Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.0
Konten dari Pengguna
Apakah Indonesia Sudah Merdeka?
17 Agustus 2020 9:00 WIB
Tulisan dari Randy Danniswara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tujuh belas Agustus tahun empat lima, itulah hari kemerdekaan kita. Hari merdeka, nusa dan bangsa. Hari lahirnya bangsa Indonesia. Ya, begitu lah kira-kira bunyi lirik salah satu lagu kebangsaan kita, dengan judul Hari Merdeka . Namun, apakah kita memang sudah merdeka?
ADVERTISEMENT
Merdeka. Menurut KBBI daring, merdeka memiliki arti bebas, tidak terkena atau lepas dari tuntutan, serta leluasa. Melihat pengertian tersebut, apakah Indonesia sudah bebas? Apakah Indonesia sudah lepas dari tuntutan? Apakah Indonesia sudah leluasa? Terlalu rumit sepertinya jika semua aspek dibahas, apalagi Indonesia itu luas, bisa membahas dari sisi masyarakatnya, pemerintahnya, negaranya, dan lain-lain. Saya tidak merasa memiliki kapasitas untuk itu semua. Jadi saya hanya akan membahas apa yang saya rasa dan lihat saja. Mari kita mulai.
Merdeka dalam Berpendapat
Hal yang cukup banyak terjadi dan menjadi pembahasan adalah tentang berpendapat. Apakah kita sudah merdeka? Saya rasa belum. Memang, siapa saja bisa berpendapat. Siapa saja juga bisa menyuarakan keluhannya, kritiknya, masukannya, dan lain-lain. Namun, apakah seleluasa itu? Jelas tidak. Secara etika saja, kita sebagai manusia harus mampu berbicara dan menyampaikan sesuatu dengan cara yang baik. Namun bukan itu masalahnya. Meskipun sudah dengan cara yang baik, apakah hal itu kemudian tidak menimbulkan masalah? Lagi-lagi saya bilang, tidak.
ADVERTISEMENT
Sejak Indonesia melangsungkan hari kemerdekaan 75 tahun yang lalu, sudah banyak contoh kasus yang bermula dari keberanian seseorang untuk berpendapat. Ada yang dibungkam, ada yang dipenjarakan, ada yang dilenyapkan, serta ada juga yang dibunuh. Jelas itu bukan contoh dari kebebasan berpendapat. Nyatanya justru banyak dari kita yang justru takut untuk menyuarakan pendapat. Jangankan untuk hal-hal penting berbau politik dan kenegaraan, untuk hal kecil yang ditemui sehari-hari saja ada rasa takut akan pandangan dan hujatan dari orang lain, terutama netizen.
Merdeka dalam Bekerja
Setelah 75 tahun sejak proklamasi kemerdekaan dikumandangkan, lapangan pekerjaan masih menjadi salah satu masalah besar di Indonesia . Banyak memang faktornya, dan bukan kapasitas saya untuk membahas terlalu besar hal tersebut. Namun, satu hal yang saya ingin sebut yaitu masalah kepercayaan terhadap kemampuan orang Indonesia. Nyatanya, banyak perusahaan-perusahaan yang lebih percaya pada pekerja asing. Apakah orang Indonesia tidak mampu? Atau dianggap tidak pantas? Yang jelas, jika terus seperti ini, menurut saya akan terus tinggi angka pengangguran di Indonesia. Belum lagi, banyak pekerja yang tidak merasa nyaman dalam bekerja karena keterbatasan dalam berkreasi, hak yang terabaikan, diskriminasi, hingga adanya kasus pelecehan.
ADVERTISEMENT
Perang Kepentingan
Lalu, sebenarnya siapa yang salah? Kenapa kita belum merdeka dalam berpendapat dan juga bekerja? Ah, saya tidak boleh menyalahkan. Rasanya sangat tidak pantas. Bahkan, mengerti politik dan hukum saja tidak. Daripada membahas siapa yang salah, lebih baik membahas kenapa bisa terjadi demikian. Menurut saya sih, karena ada perang kepentingan. Entah itu kepentingan harta, tahta, atau pun martabat.
Jika 75 tahun lalu Indonesia berhasil berperang melawan penjajah, kini Indonesia justru berperang melawan Bangsa sendiri. Jika 75 tahun lalu para pahlawan berhasil berjuang demi Bangsa, kini justru banyak oknum yang berjuang hanya demi kepentingan sendiri. Selayaknya perang senjata, korban tidak hanya dari mereka yang berperang, melainkan juga orang-orang lainnya. Begitu pun dengan perang kepentingan ini, yang jadi korban adalah bangsa Indonesia secara umum, bukan hanya oknum-oknum itu saja.
ADVERTISEMENT
Live Update
Donald Trump berhasil melampaui ambang batas 270 suara elektoral untuk mendapat kursi presiden. Kemenangan Trump ditentukan lewat kemenangan di Wisconsin dan Pennsylvania. Jumlah suara elektoral Trump 277. Pesaingnya Kamala Harris mendapat 226.
Updated 6 November 2024, 16:27 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini