Konten dari Pengguna

Konflik Gaza vs Zionist Israel : Mengupas Sejarah Konflik dan Sejarah Nakba 1948

Raka Azkal Adzkiya
Mahasiswa Ilmu Politik FISIP UI
18 Oktober 2024 10:54 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raka Azkal Adzkiya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Image generated with Dreamina AI. All rights reserved to the creator.
zoom-in-whitePerbesar
Image generated with Dreamina AI. All rights reserved to the creator.
ADVERTISEMENT
A. Hamas dan Keterlibatannya Dalam Serangan 7 Oktober 2023
Serangan yang terjadi pada 7 Oktober 2023 tidak lepas dari peran organisasi Sunni Palestina yang didirikan pada tahun 1987. Pendirinya, Ahmed Yassin, Abdel Aziz al-Rantissi, dan Mohammad Taha yang merupakan bagian dari sayap organisasi Ikhwanul Muslimin. Organisasi ini seringkali dianggap sebagai organisasi teroris oleh beberapa negara barat. Hamas menentang upaya perundingan damai antara Israel dan Palestina karena mereka menganggap bahwa Palestina adalah tanah Muslim yang tidak boleh diserahkan kepada pihak lain, dan bahwa Israel harus dihapuskan (Kendell, 2004). Pada dasarnya Hamas dianggap sebagai wakil utama masyarakat Palestina. Hamas mendukung pemikiran klasik yang mengutamakan islamisasi masyarakat, akan tetapi Hamas cenderung mengadopsi pendekatan yang lebih radikal dibandingkan dengan kelompok Ikhwanul Muslimin lainnya yang lebih moderat. Pendekatan ini disatukan dengan Doktrin Muqawama dan strategi taktik Hamas yang mendorong konsep perlawanan dan perang yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Aneksasi Israel yang membangun pemukiman juga menjadi pemicu pecahnya serangan pada 7 Oktober 2023. Israel dapat dengan bebas memperluas wilayahnya tanpa batas dan secara signifikan meningkatkan pengaruhnya dari waktu ke waktu. Meskipun aneksasi yang dilakukan Israel telah dianggap melanggar hukum menurut konvensi internasional, sampai detik ini belum ada solusi yang dapat mengatasi persoalan ini, terutama solusi yang menguntungkan Palestina sebagai pihak yang menjadi korban atau terdampak. Konflik yang tak kunjung usai membuat Palestina terpaksa untuk berjuang dalam rangka mempertahankan kehormatan dan kedaulatannya sebagai bangsa dan negara. Situasi semakin kompleks dan rumit dikarenakan mulai
banyak negara-negara timur tengah yang mulai menjalin hubungan dengan Israel. Pengaruh besar Hamas yang menekankan perlawanan dalam ideologi mereka di Palestina, serangan menjadi langkah yang diyakini sebagai upaya untuk menjaga martabat dan kemerdekaan mereka (Hughes, 2020).
ADVERTISEMENT
B. Faktor Pemicu Keberhasilan Serangan 7 Oktober 2023
Serangan perlawanan yang dilakukan oleh Pasukan Militer Hamas dan Palestina dilancarkan di Jalur Gaza menggunakan berbagai armada tempur seperti roket dan masyarakat sipil Palestina yang diorganisasikan untuk membentuk suatu jasa paramiliter untuk merusak pertahanan Israel. Meskipun Israel memiliki sumber daya militer yang lebih besar daripada Hamas dan Palestina, serangan ini mengejutkan berbagai pihak. Terdapat beberapa faktor yang menjadi pemicu keberhasilan serangan ini, pertama adalah ketergantungan Israel kepada teknologi. Yang kedua, penilaian ancaman yang salah dari militer dan intelijen Israel dalam menghadapi serangan. Yang ketiga, keberhasilan Hamas dalam menganalisis kelemahan sistem pertahan Israel terutama Iron Dome.
