampak Negatif Celebrity Syndrom Worship
Mengidolakan atau bahkan menyukai artis Korea dan artis-artis lainnya tidak salah jika dilakukan sewajarnya. Namun, jika dilakukan secara berlebihan hingga menimbulkan Celebrity Worship Syndrome, maka hal ini dapat berdampak negatif. Seperti yang dijelaskan oleh Zahrotustianah & Puspitasari (2016) bahwasanya penggemar K-pop sering dianggap berlebihan dan terlalu ekstrim dalam mengungkapkan rasa cintanya kepada idola, sehingga sering dianggap obsesif, posesif, atau bahkan delusif.
Lantas, apa saja dampak negatif yang disebabkan oleh Celebrity Worship Syndrome?
1. Menyebabkan sifat egois
Tentu, ketika mengidolakan seseorang secara berlebihan akan timbul sifat egois di dalam diri. Hal ini terbukti ketika ada yang memberi kritik kepada idola tersebut, namun ia malah membela habis-habisan dan tidak terima jika idolanya dikritik.
2. Kehilangan Adab dan Etika di Dunia Virtual
Sering sekali, orang-orang yang bertengkar dan beradu argumen di media sosial hanya karena membela idola masing-masing. Bahkan, tidak jarang yang saling mengeluarkan katakata-kata kotor dan tidak pantas. Hal ini tentu menyebabkan semakin rendahnya adab dan etika masyarakat jika dibiarkan secara terus menerus.
3. Menyia-nyiakan Waktu
Mengidolakan orang lain secara berlebihan juga dapat membuang waktu kita. Bagaimana tidak? Setiap hari hanya memikirkan dia, menonton dramanya, mencari tahu lebih dalam di internet, menonton konsernya, mendengarkan musiknya. Bahkan, pekerjaan yang seharusnya diutamakan, malah dilalaikan. Contohnya, minggu depan adalah jadwal Ujian Akhir Semester. Bukannya mempersiapkan ujian, justru sibuk mengurusi urusan idolanya. Hingga menyebabkan nilai ujiannya menurun.
4. Dapat Memudarkan Rasa Kebangsaan
Mencintai budaya luar secara berlebihan dapat memudarkan rasa cinta kita terhadap bangsa. Mengapa demikian? Ya, karena secara tidak sadar pikiran kita sudah terpengaruh untuk mencintai segala sesuatu yang berkaitan dengan sang idola. Apalagi jika idola tersebut berasal dari luar Indonesia.
5. Menyebabkan Sikap Boros
Banyak orang yang ketika mencintai idola, rela menghabiskan banyak uang. Misalnya saja, menonton konser yang menghabiskan jutaan rupiah. Membeli album, foto, bahkan segala sesuatu yang berkaitan dengan idola.
Celebrity Syndrom Worship perlu segera diatasi. Ada banyak sekali dampak negatif dari sindrom ini, khususnya pada diri sendiri. Cara efektif dan paling sederhana yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan memulai dari diri sendiri. Mari mencintai atau menyukai selebriti sewajarnya, karena segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.
Daftar Pustaka:
Benu, J. M. Y., Takalapeta, T., & Nabit, Y. (2019). Perilaku celebrity worship pada remaja perempuan. Journal of Health and Behaviora Science, 1(1), 13-25.
Mutawalli, L., Setiawan, S., & Saimi, S. (2020). Terapi Relaksasi Otot Progresif sebagai Alternatif Mengatasi Stress Dimasa Pandemi Covid-19 di Kabupaten Lombok Tengah. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan), 4(3), 41–44.
Syam, H. M. (2015). Globalisasi Media Dan Penyerapan Budaya Asing, Analisis pada Pengaruh Budaya Populerkorea Di Kalangan Remaja Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmu Komunikasi. 3(1), 54–70.
ADVERTISEMENT