Konten dari Pengguna

Pendidikan INS Kayu Tanam Dalam Melawan Pemerintahan Kolonial Belanda

Rakai Kusnadi
Mahasiswa Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang
29 Maret 2022 8:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rakai Kusnadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Muhammad Syafei sebagai penggagas terbentuknya sekolah INS Kayu Tanam, Sumber : Dokumen Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Muhammad Syafei sebagai penggagas terbentuknya sekolah INS Kayu Tanam, Sumber : Dokumen Pribadi.
ADVERTISEMENT
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita suatu bangsa. Melalui pendidikan, banyak hal baru yang tercipta sebagai hasil dari sebuah pemikiran yang kritis. Salah satunya adalah gerakan nasionalis di Indonesia pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Adanya gerakan nasionalis ini merupakan representatif dari sebuah pemikiran tentang tindakan-tindakan kolonialis yang sangat merugikan masyarakat pada masa itu. Munculnya gerakan nasionalis ini tentunya bersumber dari sistem pendidikan anti kolonial yang diajarkan melalui lembaga-lembaga pendidikan pada masa tersebut. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut biasanya merupakan sebuah lembaga independen yang didirikan oleh kaum intelektual pribumi yang memiliki jiwa nasionalis tinggi.
ADVERTISEMENT
Lalu apakah kalian tahu tentang INS Kayu Tanam?, sebuah sekolah pribumi yang merupakan salah satu penggagas awal gerakan nasionalis anti kolonial melalui sistem pendidikan. Nah untuk lebih jelasnya, akan kita bahas lebih pada pembahasan kali ini.
Sejarah Berdirinya INS Kayu Tanam
Indonesisch Nederlandsche School (INS) Kayu Tanam didirikan pada 31 Oktober 1926 oleh Muhammad Syafei. Sekolah pribumi yang berada di wilayah Kecamatan Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat ini merupakan sebuah tanggapan atas merajalelanya sekolah bentukan Belanda yang ada dilingkungan masyarakat pada masa tersebut. Sekolah Belanda dianggap oleh Muhammad Syafei sebagai produk kolonial yang menghasilkan banyak sumber daya manusia untuk kepentingan pemerintahan kolonial Belanda. Hal ini menyebabkan Muhammad Syafei memiliki keinginan untuk melawan sistem pendidikan kolonial tersebut dengan cara menciptakan sistem pendidikan saingan yang lebih pro terhadap kepentingan masyarakat pribumi dari pada kepentingan kolonial.
ADVERTISEMENT
Pada masa awal berdirinya, sekolah ini hanya memiliki sekitar tujuh puluh lima murid pribumi dan beberapa ruangan sekolah sebagai sarana pendukung proses pembelajaran. Ke tujuh puluh lima murid ini dibagi ke dalam dua kelas, dengan masing-masing kelas melaksanakan proses pembelajaran secara bergantian. Hal ini karena guru yang ada di sekolah tersebut hanya Engku Muhammad Syafei seorang.
Sekolah ini tidak terlalu terkenal seperti sekolah bentukan pribumi lainya seperti Taman Siswa dan sekolah-sekolah Muhammadiyah, karena INS Kayu Tanam ini tidak membuka cabang di daerah lain. Sekolah ini juga sudah mengalami masa jatuh dan bangun dalam memperjuangkan proses pendidikannya. Mulai dari diratakan oleh tentara Belanda pada tahun 1948, hingga memulai kembali sekolah tersebut dengan hanya bermodalkan 30 siswa pada tahun 1950.
ADVERTISEMENT
Proses Pembelajaran Pada INS Kayu Tanam
Pada proses pembelajaran, sekolah INS Kayu Tanam menyesuaikan proses pembelajarannya dengan kurikulum di sekolah milik pemerintah kolonial. Namun dengan fokus dan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Muhammad Syafei menekankan empat prinsip dasar pendidikan kepada para muridnya yaitu nasionalisme, aktif berpikir rasional, memiliki kepekaan terhadap kebutuhan sosial masyarakat dan memiliki jiwa kemandirian. Hal ini dicontohkan melalui kegiatan-kegiatan sosial berupa magang di tempat usaha dan perkebunan milik masyarakat pribumi. Selain itu setiap siswa INS kayu Tanam hanya diberi batasan dalam membawa uang saku dan hanya diperbolehkan pulang ke rumah setiap satu tahun sekali.
Muhammad Syafei dalam membangun INS Kayu Tanam mengandalkan kemampuan yang telah dimilikinya seperti kemampuan menggambar, kemampuan untuk memproduksi berbagai macam kerajinan tangan dan kemampuan dalam menggunakan berbagai alat musik untuk di ajarkan kepada muridnya sebagai pengetahuan yang wajib dimiliki oleh setiap lulusan sekolah INS Kayu Tanam. Hal ini bertujuan agar setiap lulusan INS Kayu Tanam ini memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sosial masyarakat pada masa itu.
ADVERTISEMENT
Peranan INS Kayu Tanam Dalam Melawan Proses Kolonial
INS Kayu Tanam merupakan simbol perlawanan masyarakat pribumi terhadap hegemoni pemerintahan kolonial Belanda di Nusantara, khususnya dalam bidang pendidikan. Melalui INS Kayu Tanam jiwa kemandirian dan semangat nasionalisme masyarakat pribumi mulai dimunculkan dan di kembangkan. Kedua hal ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap perjuangan masyarakat dalam melawan kolonialisme. Jika lembaga-lembaga pendidikan pemerintahan kolonial Belanda hanya berfokus pada penciptaan manusia yang memiliki kemampuan untuk kepentingan kolonial. Maka lembaga pendidikan INS Kayu Tanam berusaha untuk menciptakan manusia yang memiliki kemampuan untuk memenuhi kepentingan sosial masyarakat pribumi dengan kemandirian yang telah diajarkan. Hal ini memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengimbangi segala bentuk hegemoni kekuasaan pemerintahan kolonial. Selain itu dengan ditekankannya kemandirian ini, maka ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah kolonial juga akan semakin berkurang.
ADVERTISEMENT
Bagaimana, jelas bukan pembahasan tentang INS Kayu Tanam ini, saya berharap setelah kalian membaca artikel ini, pengetahuan dan wawasan kalian tentang pentingnya pendidikan sebagai dasar dalam Pergerakan Nasional di Indonesia. Terima kasih sudah berkunjung dan jangan lupa jaga kesehatan dalam masa pandemi serta tetap semangat dalam mencari wawasan baru dalam ilmu pengetahuan.