Pasukan militer Israel menggunakan berbagai macam teknologi canggih seperti intelegensi signal (SIGINT), komunikasi (COMINT), dan sinyal elektronik (ELINT) guna mendeteksi ancaman dan potensi serangan yang kemungkinan akan datang. Meskipun laporan menunjukkan bahwa Badan Keamanan Israel (Shin Bet) menyatakan bahwa pada malam 7 Oktober 2023 pasukan militer Hamas dan Palestina sedang melakukan latihan, hal ini tidak didukung oleh beroperasinya Unit 8200 di perbatasan Gaza, sebuah unit intelijen rahasia milik Israel yang biasanya bertanggung jawab atas operasi intelijen dan pengumpulan sinyal intelijen (Top Israel Intel Unit Wasn’t Operational on October 7 Due to Personnel Decisions., 2017).
ADVERTISEMENT
C. Konflik Gaza & Zionist Israel Menurut Edward Said & Samuel Huntington Dalam Perspektif Orientalisme
Orientalisme mengacu pada cara barat melihat, memahami, dan merumuskan wilayah timur, terutama Timur Tengah sebagai sesuatu yang eksotis, misterius, dan inferior (Said, 1978). Edward Said menekankan bahwa pandangan Orientalis ini memperkuat ketidaksetaraan kekuasaan antara Barat dan Timur yang pada akhirnya memengaruhi
dinamika politik dan budaya di wilayah tersebut.
Dalam Konteks Gaza dan Israel, pendekatan Orientalisme Edward Said
memperlihatkan bagaimana Barat seringkali memandang Israel sebagai representasi dari modernitas, kesetaraan, dan demokrasi. Sementara, Palestina dan warga Palestina sering dipandang “lain”, terbelakang, dan melekat dengan stereotip negatif. Israel yang didirikan sebagai negara Yahudi di tanah Palestina, seringkali diinterpretasikan oleh Barat sebagai sebuah pemenuhan dari narasi sejarah religius, menggambarkan Orientalisme dalam pandangan Barat terhadap wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
Pendekatan Orientalism juga menciptakan perbedaan yang tajam antara “kita’ dan “mereka”, dimana Barat menganggap dirinya sebagai peradaban yang maju dan rasional, sementara Timur dipandang sebagai irasional. Hal ini tercermin dalam pemahaman Barat tentang konflik Gaza dan Israel dimana Israel sering dipandang sebagai pihak yang lebih “rasional” dan “moderat”, sementara Palestina sering dianggap sebagai pihak yang “fanatik” dan “teroris”. Namun, perspektif Orientalisme tidak hanya berlaku dalam pandangan Barat terhadap Timur, tetapi juga mempengaruhi cara Timur melihat dirinya sendiri dan konflik yang ada. Orientalisme internal terjadi ketika elemen-elemen Orientalisme terinternalisasi oleh masyarakat di wilayah Timur sendiri, yang pada akhirnya memperkuat perpecahan internal dan konflik di antara mereka.
Samuel Huntington, dalam karyanya yang terkenal “Clash of Civilizations”, menawarkan perspektif yang berbeda tentang konflik Gaza dan Israel. Huntington menekankan bahwa konflik tersebut adalah bagian dari pertarungan yang lebih besar antara peradaban (Huntington, 1996). Dalam pandangan Huntington, konflik Gaza dan Israel tidak hanya tentang politik atau wilayah, tetapi juga mencerminkan pertarungan yang lebih dalam antara Islam dan Barat.
ADVERTISEMENT
REFERENSI
Hughes, S. S. (2020). Unbounded teritoriality: Teritorial control, settler colonialism, and Israel/Palestine., 10(2), 216-223.
Huntington, S. P. (1996). The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order.
Kendell, B. (2004, March 22). BBC NEWS | Middle East | Sheikh Yassin: Spiritual figurehead. Home - BBC News. Retrieved March 31, 2024, from http://news.bbc.co.uk/2/hi/in_depth/middle_east/2001/israel_and_the_palestinians/profi les/1695470.stm
Said, E. (1978). Orientalism.
Top Israel intel unit wasn’t operational on October 7 due to personnel decisions. (2017, November 9). Retrieved March 31, 2024, from https://www.timesofisrael.com/top-israeli-intel-unit-wasnt-operational-on-october-7-du e-to-personnel.