Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Beri Wawasan, Dituduh Amoral
31 Mei 2021 15:54 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari raisya rizaldi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jangan bermain di papan catur si pembuat petisi, kita main dengan papan catur kita sendiri. Kalau bisa buat agar orang itu bermain di wilayah kita.
ADVERTISEMENT
Satu persatu wajah bermunculan dan memenuhi layar pertemuan virtual. Dari latar belakang program studi yang berbeda, namun bisa disimpulkan mayoritas audiens memiliki tujuan yang sama. Utamanya untuk mendengarkan cerita dari sasaran lampu sorot kuliah umum ini, seseorang yang konsisten dengan gaya santai dan sikap ramahnya. Ialah Salman Aristo, pembuat film serba bisa penggarap sekian penghargaan untuk karya berharganya.
ADVERTISEMENT
Kutipan pemberi sambutan tulisan ini adalah perumpamaan yang Salman sampaikan ketika ditanya soal salah satu film terbarunya. Dua Garis Biru kala itu baru saja merilis video promosi pendek dan langsung mendapat ancaman boikot oleh Gerakan Profesionalisme Mahasiswa Keguruan Indonesia melalui laman petisi daring Change.org. Hendak disiarkan pada masyarakat yang dominan tabu akan paparan pendidikan seks, tentunya film ini sangat berani dalam mengambil risiko. Jika mendudukkan diri di kursi kaum awam yang terkungkung paham tersebut, wajar saja ada yang anggap sebagai ancaman.
Lebih jelasnya, penuntut merasa film ini secara implisit mempromosikan gaya hidup remaja yang tidak layak untuk ditayangkan. Meskipun petisi itu berujung dicabut, pada kolom deskripsi dijelaskan bagaimana mereka menganggap adegan dua remaja dalam satu kamar menjurus kepada perbuatan amoral. Maka dari itu, ada baiknya jika Dua Garis Biru dibatalkan saja. Meskipun demikian, pembuat petisi ini secara terang-terangan bilang kalau tidak melihat adegan spesifik dari cuplikan yang dijadikan referensi.
ADVERTISEMENT
Berdiri pada sisi lain, Aristo menceritakan bagaimana pihak yang terlibat dalam produksi film Dua Garis Biru tidak ingin ambil pusing. Bisa bersikap rileks saat itu berkat dukungan dari beberapa fakta. Salah satunya yaitu mayoritas masyarakat merespons film ini dengan baik dan mendukung produksinya. Bertolak belakang dengan ancaman dari satu pihak tadi.
Produsen film juga memilih untuk tidak menghabiskan waktu untuk menjawab boikot, melainkan dengan menonjolkan nilai-nilai positif yang ingin dibawakan oleh Dua Garis Biru. Sebab dibalik garis besar yang kontroversial, kehamilan di luar nikah usia remaja, terdapat nilai positif lain seperti keadaan keluarga yang saling memaafkan, keakraban orang tua dengan anak, dan lain sebagainya.
Upaya menggagalkan film yang mengusung tema premarital pregnancy ini bukan protes nyata masyarakat yang pertama. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, amarah ditujukan kepada karya yang nilainya tabu atau mendorong sifat amoral. Sebenarnya jika mengacu pada data hasil penelitian akan dampak langsung maupun jangka panjang substansi film terhadap masyarakat, kekhawatiran ini merupakan hal yang wajar.
ADVERTISEMENT
Secara fungsinya film adalah salah satu sarana penyebaran pesan kepada khalayak yang dapat diterima dengan cepat. Apalagi jika isi filmnya berhubungan dengan problematika kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, sesuai juga dengan penjelasan Salman, pembuat film harus memperhatikan pembungkusan cerita agar pesan maupun pelajaran yang ingin disampaikan dapat diterima dan dicerna dengan baik oleh pemirsanya.
Bagi yang tidak familiar dengan proses pembuatan film tentu bertanya-tanya bagaimana transmisi pesan yang baik melalui cerita fim? Produser yang ahli dalam bidang pengembangan cerita ini memiliki jawabannya. Caranya dengan menonjolkan nilai yang ingin diambil penonton baik dari narasi pemain, gestur tubuh maupun properti pendukung. Sentuhan sentimental juga harus diperhatikan dan sudah menjadi tanggung jawab pengembang cerita. Dari alur yang baik ini pemirsa akan hanyut ke dalam cerita dan lebih memahami esensinya.
ADVERTISEMENT
Melampaui garis besar ceritanya yang mengundang kontroversi, seharusnya industri perfilman Indonesia terus menghasilkan film edukatif seperti ini. Jika ditonton dalam pengawasan serta dengan penjelasan orang tua, pastinya akan menambah wawasan bagi kaum remaja. Dengan demikian, mereka akan lebih berhati-hati dalam mengambil tindakan berkat kepahaman akan risiko yang akan diterima.